Politik   2023/11/21 12:0 WIB

Ijtima Ulama Dukung Anies-Cak Imin di Pilpres 2024, Pengamat: Benarkah Bisa Mengerek Elektabilitas Capres-Cawapres Nomor Urut 1 Ini?

Ijtima Ulama Dukung Anies-Cak Imin di Pilpres 2024, Pengamat: Benarkah Bisa Mengerek Elektabilitas Capres-Cawapres Nomor Urut 1 Ini?
Acara Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional yang digelar oleh tiga pihak, yakni Front Persaudaraan Islam, Persaudaraan Alumni 212, dan Gerakan Nasional Pembela Fatwa (GNPF) diikuti oleh 600 peserta perwakilan seluruh Indonesia dan mengambil tema Menyatukan Arah Perjuangan Umat Islam Menuju Pembaharuan Indonesia yang lebih baik.

JAKARTA - Masuknya Ijtima Ulama dalam gerbong pendukung capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar disebut pengamat politik kian menguatkan citra mereka sebagai pasangan calon yang membawa suara umat Islam.

Kendati di sisi lain, sambung pengamat, dukungan ini bakal menjadi bumerang lantaran lawan politik mereka bakal menuduh Anies-Imin lekat dengan ormas yang kerap mempolitisir agama atau politik identitas.

Anggota Steering Committee Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional, Aziz Yanuar, mengatakan pihaknya merekomendasikan paslon nomor urut 1 di Pilpres 2024 karena visi-misi mereka memiliki kedekatan secara psikologis yang berkaitan dengan keulamaan.

Menanggapi dukungan itu, Anies menyebutnya sebagai amanah yang harus dijaga sekaligus penyemangat.

Kelompok yang menyatakan diri sebagai Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional menggelar pertemuan pada Sabtu (18/11) di Masjid Az-ZIkra Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

Di sana, salah satu isu yang dibahas adalah mengenai arah dukungan di Pilpres 2024 mendatang.

Anggota SC Ijtima Ulama dan Tokoh Nasional, Aziz Yanuar, berkata pihaknya memang hanya mengundang pasangan calon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar karena dianggap yang paling mendekati kriteria para ulama.

Selain itu, menurut Steering Committee Ijtima Ulama Muhammad bin Husein Al Athos, visi dan misi Anies-Imin memiliki kedekatan secara psikologis yakni yang berkaitan dengan keulamaan.

"Dari calon ini kita dengar bagaimana memposisikan ulama, pondok pesantren, sehingga kita mau dengar langsung. Yang ingin kita lihat dan uji apakah pantas dan bisa kita dukung. Itu sebabnya yang diundang adalah yang bersangkutan [Anies-Imin]," ujar Muhammad bin Husein Al Athos dalam konferensi pers di Sentul, Bogor. 

Rapat para peserta Ijtima Ulama yang berlangsung selama 11 jam tersebut menghasilkan kesepakatan bahwa mereka mendukung pasangan nomor urut 1 tersebut -jika keduanya bersedia menandatangani pakta integritas yang disodorkan.

Aziz Yanuar tak merinci apa saja isi pakta integritas itu. Namun intinya, kata dia, komitmen untuk umat dan masyarakat serta tidak melakukan praktik korupsi, anti-kriminalisasi, anti-penistaan agama, dan anti-komunis. 

Ia menambahkan, pakta integritas penting untuk disepakati. Pasalnya mereka tidak mau memberikan dukungan secara cuma-cuma.

"Jika nanti disetujui [pakta integritas] dan ditandatangani capres-cawapres tersebut maka dengan bulat Ijtima mendung penuh [Anies-Imin]," ujar Aziz Yanuar dalam konferensi pers di Sentul, Bogor.

"Kami tidak mau memberikan cek kosong atau suara begitu saja, ini ulama-ulama harus dijaga marwahnya. Kami belajar dari pengalaman dahulu, tak mau membabi buta," sambung Aziz Yanuar.

"Kalau ada poin-poin yang bukan krusial, bisa dimusyawarahkan. Tapi kalau [seluruh isi pakta integritas] tidak disetujui maka kita lihat saja nanti..."

Aziz Yanuar mengatakan pihaknya memberi waktu sepekan bagi Anies-Imin untuk menandatangani pakta integritas itu.

Seberapa kuat dukungan Ijtima Ulama?

Sejumlah pengamat menyebut dukungan Ijtima Ulama kepada pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar sangat menguntungkan paslon nomor urut satu ini.

Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati, menyebut masuknya Ijtima Ulama dalam gerbong Anies-Imin kian menguatkan posisi keduanya sebagai pasangan religius yang membawa suara umat Islam.

Sebab pemilih yang disasar Anies-Imin tak cuma dari kalangan moderat tapi juga tradisional -yang tujuan utamanya tak lain hanya ingin memenangkan Anies dan Cak Imin. 

"Masuknya Cak Imin memberi warna [pemilih] tersendiri yang sejalan dengan dia. Nah dengan adanya Ijtima Ulama bisa ikut menjaring pemilih Muslim tradisional," ungkapnya, Minggu (19/11).

Wasisto Raharjo juga mengatakan meski beberapa pentolan Ijtima Ulama terpencar ke paslon lain, tapi pengaruh kelompok ini masih sangat kuat.

Ia merujuk pada gerakan populis baru-baru ini yang mendukung aksi bela Palestina di Monas, Jakarta, awal November kemarin.

Meski dia belum bisa memprediksi seberapa besar suara yang bisa didulang dari Ijtima Ulama, tapi setidaknya bisa mengerek secara signifikan.

"Kalau lihat riset dan kajian sebelumnya [Ijtima Ulama] punya pengaruh signifikan. Pengikut mereka adalah kelompok Muslim urban atau modernis di perkotaan."

"Mereka ini nurut pada arahan ulama."

"Jadi memang pasangan ini hendak menegaskan sebagai pasangan yang didukung ulama dan umaro."

Dalam survei Poltracking pada 29 Oktober-3 November 2023, Anies-Cak Imin masih berada di urutan ketiga dengan elektabilitas 24,4%.

Ganjar-Mahfud mengantongi 30,1% dan Prabowo-Gibran dengan angka di atas 45%.

Pengamat politik dari KedaiKopi, Hendri Satrio, mengatakan untuk meningkatkan elektabilitasnya menjadi 35%, maka Anies-Imin memang sangat membutuhkan dukungan Ijtima Ulama.

"Jadi enggak ada ruginya mendapat dukungan Ijtima Ulama."

Kendati demikian, beberapa pengamat menyebut dukungan iIjtima Ulama bakal menjadi bumerang lantaran lawan politik mereka bakal menuduh Anies-Imin lekat dengan ormas yang kerap mempolitisir agama atau politik identitas.

Isu politik identitas mencuat ketika PA 212 dan ormas lain seperti FPI dan Persaudaraan Alumni 212 -yang tergabung di Ijtima Ulama- menyuarakan pemilih pada Pilgub DKI Jakarta 2017 tidak memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang disebut telah menistakan agama.

Akibat kampanye itu, Ahok-Djarot Saiful Hidayat kalah dari Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang didukung FPI serta PA 212 dan akhirnya mengantarkannya menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2021. 

Pengamat politik dari BRIN, Wasisto Raharjo Jati, menyebut ada kemungkinan Anies-Cak Imin menggunakan pola kampanye yang sama.

Kendati intensitasnya tidak akan sekencang dulu lantaran lawan politik mereka tidak ada yang tersangkut kasus penistaan agama.

"Dengan kondisi saat ini, di mana ada trauma polarisasi, publik didominasi gen Z, saya pikir pola kampanye seperti itu mungkin masih berlaku tapi tidak seagresif sebelumnya," jelasnya.

Selain itu, pemilih muda juga tidak terlalu menyukai model kampanye yang membawa-bawa agama atau politik identitas.

Jika hal itu dilakukan Anies-Imin maka mereka bakal kehilangan suara kelompok tersebut.

"Pemilih muda ini kan belum menentukan pilihan, banyak yang masih galau. Mereka masih menimbang dari program atau janji kampanye para paslon."

Capres nomor urut 1, Anies Baswedan mengatakan, para ulama sedianya adalah panutan dan teladan baginya.

Sehingga Ijtima Ulama sudah bagaikan keluarga dan kehadirannya di pertemuan pada Sabtu lalu bukan sekadar capres dan cawapres namun "murid-murid dari para kiyai dan ulama".

Dia kemudian memaparkan visi dan misinya.

Menurut Anies, saat ini terjadi ketimpangan dan ketidakadilan. Itu mengapa dia bersama Muhaimin Iskandar bakal menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 

Anies lalu mengkritisi proyek-proyek pemerintah yang disebutnya menyisakan persoalan di masyarakat.

"Kadang-kadang proyek selesai, masalahnya tidak selesai. Karena orientasinya pada menyelesaikan proyek bukan menyelesaikan masalah."

"Alhamdulilah apa yang kami lakukan di Jakarta ketika membangun mega proyek JIS pendekatannya kolaborasi. Warga yang dulunya tinggal di area sekitar, disiapkan rumah agar tidak begitu saja digusur," ujar Anies.

"Dan ketika membangun proyek 100% menggunakan tenaga Indonesia. Karena itu jangan remehkan tenaga didikan Indonesia. Prioritas kami mengembalikan semua pekerjaan di Indonesia menggunakan tenaga dari Indonesia," ungkapnya.

Di hadapan para peserta Ijtima Ulama, Anies pun berjanji bakal memprioritaskan pembangunan fasilitas pendidikan keagamaan agar lebih berkualitas.

Setidaknya, kata dia, ada kesetaraan bagi pendidikan umum dan agama.

Di akhir pidato, Anies menyatakan pihaknya tidak berkompromi dengan komunisme. Ia berkata, Pancasila adalah harga mati yang tak bisa ditawar-tawar. 

Adapun soal dukungan Ijtima Ulama, Anies menyebutnya sebagai amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya.

Dia berkata, kepercayaan yang diberikan para ulama menunjukkan bahwa banyak pihak menginginkan perubahan.

"Kami mengapresiasi dan memandang ini sebuah amanah, kepercayaan bahwa ikhtiar untuk melakukan perubahan makin banyak mendapat dukungan," ucap Anies di Malang, Jawa Timur, seperti dilansir Detik.com.

"Dan kita ingin perubahan itu nantinya memprioritaskan keadilan dalam semua aspek pengambilan kebijakan, adanya dukungan yang disampaikan tadi merupakan tambahan semangat bagi kami," sambungnya. (*)

Tags : Ijtima Ulama Dukung Anies-Cak Imin di Pilpres 2024, Pengamat: Benarkah Bisa Mengerek Elektabilitas Capres-Cawapres?Islam, Muslim, Politik, Pilpres 2024, Indonesia, Pemilu 2024, Agama,