Tni - Polri   2021/06/03 10:56 WIB

Indonesia dan China 'Akhiri Operasi Pengangkatan' Kapal Selam Nanggala 402 yang Tenggelam

Indonesia dan China 'Akhiri Operasi Pengangkatan' Kapal Selam Nanggala 402 yang Tenggelam
.Foto arsip. Kapal Selam KRI Nanggala-402 saat Latihan Kerjasama Taktis KRI dan Pesawat Udara 2014 di Laut Jawa.

JAKARTA - Indonesia memutuskan untuk mengakhiri operasi pengangkatan kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali dan menyebabkan seluruh awaknya gugur.

Para Rabu (02/06), TNI Angkatan Laut menggelar "rapat koordinasi pengakhiran" operasi pengangkatan KRI Nanggala-402 di Jakarta, yang dihadiri atase pertahanan China untuk Indonesia, demikian keterangan tertulis Dinas Penerangan Angkatan Laut. Sebelumnya China mengerahkan tiga kapal untuk membantu operasi penyelamatan kapal selam tersebut pada bulan lalu.

"Kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada kapal-kapal yang telah bersusah payah melakukan pengangkatan di dasar laut," kata Kepala Gugus Keamanan Laut (Danguskamla) Komando Armada II Laksamana Pertama TNI I Gung Putu Alit Jaya.

Ia menjelaskan pihaknya menyadari bahwa operasi salvage KRI Nanggala-402 di kedalaman 839 meter "bukanlah hal yang mudah dan mengandung tingkat resiko serta kesulitan yang sangat tinggi". "Selama pelaksanaan operasi salvage (pengangkatan) ini telah dilaksanakan penyelaman sebanyak 20 kali dan berhasil mengangkat material-material penting yang merupakan wujud kesuksesan luar biasa dari kinerja tim salvage," katanya.

Kapal selam berusia 44 tahun itu kehilangan kontak dengan Angkatan Laut Indonesia pada 21 April lalu saat mempersiapkan latihan penembakan torpedo di Laut Bali. Ketika kapal selam itu ditemukan beberapa hari kemudian, pihak berwenang mengakui kesulitan mengangkat kapal selam dari kedalaman 840 meter. Kepada kantor berita Reuters, Juru bicara TNI Angkatan Laut, Julius Widjojono, mengatakan tidak ada rencana untuk melanjutkan upaya pencarian setelah kerja sama dengan China berakhir. "[Operasi] pengangkatan sudah selesai," katanya dirilis Reuters, Rabu, seraya menambahkan bahwa bagian-bagian kapal tetap berada di dasar laut.

Sebelumnya, TNI AL bekerja sama dengan Angkatan Laut China dalam operasi pencarian seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 yang gugur dalam kecelakaan di perairan Bali. Saat itu bagian badan tekan atau pressure hull yang diduga menjadi tempat peristirahatan terakhir para awak kapal belum ditemukan. Panglima Koarmada II Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto mengatakan "dengan tidak ada temuannya [personel KRI Nanggala-402], maka kemungkinan akan ada di sana", sebutnya dalam jumpa pers, Selasa (18/05).

Ia menambahkan, badan tekan diperkirakan berada di dalam kawah berdiameter 38 meter dan kedalaman 10-15 meter yang terletak di dekat bagian haluan (bow), anjungan (sail), dan buritan (stern) kapal selam ditemukan. Ada juga kemungkinan badan tekan tertimbun oleh lumpur di dasar laut. "Tapi saat ini pun menggunakan sonar beam tidak bisa mendeteksi," kata Iwan.

China mengerahkan tiga kapal untuk membantu pencarian KRI Nanggala-402 yang tenggelam di kedalaman sekitar 838 meter di perairan Bali. Ketiganya adalah Yongxingdao-863, Nantuo-195, dan Tan Suo Er Hao-2. Dua kapal pertama merupakan kapal militer, sedangkan yang ketiga merupakan kapal riset. Dalam melaksanakan survei, kapal-kapal China didampingi oleh enam kapal dari Koarmada II, termasuk KRI Rigel. Kapal Tan Suo Er Hao berhasil mengangkat sekoci darurat atau liferaft KRI Nanggala-402. Belum ada bagian-bagian besar lain yang berhasil diangkat. Laksda Iwan mengatakan kepada wartawan bahwa operasi pencarian bersama kapal-kapal China akan terus dilanjutkan sampai batas waktu yang belum ditentukan.

'Seluruh awak KRI Nanggala-402 telah gugur' 

Kecelakaan ini menyebabkan seluruh awak kapal selam KRI Nanggala-402 dipastikan telah "gugur". Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan kesimpulan itu didasarkan "bukti-bukti" yang didapatkan dari "citra bawah air" KRI Rigel dan MV Swift Rescue dari Singapura yang melakukan pencarian hingga Minggu pagi.

Disebutkan bahwa bukti-bukti itu antara lain bagian luar kapal, kemudi vertikal belakang, jangkar, hingga baju keselamatan awak kapal selam. "KRI Rigel telah melakukan pemindaian secara lebih akurat di lokasi tersebut menggunakan multibeam sonar dan magnetometer," kata Hadi Tjahjanto.

"Dan telah menghasilkan citra bawah air yang lebih detil. MV Ship Rescue juga telah menurunkan ROV-nya untuk memperkuat citra bawah air secara visual menggunakan kamera," paparnya.

Dari upaya itu, menurutnya, telah diperoleh citra yang telah konfirmasi sebagai bagian dari KRI Nanggala-402. "Meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain, termasuk baju keselamatan awak kapal," ungkap Hadi.

Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut, Panglima TNI menyatakan, bahwa "KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," kata Hadi, dalam jumpa pers di Bali. "Saya nyatakan bahwa 53 personil yang on board KRI Nanggala-402 telah gugur," tambahnya.

Panglima TNI kemudian menyatakan "dengan kesedihan yang mendalam" menyampaikan belasungkawa atas kejadian ini, terutama kepada keluarga para awak kapal selam tersebut. "Atas nama prajurit dan keluarga besar TNI saya sampaikan rasa dukacita yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga prajurit yang gugur," kata Hadi.

'Kapal selam terbelah menjadi tiga bagian' 

Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, mengatakan temuan mereka menyebutkan bahwa "kapal selam terbelah menjadi tiga bagian" di dasar laut di kedalaman sekitar 838 meter. "Jadi di sana KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian," kata Yudo Margono dalam jumpa pers bersama Panglima TNI.

Di hadapan wartawan, Yudo memperlihatkan citra visual beberapa bagian dari badan kapal selam tersebut, termasuk baju keselamatan awak kapal berwarna oranye. "Biasanya ini diletakkan dalam kotak, tapi ini bisa lepas, berarti ada kedaruratan, sehingga diambil dari kotak dan dipakai," kata Yudo menambahkan kemungkinan, awak kapal itu belum sempat memakainya, kondisinya sudah darurat sehingga terlepas.

Apakah kapal selam akan diangkat ke atas?

Ditanya wartawan apakah kapal selam Nanggala akan diangkat ke atas, Yudo Margono mengatakan, pihaknya akan berusaha untuk mengangkatnya. Dia mengaku sudah ada sebuah badan dari luar negeri yang menawarkan untuk mengangkatnya. "Namun demikian, ini perlu keputusan pemerintah, saya akan mengajukan ke Panglima TNI yang nanti secara berjenjang ke atas. Kalau sudah ada keputusan [pemerintah], akan kita angkat kapal itu," ujarnya.

Menjawab pertanyaan tentang faktor penyebab tenggelam KRI Nanggala-402, Yudo Margono mengatakan "bukan karena human error atau kesalahan manusia". "Dari awal saya sampaikan bahwa kapal ini, bukan atau tidak human error. Jadi bukan human error. Karena saat proses menyelam itu sudah melalui prosedur yang betul," katanya.

Menurutnya, kapal selam ini sudah melaksanakan "prosedur penyelaman dengan benar". Saat menyelam, katanya, lampu kapal selam juga masih menyala. "Saat menyelam juga diketahui lampu masih menyala semua. Artinya tidak black out. Nah saat menyelam langsung hilang. Lah, ini nanti yang akan diinvestigasi tentunya setelah badan kapal tadi bisa kita angkat," katanya.

"Sebenarnya sudah kita evaluasi dari awal tentang kejadian ini. Tapi tentunya, saya berkeyakinan ini bukan human error tapi lebih pada mungkin faktor alam," kata Yudo.

Sebelumnya, status 'hilang kontak' kapal selam KRI Nanggala telah berganti setelah sejumlah serpihan dan barang-barang menjadi 'bukti otentik' bahwa kapal telah 'tenggelam'. Dalam keterangan kepada media pada Sabtu (24/04), Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Yudo Margono, mengatakan kepingan dan bagian yang diyakini bagian atau komponen kapal selam "tidak akan terangkat ke luar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur torpedo."

Kondisi ini terjadi mengingat lokasi terakhir kapal berada di kedalaman 850 meter. Barang-barang yang ditemukan antara lain, botol oranye berisi grease pelumasan naik-turunnya periskop kapal selam. Kemudian alas yang biasanya dipakai ABK untuk salat. Menurut Laksamana Yudo Margono, barang-barang tersebut diyakini bagian dari KRI Nanggala berdasarkan kesaksian mantan ABK Nanggala dan komunitas kapal selam. "Dengan demikian, adanya bukti-bukti otentik diyakini milik KRI Nanggala sehingga saat ini kita isyarakatkan sub-miss kita tingkatkan menuju fase sub-sunk. Fase sub-sunk kita siapkan untuk evakuasi ABK," ujarnya.

Ditambahkannya, tim pencarian yang mencakup pesawat dan kapal sejumlah negara mendeteksi KRI Nanggala pada kedalaman 850 meter. "Ini sangat riskan dan memiliki kesulitan tinggi. Dengan kesulitan ini kita tetap jalankan untuk melaksanakan prosedur pengangkatan maupun evakuasi berikutnya," kata KSAL.

Sebelumnya, Laksamana Yudo Margono, mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 memiliki persediaan oksigen untuk 72 jam, atau sekitar tiga hari setelah hilang kontak pada Rabu (21/04) pukul 03.00 WITA. Artinya, cadangan oksigen di kapal tersebut diperkirakan hanya mampu bertahan hingga Sabtu (24/04) dini hari. Meski tenggat telah terlampaui, sebanyak 20 kapal dan lima pesawat dikerahkan untuk mencari kapal selam berawak 53 orang itu pada Sabtu (24/04) pagi.

Di antara kekuatan tersebut, terdapat satu kapal HMAS Ballarat dari Australia dan satu pesawat P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat. P-8 Poseidon dilaporkan telah mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali, pada Sabtu (24/04) pukul 03.00 waktu setempat. Dalam keterangan kepada media, juru bicara Departemen Pertahanan AS, John F Kirby, mengatakan pengiriman pesawat P-8 adalah "untuk membantu pencarian kapal selam Indonesia yang hilang". "Indonesia adalah sahabat yang baik dan mitra strategis, Kami semua sangat bersedih melihat laporan mengenai kapal selam mereka. Simpati dan doa kami untuk para pelaut Indonesia, Angkatan Laut Indonesia, dan tentu semua keluarga mereka," kata Kirby.

Kirby mengatakan bahwa Pesawat P-8 Poseidon adalah pesawat patroli maritim yang didesain secara khusus untuk mencari beragam hal, khususnya kapal selam. "Alat yang canggih ini dapat membantu menuntun pemerintah Indonesia untuk mendapatkan gagasan lokasi [pencarian] yang lebih baik," ujarnya.

Salah satu lokasi pencarian yang bakal dimaksimalkan adalah titik ditemukannya kemagnetan kuat yang dideteksi KRI Rimau pada Kamis (22/04). Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan, KRI Rigel akan dikerahkan untuk memantau titik kemagnetan kuat tersebut. KRI Rigel 933 merupakan kapal survei hydro oseanografi. Kapal ini memiliki kemampuan deteksi bawah air. Kapal ini juga yang digunakan untuk beberapa operasi SAR yang lalu, seperti saat kejadian jatuhnya pesawat Lion Air di Tanjung Karawang dan Sriwijaya Air di Kepulauan Seribu.

"KRI Rigel saat ini sedang berada dekat, diharapkan sore bisa merapat, bisa membangun dan merencanakan kegiatan untuk (mencari) hasil yang kemarin dari KRI Rimau bahwa ada satu titik magnet yang cukup kuat tidak berubah. Itu akan dikejar, semoga jadi titik terang," ujar Riad saat konferensi pers, Jumat.

Sebelumnya, pada Kamis (22/04), Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, menuturkan bahwa pihaknya mendeteksi kemagnetan tinggi di salah satu lokasi pencarian KRI Nanggala-402. "Tadi baru kita temukan saat Panglima ke sana, ada kemagnetan yang tinggi di suatu titik di kedalaman 50-100 meter melayang," ucapnya saat konferensi pers, Kamis.

Selagi operasi pencarian digencarkan atas KRI Nanggala 402, keluarga para awak kapal selam tersebut masih menunggu kepastian. Ratih Wardhani mengaku "menunggu dan berdoa" atas nasib kakaknya, Mayor Laut Wisnu Subiyantoro, yang merupakan satu di antara 53 awak kapal selam tersebut. Menurut Ratih, kakaknya terakhir berjumpa dengan dua anak dan istrinya di Surabaya sebelum pergi berlayar pada Senin (19/04). "Kami semua masih syok," sebutnya dirilis BBC News Indonesia.

Ratih kini berencana bertolak dari rumahnya di Kebumen, Jawa Tengah, ke Surabaya untuk mendampingi kakak iparnya dan kedua keponakannya sekaligus menunggu kepastian nasib Mayor Laut Wisnu Subiyantoro. Sebelum menjadi awak KRI Nanggala, pria kelahiran 24 Agustus 1971 itu merupakan awak KRI Cakra—kapal selam serupa yang juga dibuat di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman.

Dia memulai pendidikan Sekolah Calon Bintara TNI AL sekitar 1989, kemudian dilanjutkan ke Sekolah Calon Perwira. KSAL mengungkapkan bahwa KRI Nanggala 402 sebelum hilang kontak tengah mengikuti latihan penembakan rudal dan torpedo. Latihan yang digelar TNI AL itu diikuti 21 kapal KRI, 5 pesawat dan 2 kapal selama, termasuk KRI Nanggala 402.

Namun, sejak hilangnya kapal selam dengan 53 awak itu, latihan dihentikan dan kini semuanya terfokus pada pencarian. Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan sebanyak 21 kapal perang dan satu pesawat patroli maritim telah dikerahkan untuk mencari KRI Nanggala. TNI juga telah menerima bantuan dari Singapura, Malaysia, Australia, dan India. Singapura akan mengirim kapal Swift Rescue yang berfungsi sebagai kapal penyelamat kapal selam yang mengalami kendala di bawah air. Adapun Malaysia akan mengirimkan Kapal Rescue Mega Bakti yang diperkirakan tiba Senin (26/04).

Selain kedua negara itu, Australia mengutus dua kapal (HMAS Ballarat dan HMAS Sirius) dan India mengirim satu kapal (SCI Sabarmati). Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) juga akan membantu pencarian dengan mengerahkan gabungan BPPT, Basarnas dan P3GL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan) dengan menggunakan kapal Basarnas.

Jejak bahan bakar

Melalui pengamatan udara dari helikopter, pada pukul 07:00 WIB ditemukan tumpahan minyak di sekitar posisi awal kapal menyelam. Temuan serupa dilaporkan KRI REM 331 pada area seluas 150 meter persegi. Keterangan dari TNI AL menyebutkan analisa sementara menunjukkan, "kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out (atau mati listrik) sehingga kapal tidak terkendali dan tidak melakukan prosedur kedaruratan sehingga kapal jatuh pada kedalaman 600-700 meter.

Di seputar area tenggelam menunjukkan "kemungkinan terjadinya tumpahan minyak di sekitar area tenggelam, kemungkinan terjadi kerusakan tangki BBM (retak) karena tekanan air laut atau pemberian sinyal posisi dari KRI NGL-402." Akan tetapi, berdasarkan keterangan Kapuspen TNI, Mayjen Achmad Riad, temuan tersebut "belum dapat disimpulkan sebagai bahan bakar kapal selam".

Ditambahkannya, KRI REM 331 mendeteksi pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2.5 knots. "Kontak tersebut kemudian hilang, sehingga masih tidak cukup data untuk mengidentifikasi kontak dimaksud sebagai kapal selam," papar Mayjen Achmad Riad.

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Julius Widjojono mengungkapkan kepada BBC News Indonesia bahwa pencarian tidak akan berhenti dan akan dilakukan 24 jam. Dia juga mengungkapkan ini baru kali pertama kapal selam TNI AL hilang. Julius mengatakan pencarian dilakukan di perairan Bali Utara dengan kedalaman sekitar 700 meter. TNI AL juga telah mengirimkan distres ISMERLO ( International Submarine Escape and Rescue Liaison officer). Keterangan lain menyebutkan terdapat tumpahan minyak di lokasi kontak terakhir.

Ketika ditanya mengapa bisa hilang, Julius mengatakan, "Kapal ini sudah 40 tahun lebih, dengan risiko tekanan yang cukup besar, materialnya cukup bisa lelah". KRI Nanggala 402 dibuat di HDW (Howaldtswerke Deutsche Werft) Jerman pada 1977 dan mulai digunakan pada 1981, dengan kecepatan jelajah 21,5 knot. Tercatat KRI Nanggala beberapa kali melaksanakan pemeliharaan dan overhaul di Jerman, PT. Pal dan terakhir di Korea Selatan pada tahun 2007 hingga 2012. Kapal selam ini hilang kontak ketika tengah latihan penembakan senjata strategi di perairan Selat Bali.

Dalam jumpa pers pada Kamis (22/04), Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Achmad Riad, mengatakan KRI Nanggala melaksanakan penyelaman pada pukul 03.46 waktu setempat. Kemudian pada pukul 04.00, kapal tersebut melaksanakan penggenangan peluncur torpedo no. 8. Aksi ini, menurut Mayjen Achmad Riad, adalah komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala. Pada pukul 04.25 saat Komandan Gugus Tugas Latihan akan memberikan otorisasi penembakan torpedo, komunikasi dengan Nanggala sudah terputus.

Kecelakaan kapal selam di dunia militer termasuk jarang, kata Muhammad Haripin, pengamat pertahanan LIPI. Peralatan militer punya standar yang lebih tinggi dibandingkan produk komersial atau produk sipil, katanya.

Haripin mengatakan ada dua faktor penyebab kecelakaan kapal selam. "Yang pertama, kendala teknis. Mungkin ada kerusakan teknis yang tidak terdeteksi atau yang dibiarkan berlarut-larut. Yang kedua, human error, atau faktor manusia," kata Haripin.

"Bisa jadi, personel kurang latihan atau dihadapkan pada medan atau lapangan yang menantang atau tidak lazim," tambahnya.

Kapal selam ini mengangkut 53 orang, terdiri dari 49 anak buah kapal, satu komandan dan tiga orang pakar persenjataan. Panglima TNI Hadi Tjahjanto mengatakan seperti dikutip sejumlah laporan, seluruh kapal pencari dikerahkan untuk melacak KRI Nanggala-402. Kapal selam KRI Nanggala 402 adalah satu dari lima kapal selam yang dimiliki Indonesia.

Kapal selam ini sempat diperbarui dan dilengkapi lagi selama dua tahun di Korea Selatan dan selesai pada 2012, menurut kantor berita Reuters. Kecelakaan kapal selam pernah terjadi pada 2017 di Argentina di selatan Samudra Atlantik dengan 44 awak. Puing-puing kapal ditemukan setahun kemudian dan para pejabat memastikan kapal selam itu pecah karena tekanan. (*)

Tags : Kapal Selam Nanggala 402, Nanggala Tenggelam, Indonesia dan China Akhiri Operasi Pengangkatan Nanggala 402 ,