Agama   2025/09/14 11:58 WIB

Jamaah Haji dan Umrah dari Berbagai Belahan Dunia Wajib Melaksanakan Tawaf Ifadah dan Sa'i

Jamaah Haji dan Umrah dari Berbagai Belahan Dunia Wajib Melaksanakan Tawaf Ifadah dan Sa'i

 Ada enam amalan lahiriah selama tawaf yang perlu diperhatikan jamaah.

 AGAMA - Ada enam amalan lahiriah selama tawaf yang perlu diperhatikan jamaah ketika ibadah haji atau umrah.

Pertama, memenuhi semua persyaratan shalat di dalam thawaf, karena tawaf sama halnya dengan sholat. Hanya bedanya, seseorang diperbolehkan berbicara ketika tawaf.

"Hendaklah melakukan idhthiba pada permulaan tawaf," kata Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin.

Yaitu dengan meletakkan bagian tangan sarung di bawah ketiak, dan menggabungkan kedua ujungnya di atas bahu kiri. Hamaah baru berhenti membaca Talbiyah ketika memulai tawaf dan ganti memperbanyak doa-doa.

Kedua , setelah selesai idhtiba hendaklah memposisikan Baitullah di sebelah kiri dan berdirilah di dekat hajar aswad kemudian bergeser sedikit agar Hajar Aswad tepat di depannya, lalu membuat jarak sekitar tiga langkah antara dirinya dan Baitullah, supaya berada dekat dengannya.

"Inilah yang lebih utama untuk dilakukan supaya ya tidak melakukan tawaf di atas Syadzarwan karena termasuk bagian dari Baitullah," katanya.

Syadazarwan adalah dinding yang mengelilingi Ka'bah dan berada di atas fondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim AS.

Imam Ghazali mengatakan, di dekat Hajar Aswad, terkadang Syadzarwan bersambung dengan lantai dan tidak terlihat jelas. Orang yang tawaf di atasnya tidak akan sah tawafnya. Sebab dia tawaf di dalam Baitullah. 

"Kemudian di berdiri itulah, tawaf dimulai," katanya.

Ketiga sebelum melewati Hajar Aswad, bahkan sejak awal tawaf, hendaknya membaca yang artinya.

"Dengan menyebut nama Allah dan Allah maha besar. Ya Allah aku sungguh beriman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, memenuhi janji-Mu dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad yang semoga shalawat dan salam tercurah padanya."

Barulah kata Imam Ghazali kemudian melakukan tawaf. Dari sejak pertama melewati Hajar Aswad sampai berakhir di pintu Baitullah hendaknya membaca.

"Ya Allah rumah ini adalah rumahmu."

Keempat berlari kecil pada tiga putaran pertama dan berjalan tenang pada empat putaran terakhir. Menyentuh dan mencium Hajar Aswad dan rukun yamani disunnahkan pada setiap putaran.

Kelima, setelah thawaf tujuh kali putaran, hendaknya langsung bergegas menuju Multazam yang terletak di antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah. Multazam merupakan tempat mustajab untuk berdoa

Hendaknya bergelayut pada tirai Ka'bah menempelkan pipi kanan di atasnya lalu membentangkan kedua lengan dan kedua telapak tangan di atas sambil membaca :

"Ya Allah Tuhan pemilik rumah kemerdekaan, bebaskanlah leherku dari api neraka, lindungilah aku dari setan yang terkutuk, lidungilah aku dari setiap keburukan, jadikanlah aku merasa cukup dengan apa pun yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan berilah aku keberkahan dalam segala yang telah engkau berikan padaku. Ya Allah sesungguhnya rumah ini adalah rumahmu hamba ini adalah hamba-Mu, Dan inilah tempat bagi orang yang berlindung kepada-Mu dari api neraka

Ya Allah jadikanlah aku termasuk yang paling mulia diantara utusan-utusan yang datang kepadamu."

"Kemudian banyak memuji Allah dan bershalawat untuk Nabi Muammad SAW dan semua Rasul," katanya.

Setelah itu, sesudah semuanya selesai, salat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. Pada rakaat pertama membaca surat Al Kafirun dan hari kedua membaca surat al-ikhlas, itulah dua dua rakaat salat tawaf. 

Imam Az Zuhri mengatakan, "Dalam sunnah berlaku salat dua rakaat bagi setiap tuju kali putaran tawaf," katanya.

Selain itu, wajib haji dan wajib umrah adalah melakukan sa'i. Gerakan sai yakni berjalan bolak-balik dari bukit safa ke marwah sebanyak tujuh kali.

Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan amal lahiriah selama Sa'i. Imam Ghazali menyarankan setelah selesai thawaf hendaknya keluar dari pintu safa.

"Sesampainya di bukit shafa disunnahkan menaiki beberapa tangga kaki bukit kira-kira setinggi orang berdiri," katanya.

Karena Rasulullah SAW, kata Imam Ghazali pernah naik hingga Ka'bah terlihat olehnya dan Sai dimulai dari kaki Bukit Safa. "Akan tetapi sebagian tangga tersebut sudah diperbaharui," katanya.

Seyogianya tidak membelakanginya karena dapat menyebabkan sa'i idak sempurna. Jika memulai sa"i dari tempat itu, maka tinggal sa'i santara Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. 

Setibanya di Marwah langsung mendaki sambil menghadapkan wajah ke Safa satu kali. Dengan begitu, satu kali sa'i telah berhasil dilakukan, ketika telah kembali safa berarti telah melakukan dua kali sa'i.

"Yang demikian terus dilakukan sampai tujuh kali," Dengan melakukannya, tuntas lah tawaf qudum dan sai. Keduanya merupakan susunan, disunnahkan bersuci untuk sai sebaliknya bersuci di dalam tawaf adalah wajib.

Imam Al-Ghazali menyarankan, apabila sudah sampai, maka seyogyanya tidak melakukannya lagi setelah wukuf. Cukuplah hal ini menjadi rukun karena bukan termasuk syarat sah adalah mengakhirkannya setelah wukuf.

"Hal itu hanya persyaratan di dalam tawaf rukun. Yang benar di antara persyaratan saya adalah dilakukan setelah tawaf apapun saja," katanya. (*) 

Tags : sai, sa'i bukit safa, bukit marwah, manasik, manasik haji, manasik umrah, tawaf ifadah, makkah,