INTERNASIONAL - Setidaknya 15 pelaut Amerika Serikat terluka setelah kapal selam nuklir USS Connecticut yang mereka bawa menabrak "objek tidak dikenal", Sabtu (02/10). Kejadian itu terjadi saat mereka berada di dalam perairan sekitar Laut China Selatan.
Mereka berkata, belum jelas apa yang menyebabkan tabrakan tersebut. Insiden itu terjadi ketika ketegangan meningkat di salah satu wilayah yang sangat disengketakan tersebut. Situasi itu dipicu serangan China baru-baru ini ke zona pertahanan udara Taiwan.
Seorang juru bicara Angkatan Laut AS berkata bahwa kapal selam itu sekarang sedang menuju ke wilayah AS di Guam. "Sistem dan ruang propulsi nuklir USS Connecticut tidak terpengaruh dan tetap beroperasi penuh," ujar pejabat itu. Dia menambahkan, tingkat kerusakan kapal selam saat ini masih dikaji.
USS Connecticut beroperasi di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di dunia. China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, tapi negara-negara sekitarnya, bahkan termasuk AS, menyangkal klaim itu.
Selama beberapa dekade terakhir, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam memperdebatkan klaim China atas hampir semua perairan itu. Ketegangan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. AS menyokong banyak negara itu dalam sengketa teritorial di Laut China Selatan.
Insiden kapal selam ini terjadi beberapa minggu setelah AS, Inggris dan Australia menyetujui pakta keamanan bersejarah di Asia Pasifik. Dokumen itu dilihat sebagai upaya untuk melawan China.
Merujuk pakta tersebut, AS akan berbagi informasi dengan Australia untuk membangun kapal selam bertenaga nuklirnya. Sementara itu, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan bahwa dia "sangat prihatin" dengan kebijakan yang merusak perdamaian di Selat Taiwan yang memisahkan Taiwan dan China.
Dia angkat bicara setelah China mengirim sejumlah jet tempur ke zona pertahanan udara Taiwan selama empat berturut-turut. Jumlah pesawat militer yang mereka kerahkan ke wilayah itu disebut terbanyak sepanjang sejarah.
Saat ditanya apakah AS siap untuk mengambil tindakan militer untuk membela Taiwan, Sullivan berkata, "Kami akan mengambil tindakan sekarang untuk mencoba mencegah hari itu terjadi."
Rabu lalu, Menteri Pertahanan Taiwan menyebut China bisa meluncurkan invasi "skala penuh" ke wilayah mereka pada tahun 2025. Taiwan menganggap diri mereka sebagai negara merdeka. Namun China melihat Taiwan sebagai provinsi mereka yang memberontak dan harus diatasi, termasuk dengan kekuatan militer. (*)
Tags : Cina, Amerika Serikat, Militer,