"Sejumlah Tempat Pemakaman Umum (TPU) di beberapa daerah di Riau diperkirakan penuh dalam dua bulan mendatang menyusul kian melonjaknya kasus kematian akibat Covid-19"
erkiraan itu sejalan dengan data Satgas Penanganan Covid-19 yang menunjukkan jumlah kematian naik rata-rata 100 lebih kasus setiap hari. Pakar epidemiologi menyebut peningkatan angka kematian menunjukkan kecepatan penyebaran virus sudah tak terbendung. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah pusat mendorong pemda kembali menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti pada April silam. Namun pemerintah berkata pada tahap ini baru bisa mengingatkan pemda untuk terus patuh pada protokol kesehatan.
Beberapa petugas pemakaman juga memperkirakan tak sampai dua bulan ke depan lahan kuburan akan terisi penuh jika setiap hari jenazah Covid-19 yang dimakamkan sebanyak 30 orang. "Kalau seandainya lonjakan terus rata-rata 30 jenazah, sebulan ke depan (lahan makam) habis," kata Inang Irwan, salah satu petugas makam, Minggu (6/9).
Di Kota Pekanbaru, tempat pemakaman warga yang meninggal akibat Covid-19 sudah mulai berdesakan untuk menampung jenazah baru. Namun Pemko Pekanbaru sudah menyiapkan lahan-lahan baru untuk mengantisipasi.
'Kecepatan penyebaran virus corona mulai tak terbendung'
Tingginya angka kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau beberapa waktu belakangan ini tidak terlepas dari lemahnya kedisiplinan protokol kesehatan yang diterapkan oleh masyarakat. Jika dilihat dari data rilis Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau, Kota Pekanbaru masih menduduki posisi teratas dalam penyebaran angka kasus konfirmasi Covid-19. Tercatat hingga 6 September 2020 sudah 964 orang terpapar Covid-19 di Pekanbaru
Selain Pekanbaru, juga ada dua daerah lainnya di Riau yang tercatat tinggi dalam menyumbangkan kasus konfirmasi Covid-19 di Riau. Di antaranya Kabupaten Siak. Pada medio yang sama total jumlah kasus sudah mencapai 438 kasus, dengan jumlah angka kematian hingga enam kasus. Selain Siak, Kabupaten Kampar juga tercatat sebagai daerah dengan angka kasus corona yang sangat tinggi. Total hingga saat ini sudah ada 358 kasus dengan jumlah angka kematian akibat virus ini sebanyak tiga kasus.
Hal ini sebetulnya sudah dikhawatirkan oleh Juru Bicara (Jubir) Satgas Covid-19 Riau, dr Indra Yovi. Dimana Yovi mengatakan pada saat konferensi pers di beberapa waktu yang lalu, bahwa semenjak PSBB selesai dan masuk dalam hidup di situasi baru (New Normal) kesadaran masyarakat juga banyak berkurang untuk menerapkan protokol kesehatan. Bahkan Yovi sebelumnya telah memprediksi Agustus 2020 lalu, angka kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau akan meningkat, karena adanya beberapa momen. Adapun momen itu adalah pertama, adanya momentum Idul Adha, lalu perayaan HUT RI, dan libur panjang.
Tiga momen ini terjadi pada Agustus 2020 lalu. Ditambah lagi dengan rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan, terutama penggunaan masker, sehingga berpotensi memunculkan klaster-klaster baru. Begitu juga dengan bulan September ini, Yovi juga memprediksi, jika masyarakat tidak ada perubahan, maka angka kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau tiap harinya rata - rata akan bertambah 100 kasus. Dan hal tersebut terbukti saat ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Riau, Mimi Yuliani Nazir sampai saat ini tidak henti - hentinya meminta kepada masyarakat untuk bisa sadar bahwa kondisi Riau saat ini tidak baik-baik saja. Sebab itu Mimi juga terus mengimbau dan mengingatkan masayarakat agar selalu patuh pada protokol kesehatan. "Karena, meski semua aktivitas dibebaskan, bukan berarti protokol kesehatan juga bebas untuk tidak dilaksanakan," ucapnya tegas.
Terus melonjaknya angka kematian sejalan dengan meningkatnya kasus positif. Data Covid-19.go.id menunjukkan rata-rata jumah kematian naik 100 kasus setiap hari. Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, mengatakan kecepatan penyebaran virus sudah tak terbendung. Jika tidak segera diatasi, tiap-tiap daerah yang memiliki angka positif menyimpan 'bom waktu' yang setiap saat bisa meledak. Satu-satunya cara untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, kata Dicky, dengan mengejar jumlah pengetesan sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Testing, tracing, isolasi, tindakan-tindakan ini yang sebetulnya akan menyelamatkan daerah dari jurang banyaknya kematian."
Sayangnya, menurut Dicky, tidak banyak kepala daerah yang gencar melakukan tiga hal tadi sehingga virus dengan mudah dan cepat menyebar. "Ini sejak awal digaungkan tapi sense of crisis banyak kepala daerah masih minim."
IDI minta pemerintah terapkan PSBB lagi
Juru bicara Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan, berkata kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi yang diterapkan banyak daerah terbukti tak mempan menekan angka positif Covid-19. Justru yang terjadi, katanya, pelonggaran tersebut membuat masyarakat menjadi tidak disiplin terhadap protokol kesehatan.
Karena itu ia berharap pemerintah pusat mendorong pemda untuk menerapkan kebijakan PSBB secara utuh. "Makanya ya pemerintah harus berbuat sesuatu untuk perbaiki kondisi ini," imbuh Erlina Burhan.
"Kalau tetap mau dilonggarkan harus pastikan protokol kesehatan dijalankan," tandasnya.
Satgas Covid-19: Kebijakan PSBB tergantung daerah
Juru bicara Penanganan Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan pemerintah pusat menyerahkan sepenuhnya kepada pemda untuk kembali menerapkan kebijakan PSBB secara utuh seperti yang pernah dilakukan pada April lalu. Ketika itu setidaknya 20 daerah menerapkan PSBB untuk menekan laju angka penularan dan penyebaran virus corona, mulai dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Barat, dan beberapa kota di Kalimantan.
Hingga kini, setidaknya satu provinsi yaitu DKI Jakarta dan delapan kabupaten/kota di Jawa Barat dan Tangerang masih menerapkan PSBB transisi. Kata Wiku, sejauh ini pemerintah pusat hanya bisa mengingatkan pemda untuk terus patuh pada protokol kesehatan jika terjadi lonjakan kasus. "Kalau pemerintah pusat lihat misalnya di Jawa Timur merah, maka kita ingatkan kepala daerah harus kontrol dan patuh pada protokol kesehatan," imbuh Wiku Adisasmito.
"Kalau di perkantoran work from home harus disiplin 50%. Industri tetap kapasitas di dalam pabrik 50% dan menerapkan jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan."
"Kalau (protokol kesehatan) dilakukan ketat, kasusnya tak akan begini (tinggi)."
Pengetatan sebaran virus corona melalui uji swab
Sementara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau dalam menggalakkan pengetatan dan penekanan covid-19 melakukan aturan bagi pendatang yang mau masuk ke Riau maupun warga Riau yang habis berkunjung dari luar daerah Riau harus memiliki bukti swab negatif Covid-19 untuk masuk kembali ke Riau.
"Dengan adanya bukti swab, kita bisa memastikan setiap pendatang yang mau masuk ke Riau dalam kondisi sehat dan aman dari Covid-19. Dan begitu juga dengan warga kita yang baru pulang dari daerah luar," ungkap Gubernur Riau Syamsuar, Rabu (2/9/2020).
Setiap pendatang harus memiliki bukti swab sebelum masuk ke Riau, dan ini sendiri bertujuan agar dapat menimalisir penularan virus Covid-19 yang lebih banyak di Riau. Terlebih saat ini kasus terkonfirmasi Covid-19 di Bumi Lancang Kuning mengalami peningkatan yang signifikan. Ia menegaskan, apa yang dilakukan ini bukan berarti melarang warga masuk ke Riau maupun melarang warga keluar dari Riau. Namun sesuai dengan komitmen Riau dalam menangani virus (Covid-19). Terlebih Riau juga telah berencana akan menerapkan PSBB berskala kecil di setiap wilayah yang ada di kabupaten/kota Riau.
"Sebelumnya, kita bersama bupati/walikota se Riau sudah menyepakati untuk melakukan PSBB terbatas di wilayah-wilayah yang banyak ditemukan penyebaran Covid-19. Untuk itu juga kita harus iringi dengan persyaratan swab bagi pendatang. Sehingga PSBB berskala kecil ini bisa maksimal," ucap Gubri.
Gubri menambahkan, bahwa nantinya akan mengkoordinasikan dengan seluruh pemerintah daerah di Riau perihal pemriksaan swab bagi pendatang ini, supaya angka kasus terkomfirmasi covid-19 Riau benar - benar bisa diminimalisir. "Ini harus segera kita tangani dengan maksimal, karena wabah Covid-19 ini sudah banyak berdampak pada pelayanan dan ekonomi masyarakat. Termasuk kapasitas pelayanan kesehatan yang dikhawatirkan kekurangan karena terus mengalami peningkatan," tuturnya.
Kasus Covid-19 tinggi akibat rendahnya protokol kesehatan
Sementara kini Riau memiliki jumlah pasien hampir 1.000, Pekanbaru penyumbang terbanyak kasus Covid-19 di Riau. Kota Pekanbaru menjadi penyumbang terbanyak kasus positif COVID-19 di Provinsi Riau dengan jumlah mencapai 984 orang dari total kasus di Riau 2.582 orang hingga Ahad (6/9/2020) ini. "Untuk satu hari Minggu saja Pekanbaru menyumbang 60 kasus positif COVID-19," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir, Senin (7/9/2020).
Pada hari Minggu kemarin si Riau ada 142 kasus positif COVID-19, dari total itu sebanyak 60 kasus di antaranya merupakan warga Pekanbaru, disusul Siak (22 kasus), Kuantan Singingi(14), Dumai (13), Kampar (12), Pelalawan (10),Rohul (7), Inhil (2), Meranti (1) dan seorang warga asal luar Riau. "Dari 2.582 kasus positif terdapat sedang diisolasi mandiri 764 orang, dirawat di RS 519 orang, sembuh 1.254 orang dan 47 meninggal dunia," kata Mimi.
Juru bicara bidang kesehatan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Pekanbaru dr Mulyadi mengatakan wilayah itu ada penambahan 66 orang yang positif COVID-19. "Memang trennya terus meningkat dari rata-rata 40 per hari kini melebihi 50, bahkan kemarin menembus angka 66," kata dr Mulyadi.
Kabar baiknya pada Ahad ada lima orang yang sembuh dan pulang, dengan penambahan 66 orang positif COVID-19 maka total pasien terkonfirmasi 984 orang dengan rincian 286 orang sembuh dan pulang, 90 orang masih dirawat di RS, 591 orang isolasi mandiri da 17 orang meninggal dunia. (*)
Tags : Kasus Covid-19 Riau Tinggi, Kuburan Bakal Penuh, PSBB,