PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Provinsi Riau masih dihadapkan pada tantangan serius dalam memerangi HIV [human immunodeficiency virus]
AIDS [Acquired Immune Deficiency Syndrome].
"Kasus HIV AIDS masih menyerang Riau."
"Kota Pekanbaru paling terbanyak dengan jumlahnya 2.471 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Riau, Zainal Arifin saat pertemuan lintas sektor dalam upaya penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM), Rabu (17/5).
Data terbaru mengungkapkan bahwa jumlah kasus orang dengan HIV AIDS (ODHA) di provinsi ini telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, dengan total 3.809 kasus tercatat hingga saat ini.
Meskipun upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS telah dilakukan, eliminasi sepenuhnya masih belum tercapai di Provinsi Riau.
Jumlah kasus yang tinggi menyoroti perlunya perhatian serius dan langkah-langkah yang lebih efektif untuk mengatasi masalah ini.
Kadiskes mengungkapkan bahwa berdasarkan data kabupaten/kota, jumlah kasus AIDS hingga Maret paling tinggi tercatat di Kota Pekanbaru.
Hal ini menunjukkan bahwa Kota Pekanbaru memiliki tantangan yang signifikan dalam mengatasi masalah HIV AIDS di wilayah tersebut.
Selain Kota Pekanbaru lanjutnya, Kabupaten Indragiri Hilir jumlah kasus AIDS juga tinggi yakni, 270 kasus. Kemudian disusul Kota Dumai 240 kasus.
Sedangkan daerah yang jumlah kasus AIDS-nya sedikit yakni Kabupaten Indragiri Hulu.
"Jumlahnya hanya 22 kasus," terang Zainal.
Sementara untuk penderita AIDS untuk populasi umum berdasarkan pekerjaan masih didominasi Karyawan. Hingga Maret 2023 jumlahnya mencapai 1.238 orang.
Kemudian, disusul profesi wiraswasta atau usaha sendiri sebanyak 749 kasus. Lalu, Ibu Rumah Tangga (IRT) yang mencapai 521 kasus.
Konteks baru yang diberikan menunjukkan tren yang menarik dalam penyebaran HIV/AIDS di Provinsi Riau.
Dalam data populasi umum, terlihat bahwa pekerjaan sebagai petani, peternak, dan nelayan memiliki jumlah kasus AIDS yang lebih tinggi daripada penjaja seks.
Jumlah kasus infeksi AIDS di kalangan petani mencapai 172 orang, sedangkan penjaja seks tercatat sebanyak 88 kasus.
Data juga menunjukkan bahwa jumlah kasus di kalangan tenaga profesional medis hanya sedikit, yaitu 17 kasus.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok ini mungkin memiliki pengetahuan dan akses yang lebih baik terhadap informasi dan layanan kesehatan terkait HIV AIDS.
Selain itu, kelompok narapidana juga terdampak dengan 17 kasus AIDS. Hal ini menunjukkan perlunya upaya khusus dalam memberikan pendidikan dan layanan pencegahan HIV AIDS di dalam sistem penjara, serta mengurangi risiko penularan di antara narapidana.
Data ini menegaskan bahwa upaya pencegahan dan edukasi HIV AIDS harus melibatkan berbagai kelompok pekerjaan, termasuk petani, peternak, nelayan, penjaja seks, tenaga medis, dan narapidana.
Lalu bagaimana penanganannya?
Strategi yang berfokus pada kelompok-kelompok ini akan membantu mengurangi angka kasus dan memberikan pendekatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelompok.
"Penting untuk terus meningkatkan kesadaran, memberikan akses mudah terhadap pemeriksaan dan pengobatan, serta mengurangi stigma dan diskriminasi terkait HIV AIDS," kata Zainal Arifin.
Dengan menggabungkan upaya dari berbagai sektor dan melibatkan komunitas secara aktif, kata dia, Provinsi Riau dapat melangkah maju dalam mengatasi tantangan HIV AIDS dan menjaga kesehatan masyarakatnya, seperti yang dilansir dari mcr. (*)
Tags : hiv aids, kasus hiv aids, riau, hiv aids serang riau, jumlah penderita hiv aids paling banyak di pekanbaru,