JAKARTA - Kelompok Islam politik membuat pakta integritas pada pasangan Capres-Cawapres Anies-Muhaimin [AMIN] untuk manangkal rongrongan penyakit masyarakat [Pekat] seperti LGBTQ+, Prostitusi, Perjudian, Minuman keras, Narkoba dan penyakit masyarakat lainnya.
Sebagai catatan, dalam pakta integritas yang ditanda-tangani oleh Anies-Muhaimin tak lagi tercantum kalimat "menjaga masyarakat dari rongrongan gaya hidup serta paham-paham merusak yang bertentangan dengan kesusilaan dan norma-norma lainnya yang berlaku di tengah masyarakat Indonesia seperti LGBTQ+, Prostitusi, Perjudian, Minuman keras, Narkoba dan penyakit masyarakat lainnya."
Poin soal revolusi akhlak tersebut berubah menjadi:
"Melakukan Revolusi Akhlak di semua sektor kehidupan untuk membangun bangsa yang berakhlakul karimah demi menuju Indonesia bertakwa dan berkah dengan melindungi masyarakat dari rongrongan gaya hidup serta paham-paham merusak yang bertentangan dengan kesusilaan dan norma-norma lainnya yang berlaku di tengah masyarakat Indonesia serta bertentangan dengan Pancasila."
Kelompok Islam politik pada Pilpres 2019 banyak mendukung Prabowo saat berhadapan dengan Joko Widodo. Kelompok itu bahkan menggelar aksi karena tak terima Prabowo kalah di depan Bawaslu pada 21-22 Mei 2019. Dalam aksi itu 9 orang meninggal dunia.
Namun, setelahnya Prabowo justru bergabung dalam kabinet Jokowi dengan mendapat kursi Menteri Pertahanan (Menhan). Asrinaldi menyebut hal itu yang membuat kelompok Islam yang mendukungnya kecewa dan berpotensi tak akan mendukung lagi Prabowo.
"Ulama lebih mendukung pada AMIN posisi ini karena Prabowo identik dengan Jokowi pada Pemilu 2024. Ini jadi keuntungan untuk AMIN," ujarnya.
Asrinaldi mengakui dalam beberapa wilayah, suara kelompok Islam konservatif dan ulama masih terpecah antara ke Anies dan Prabowo. Namun, Asrinaldi meyakini jumlahnya tak banyak.
Hal yang biasa ya karena tentu ada ulama-ulama yang secara historisnya dulu dekat dengan Prabowo dan komunikasi sampai hari ini," kata Asrinaldi.
"Saya pikir polarisasinya juga akan terjadi di Jawa Timur tapi tidak masalah tapi secara umum tentu lebih banyak diuntungkan Anies ya dalam konteks dukungan ulama," imbuhnya.
Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto meyakini langkah yang diambil AMIN dengan menggaet kelompok Islam konservatif ini adalah langkah yang realistis jika pasangan tersebut ingin masuk ke putaran kedua dalam Pilpres 2024.
Arif menjelaskan langkah AMIN itu juga memang bisa menggerus suara dari kelompok Islam moderat dan liberal. Meskipun, banyak juga kelompok Islam moderat yang masih sejalan dengan narasi pada beberapa poin dalam pakta integritas ulama, terutama terkait LGBTQ.
Namun, kata Arif, patut diakui jika kelompok ini tak begitu signifikan dalam mendulang suara, sebab jumlahnya masih kalah dengan kelompok konservatif.
Selain itu, kelompok Islam konservatif juga cenderung lebih loyal dalam menentukan pilihan di Pilpres, ketimbang kelompok Islam moderat dan liberal. Sehingga, kata dia, memegang suara kelompok Islam konservatif lebih menguntungkan.
"Jadi kontradiksi-kontradiksi itu bisa terjelaskan kalau memang target yang saya pikir itu realistis. Target awal adalah masuk ke putaran kedua," kata Arif.
Arif menyatakan AMIN memang harus mengambil sikap suara mana yang menjadi prioritasnya. Menurut Arif, sulit jika AMIN ingin menggaet dua kelompok berbeda sekaligus.
Dia mengatakan kelompok PKB dan NU tidak bulat mendukung AMIN. Sebab, dukungan suaranya terpecah ke Mahfud MD, cawapres dari nomor urut 3.
Terlebih, AMIN juga diusung oleh PKS. Menurut Arif lebih masuk akal jika AMIN memainkan narasi yang sesuai dengan PKS dan kelompok Islam konservatif jika ingin mendulang suara.
"Kekuatan kelompok ini adalah mereka loyal. Kalau dalam pemilu yang jelas bahwa kontestasinya akan dimenangkan oleh jumlah dukungan yang lebih banyak. Ini menguntungkan. Karena mereka punya loyalitas," jelas Arif. (*)
Tags : analisis, anies baswedan, muhaimin iskandar, amin, pilpres 2024, pemilu 2024, ijtima ulama, islam politik, analisis pemilu 2024,