Sorotan   2021/01/24 13:41 WIB

Vaksinasi Penting untuk Kurangi Tingkat Kematian, Benarkah yang Divaksin Kembali 'Terjangkit Covid-19?'

Vaksinasi Penting untuk Kurangi Tingkat Kematian, Benarkah yang Divaksin Kembali 'Terjangkit Covid-19?'

"Pentingnya diberikan vaksin Covid-19 terutama pada tenaga kesehatan supaya bisa mengurangi tingkat keparahan, bahkan kematian"

emberian vaksin bisa mengurangi risiko terpapar dan juga kematian akibat Covid-19. "Vaksinasi ini sangat penting diberikan kepada tenaga kesehatan, supaya kita bisa mengurangi tingkat keparahan, bahkan kematian akibat Covid-19," kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat memberikan konfrensi pers, Sabtu (23/1).

Pemberian vaksin Covid-19 sangat penting diberikan terutama pada tenaga kesehatan. Vaksin yang saat ini digunakan akan memberikan perlindungan manusia dan mengurangi risiko penularan hingga 30 persen. Sedangkan tanpa perlindungan vaksin, risiko terpapar Covid-19 akan menjadi tiga kali lebih besar, dibanding orang yang mendapatkan vaksinasi covid 19. "Sehingga penyakit Covid-19 yang kita alami tidak menjadi parah bahkan dapat mencegah kematian," ujarnya.

Nadia juga mengingatkan bahwa saat ini sudah lebih dari 600 tenaga kesehatan meninggal dunia akibat Covid-19. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama memutus mata rantai penularan. "Vaksinasi memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan risikonya," katanya.

Adapun sampai Sabtu (23/1/2021) tercatat ada 172.901 tenaga kesehatan yang telah mengakses untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19. Namun dari total angka tersebut sebanyak 27.000 tenaga kesehatan batal ataupun ditunda penerimaan vaksinasinya. Batal atau ditundanya pemberian vaksin pada temaga kesehatan itu disebabkan beberapa alasan. Mulai dari tingginya tekanan darah saat proses screening, penyintas Covid-19 ataupun sedang menyusui.

'Bukti tak ada jaminan 100%'

Sementara Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Universitas Padjajaran akan terus memantau perkembangan 25 orang relawan uji vaksin yang terinfeksi virus corona. Sejauh ini, 25 orang relawan uji vaksin dikatakan hanya mengalami gejala ringan. Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 menyatakan mereka terinfeksi dari lingkungan atau aktivitasnya dan bukan dari vaksin yang disuntikkan dalam uji coba.

Sementara Kementerian Kesehatan menandai kejadian ini sebagai bukti bahwa vaksin tidak benar-benar bisa melindungi sepenuhnya orang yang sudah divaksinasi. Dari 25 orang relawan uji klinis vaksin Sinovac yang terkonfirmasi Covid-19, sebanyak 18 orang di antaranya adalah mereka yang disuntik netral (plasebo), sementara tujuh orang lainnya mendapatkan vaksin Sinovac.

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil memastikan virus tersebut datang dari lingkungan para relawan, bukan dari vaksin. Namun pihaknya tidak akan melakukan tracing-penelusuran kontak atas kasus positif Covid-19 yang menimpa para relawan. Kusnandi beralasan timnya hanya fokus meneliti para relawan dan bukan pihak-pihak di luar itu.

Sejauh ini, seluruh kondisi relawan tersebut dinyatakan mengalami gejala ringan. Seluruh relawan yang telah menjalani uji klinis tahap III ini akan dipantau perkembangan kesehatannya selama tiga bulan ke depan. "Jadi, itu yang relawan semua suruh kontrol dan dikontrol sama surveillance. Jadi dari peneliti ada dokter-dokter umum yang kerjanya ngontrol. Ke rumah, atau pada waktu-waktu tertentu datang juga sendiri ke tempat penelitian. Jadi pasti ketahuan kalau ada apa-apa," kata Kusnandi seperti dirilis BBC News Indonesia, Selasa (19/01) kemarin.

Tetapi Juru bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi mengatakan temuan ini menunjukkan efikasi vaksin Sinovac yang hanya bisa memberikan nilai kebermanfaatan 65,3%. "Jadi sudah terjadi pengurangan risiko penyakit Covid-19 itu 65%," katanya.

Siti menambahkan, vaksin ini tidak benar-benar bisa melindungi sepenuhnya orang yang sudah diimunisasi kebal dari penularan virus corona. Ia memperingatkan masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan. "Itu membuktikan orang yang divaksin masih bisa kena," kata Siti.

Apakah bisa positif dari vaksin yang diberikan?

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan masyarakat tak perlu aneh dengan temuan ini. Sebab, seluruh produksi vaksin Covid-19 tak menjamin bebas dari virus corona. Kecuali, kata dia, relawan penerima vaksin lebih besar yang positif Covid-19, dibandingkan relawan yang tidak menerima vaksin. "Makanya efikasinya harus 50%, tercapai minimal, artinya worth it, masih punya manfaat untuk penduduk. Memang tidak ada jaminan nggak ada yang bisa menjamin 100% itu nggak ada," kata Dicky.

Dicky menambahkan, tak ada vaksin Covid-19 yang menyebabkan seseorang terkena virus corona. Sebab, vaksin yang diberikan kepada seseorang sudah melalui kontrol kualitas. "Zaman dulu dimungkinkan itu, zaman tahun 1900an, sekarang sudah nggak ada. Kalau ada nggak akan lolos," katanya.

Pemerintah telah memulai vaksinasi massal dengan tenaga kesehatan sebagai kategori prioritas. Pemerintah menargetkan menjangkau 181 juta penduduk untuk mendapatkan vaksin dalam waktu 15 bulan ke depan. (*)

Tags : Kementerian Kesehatan, Vaksinasi Penting, Covid-19, Vaksin untuk Kurangi Tingkat Kematian,