JAKARTA - Kendaraan listrik merupakan salah satu upaya dekarbonisasi global pada sektor transportasi yang memerlukan perhatian khusus.
Kepala Laboratorium Teknik Elektro Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memberikan wawasannya terkait hal tersebut di acara Industrial Chemical Engineering Talkshow (IChETS) 2022.
"Hadirnya kendaraan listrik ini diperlukan untuk mengurangi konsumsi minyak, pengurangan emisi karbon, serta perkembangan teknologinya menjadi salah satu pintu untuk mencapai Net Zero Emission sebelum tahun 2050," kata Prof Dr Ir Heru Setyawan M Eng, Kepala Laboratorium Teknik Elektro Kimia ITS.
Ia mengatakan, sektor transportasi merupakan penyumbang 16 persen emisi karbon global.
Akan tetapi, teknologi kendaraan listrik saat ini belum sepenuhnya bebas emisi. Alasannya adalah pembangkit listrik yang masih menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas.
“Teknologi kendaraan listrik saat ini hanya memindahkan emisi karbon dari perkotaan menuju daerah sepi tempat pembangkit listrik dibangun,” jelasnya pada media, Minggu (30/10).
Ia menegaskan bahwa penggunaan kendaraan listrik ini perlu terus digencarkan. Karena, walaupun belum sepenuhnya bebas emisi, setidaknya kendaraan listrik dapat mengurangi konsumsi minyak bumi sebesar tujuh juta barel perhari.
Jika pengurangan konsumsi bahan bakar tersebut berhasil maka, Net Zero Scenario di 2030 dapat tercapai.
Kabar baiknya, mobil listrik penumpang popularitasnya terus melonjak. Diperkirakan, pada tahun 2022 13 persen mobil baru yang terjual adalah mobil listrik.
Heru menjelaskan bahwa penjualan kendaraan listrik mengalami pertumbuhan secara eksponensial pada beberapa tahun terakhir.
Meskipun terhalang oleh pandemi, penjualan mobil listrik dunia pada tahun 2021 justru adalah yang tertinggi, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2020.
Namun sayangnya, kenaikan popularitas kendaraan listrik ini belum menjadi fenomena global dan hanya terjadi di beberapa negara.
Bahkan di kebanyakan negara berkembang, penjualan kendaraan listrik justru terkesan lambat. Penyebabnya adalah harga beli yang mahal dan kurangnya infrastruktur pengisian.
Berdasarkan data yang ada, infrastruktur pengisian energi kendaraan listrik memang terus meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi, peningkatan yang signifikan ini hanya terjadi di Tiongkok.
Indonesia sendiri hanya memiliki 240 unit stasiun pengisian. “Ini pun jika kita lihat sebagian besar ada di pulau jawa,” terang Heru.
Memakai kendaraan listrik bukan cuma mengurangi emisi karbon karena ramah lingkungan. Ramainya kendaraan listrik di Indonesia juga menjadi ladang bisnis baru bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
"Ini bisnis masa depan, di satu sisi, saya mendukung program pemerintah soal insentif kendaraan listrik ini demi lingkungan yang lebih baik," ujar Steven, pemilik Warung Ayam Goreng Gringging Lombok di Surabaya.
Pemilik warung ayam ini memasang Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di warungnya sejak April 2023 lalu.
Kesadaran bahwa ekosistem kendaraan listrik merupakan upaya menjaga lingkungan.
Sejak memasang SPKLU di warungnya, sudah ada 87 transaksi kendaraan listrik yang mengisi daya di SPKLU nya. Apalagi, warungnya berada di jalur strategis jalan utama dari Solo hingga Banyuwangi.
"Hasil dari SPKLU tentunya menjadi tambahan pendapatan baru bagi saya, ini peluang bisnis yang sangat prospektif," katanya.
Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menjelaskan bahwa hal tersebut membuktikan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia sudah semakin terbentuk dan telah sampai kepada masyarakat luas.
Jika sebelumnya franchise SPKLU menarik minat pengusaha mall, perkantoran, saat ini warung makanpun ingin berkontribusi terhadap pengurangan emisi.
Beralih ke kendaraan listrik menjadi pilihan strategis, mengingat sektor transportasi menjadi salah satu penyumbang utama emisi karbon di Indonesia.
"Sebagai gambaran, 1 liter bahan bakar minyak (BBM) setara dengan 1,5 kilowatt hour (kWh) listrik. Emisi karbon 1 liter BBM setara dengan 2,4 kilogram (kg) CO2e, sedangkan 1,5 kWh listrik emisinya setara 1,5 kg CO2e," jelas Darmawan.
Apalagi kata Darmawan, listrik yang disediakan untuk mengisi daya kendaraan juga akan semakin bersih, menyusul mulai dibangunnya pembangkit yang berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Artinya, pada kondisi saat ini pun, menggunakan kendaraan listrik sudah mampu mengurangi emisi lebih dari 35 persen. Seiring dengan pembangkit PLN yang menuju ke EBT, maka ke depan kendaraan listrik emisinya akan nol," jelasnya.
Darmawan menekankan bahwa selain ramah lingkungan, keunggulan kendaraan listrik adalah lebih hemat, baik dari sisi biaya operasional maupun pemeliharaan. Sebagai gambaran, mobil dengan BBM dengan jarak tempuh 10 kilometer (km) menghabiskan 1 liter BBM, sedangkan mobil listrik dengan jarak sama menghabiskan 1,5 kWh.
"Maka, dengan asumsi tarif listrik sebesar Rp 1.699,53 per kWh, hanya diperlukan biaya sekitar Rp 2.500 untuk mobil listrik dan sekitar Rp 13 ribu untuk mobil BBM dalam menempuh jarak 10 km. Dengan begitu, biaya operasional menggunakan mobil listrik tidak sampai 20 persen dari biaya menggunakan mobil BBM," urainya.
Selain itu biaya pemeliharaan mobil listrik lebih efisien dibandingkan dengan mobil BBM. Antara lain, mobil listrik tidak menggunakan oli mesin, dimana pada mobil BBM harus dilakukan penggantian setiap 10 ribu kilo meter dengan biaya di atas 1 juta rupiah.
Darmawan juga menjelaskan bahwa penggunaan kendaraan listrik akan bermanfaat terhadap kedaulatan energi nasional, dimana akan mengurangi impor BBM.
"Dengan adanya transisi dari BBM ke listrik, maka akan terjadi peralihan energi berbasis impor yang kotor dan mahal, menuju energi berbasis domestik yang murah dan bersih. Sehingga kedaulatan energi nasional semakin kokoh," pungkasnya.
Terkait infrastruktur pengisian daya, masyarakat tidak perlu khawatir. PLN saat ini telah menyediakan 616 unit SPKLU yang tersebar pada 237 lokasi untuk pengendara kendaraan listrik di tanah air. (*)
Tags : kendaraan listrik, emisi karbon, kenderaan listrik kurang emisi karbon, dekarbonisasi global, kenderaan listrik dorong pertumbuhan ekonomi, news,