SEJARAH - Sebelum lahir Indonesia, Nusantara terdiri dari kerajaan-kerajaan yang mendiaminya dengan corak Hindu-Buddha. Namun demikian, kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha itu secara berangsur diganti sistem kekuasaan yang bercorak Islam.
Dalam buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan karya Buya Ahmad Syafii Maarif disebutkan mengenai suatu teori tentang peralihan corak kekuasaan tersebut. Teori itu berasal dari Coedes yang mengambil contoh dari Kerajaan Majapahit. Disebutkan, ada beberapa sebab mengapa Majapahit sebagai kerajaan yang bercorak India kemudian mengalami keruntuhan dan peralihan corak kekuasaan.
Pertama, penyebab utama kejatuhan imperium Majapahit adalah munculnya Malaka sebagai pusat komersial yang dikuasai oleh Muslim. Atau dalam isitilah masa kini terjadi perubahan politik global. Ini ditandai dengan pusat ekonomi yang beralih dan munculnya kekuasaan baru dunia secara bertahap, yakni zaman kolonialisme Eropa di Asia.
Islam yang semula bertapak di kawasan pantai, secara berangsur merayap ke pedalaman sejak permulaan abad ke-15. Kedua, Majapahit dilanda perang saudara dalam perebutan kekuasaan. Raja Majapahit Rajasanagara wafat pada 1389 dan digantikan oleh menantu dan keponakannya yakni Wikramawardhana. Setelah beberapa tahun di atas takhta, Wikramawardhana pada 1401 mendapat perlawanan dari Wirabhumi atau putra Rajasanagara dari selirnya. Perang saudara ini berlangsung pada 1406 dengan berujung pada kematian Wirabhumi.
Namun demikian, meski Wikramawardhana menang, keruntuhan Majapahit sudah tak dapat dibendung lagi. Sejarah mencatat, Majapahit bertahan selama 236 tahun, yakni dari 1298-1528 Masehi. Ketiga, gangguan dari China. China di bawah Kaisar Yung Lo memaksakan kehendaknya untuk menggantikan kuasa Jawa atas seluruh Nusantara dan Semenanjung Malaya. Laksamana Cheng Ho yang merupakan seorang Muslim ditugaskan untuk melaksanakan misi global China ini. (*)
Tags : Islam, Manuskrip Islam,