INTERNASIONAL - Setidaknya 13 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka, sementara tak kurang dari 10.000 warga harus diungsikan setelah pecah baku tembak di perbatasan Kirgistan-Tajikistan yang dipicu oleh insiden di sebuah fasilitas air.
Termasuk di antara korban tewas adalah seorang remaja perempuan Kirgistan. Bentrok berawal hari Rabu (28/04) ketika warga dari kedua negara saling melempar batu menyusul pemasangan sejumlah kamera pengawas di sebuah fasilitas air. Kedua negara tetangga China ini menyepakati gencatan senjata dan penarikan tentara, namun masih terjadi tembakan sporadis.
Korban tewas berasal dari pihak Kirgistan, sementara hingga Jumat (30/04) belum diketahui data korban dari pihak Tajikistan. Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa bangunan terbakar. Fasilitas air yang dipersengketakan tersebut berada di kawasan Batken di Kirgistan. Gubernur Batken mengatakan kedua pihak sudah sepakat bahwa peralatan pengawasan di fasilitas air harus dibongkar, namun pihak Tajikistan menolak.
Setelah itu situasi memanas dan penjaga perbatasan kedua negara terlibat dalam konflik ini. Pada Kamis (29/04), militer Kirgistan dan Tajikistan saling mengeluarkan tembakan, namun pada pukul 20.00 waktu setempat, tentara mundur dan kembali ke pangkalan masing-masing. Perwakilan polisi di Batken kepada kantor berita AFP mengatakan "baku tembak berlanjut sepanjang malam namun tidak berlangsung intensif".
Ia menambahkan baku tembak "dilakukan oleh militer dan warga sipil". Ketiadaan perjanjian perbatasan yang solid antara Kirgistan dan Tajikistan memicu bentrok berdarah sejak kedua negara merdeka pada 1991, setelah Uni Soviet ambruk. Pada hari Jumat (30/04), Tajikistan mengakui adanya gencatan senjata dalam pernyataan yang diterbitkan oleh badan informasi negara. (*)
Tags : Kirgistan-Tajikistan Bentrok, Rebutan Fasilitas Air, Bentrokan Tewaskan Masyarakat Sipil,