"Pengamat perkotaan memperkirakan Kota Pekanbaru akan tetap bergumul dengan persoalan kemacetan, polusi udara, dan krisis air"
eski ibu kota provinsi itu sudah diperbanyak ruang hijau, pasalnya, kegiatan pemerintahan beserta aparatur sipil negara (ASN) hanya bisa membebani Kota Pekanbaru sekitar 10%.
Masa kepemimpinan Walikota DR H Firdaus ST MT Kota Pekanbaru jauh berkembang pesat. Banyak daya tarik yang dibangun sejak dipimpin Firdaus, baik daya tarik bagi masyarakat lokal, nasional, maupun internasional.
"Kota Pekanbaru perkembangannya sangat dasyat, karena banyak magnet-magnet yang ada di tempatkan disetiap ruang di Kota Pekanbaru ini," kata Mardianto Manan menyikpai kota itu pada media belum lama ini.
Salah satu contoh dikatakan Mardianto Manan, yakni pusat perkantoran walikota Tenayan Raya yang dibangun di masa kepemimpinan Firdaus.
"Magnet itu daya tariknya bukan main kuatnya. Mulai dari daya tarik internasional, nasional bahkan lokal."
"Salah satu kita sekarang ini berada di kawasan pusat perkantoran Tenayan. Yang dulu mungkin saya agak sinis melihat kawasan pusat perkantoran," ucap Mardianto Manan.
"Tengok saja statement saya dari mana-mana. Tapi setelah ini dibangun, rupanya magnet-magnet yang baru tadi bisa menarik menjadi besi sembrani. Sembrani itu mengangkat ruang-ruang ini untuk orang pada mendekat." sambungnya.
"Katakanlah orang, pegawai negeri yang baru diangkat hari ini saja, kalau dia tinggal dan bekerja di kantor ini (Tenayan), kalau dia ngambil rumah kredit, ngapain dia ngambil rumah di Sukajadi atau di Panam. Lebih elok dia dekat disini. Artinya kawasan perkantoran Tenayan ini menjadi daya tarik abadi bagi ruang sekitarnya untuk memeratakan kota ini," sebutnya.
Jauh sebelum pusat perkantoran walikota Tenayan Raya dibangun, disampaikan Mardianto Manan, wilayah Tenayan Raya identik sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat menanam ubi. Namun saat ini jauh berkembang pesat.
"Dulu ruang ini, Kulim itu sangat indentik dengan orang menanam ubi atau membuang sampah. Tapi hari ini... itu dari segi kawasan perkantoran saja. Kalau dari segi regional atau Sumatera nya, Kota Pekanbatu ini terletak di jantung atau tengah Sumatera. Jadi dari mana sisipun sangat dekat," ucapnya.
Pekanbaru sudah terlalu berat lantaran statusnya sebagai pusat pemerintahan, pusat bisnis, pusat keuangan, pusat perdagangan dan jasa. "Akhirnya, kota ini imbasnya, terkenal sebagai kota termacet," sebutnya.
Mardianto Manan menyebut pemicu utama kemacetan adalah populasi kendaraan yang tidak terkontrol. Sementara pertumbuhan ruas jalan terbatas, sehingga tak mampu menampung kendaraan.
Kerugian ekonomi ditimbulkan akibat kemacetan di ibu kota akan mulaiterlihat. Sementara, polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan industri tak terhindarkan.
Kualitas udara di Kota Pekanbaru tercatat sebagai terburuk di Sumatera. Belum lagi ketersediaan air yang diperkirakan akan mencapai kelangkaan absolut pada 2040.
Dengan segala persoalan itu dan demi pemerataan pembangunan dan ekonomi, Pj Walikota Muflihun harus sudah bisa memutuskan akan membuat dan menjadi prioritas pembangunan berskala global.
Kota Pekanbaru perkembangannya sangat dasyat. Salah satu contoh, yakni pusat perkantoran walikota Tenayan Raya yang dibangun di masa kepemimpinan Firdaus.
"Salah satu kita sekarang ini berada di kawasan pusat perkantoran Tenayan. Yang dulu mungkin saya agak sinis melihat kawasan pusat perkantoran. Tengok saja statement saya dari mana-mana. Tapi setelah ini dibangun, rupanya magnet-magnet yang baru tadi bisa menarik menjadi besi sembrani. Sembrani itu mengangkat ruang-ruang ini untuk orang pada mendekat," ucap Mardianto Manan.
"Katakanlah orang, pegawai negeri yang baru diangkat hari ini saja, kalau dia tinggal dan bekerja di kantor ini (Tenayan), kalau dia ngambil rumah kredit, ngapain dia ngambil rumah di Sukajadi atau di Panam. Lebih elok dia dekat disini. Artinya kawasan perkantoran Tenayan ini menjadi daya tarik abadi bagi ruang sekitarnya untuk memeratakan kota ini," sambungnya.
Jauh sebelum pusat perkantoran walikota Tenayan Raya dibangun, wilayah Tenayan Raya identik sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat menanam ubi. Namun saat ini jauh berkembang pesat.
"Dulu ruang ini, Kulim itu sangat indentik dengan orang menanam ubi atau membuang sampah. Tapi hari ini... itu dari segi kawasan perkantoran saja. Kalau dari segi regional atau Sumatera nya, Kota Pekanbatu ini terletak di jantung atau tengah Sumatera. Jadi dari mana sisipun sangat dekat," ucapnya.
Keputusan pemindahan pusat perkantoran di Tanayan Raya ditanggapi beragam oleh publik. Ada yang setuju dan menaruh harapan pada kondisi Pekanbaru agar setidaknya mengurangi kemacetan, namun ada pula yang menolak dengan alasan pemborosan.
Hery misalnya, pekerja di KotaPekanbaru, setuju dan optimistis kepindahan pusat perkantoran ke Tanyan Raya,setidaknya mengurangi kemacetan sampai 30%. Sebab semua pegawai pemerintahan ikut pindah.
"Pasti pengaruh kemacetan. Mungkin nanti rasanya kayak liburan sekolah. Rasanya agak lengang," ujar Hery.
"Karena kalau kita lihat, para ASN ini juga banyak."
Baginya, Pekanbaru sudah tidak layak dijadikan Ibu Kota karena sudah terlampau sesak. Dalam bayangannya, ibu kota yang ideal adalah yang memiliki trotoar luas bagi pejalan kaki dan ada jalur pesepeda.
"Karena sudah nggak banget punya ibu kota kayak Pekanbaru. Apalagi sekarang, bikin Pekanbaru bertabah makin semrawut. Saya nggak yakin di tangan Pj Walikota sekarang Pekanbaru bisa seperti Singapura."
"Sekarang aja kalau keluar rumah, sudah mikir-mikir. Udaranya itu..."
Pendapat berbeda diutarakan Winna Wijaya. Pekerja di perusahaan swasta ini menyebut alasan kepindahan pusat pemerintahan Kota Pekanbaru hanyalah pemborosan anggaran.
Menurutnya, kondisi yang disebutkan Pekanbaru sudah terlalu berat bebannya, bisa dicari solusi. Persoalan macet, perlahan ditangani dengan transportasi publik yang kian bagus.
"Kalau macet, masih bisa diselesaikan. Transportasi kita nggak kurang-kurang," tuturnya.
Hal lain yang dikritiknya yakni gedung-gedung pemerintahan yang bakal banyak menganggur.
"Itu gedung-gedung yang sudah dibangun, kalau pindah mau diapakan? Makanya nggak matang pindah ibu kota ini". (*)
Tags : Kota Pekanbaru, Pekanbaru Tetap Macet, Pekanbaru Pusat Pemerintahan, Dibayangi dengan Krisis Air dan Udara Buruk, Sorotan,