Internasional   2022/01/13 14:48 WIB

Krisis Ekonomi Venezuela: Warga Memburu Harimau, Sebagai 'Usaha Sampingan'

Krisis Ekonomi Venezuela: Warga Memburu Harimau, Sebagai 'Usaha Sampingan'
Banyak orang Venezuela mengandalkan pekerjaan sampingan. Beberapa di antaranya bekerja hingga tujuh hari dalam satu minggu, bahkan mendedikasikan waktu 12 jam per hari demi penghasilan tambahan.

INTERNASIONAL - Krisis Ekonomi Venezuela warga berjualan beras dan memburu hariamau di hutan sebagai bekerja usaha sampingan.

"Saya akan membeli dolar Anda yang sudah jelek, rusak, dan bernoda," kata Miguel Urrutia, seorang mahasiswa akuntansi di Venezuela yang bertahan hidup memperjualbelikan mata uang.

"Orang-orang enggan bersekolah atau bekerja, karena ini adalah satu-satunya cara untuk menghasilkan uang," kata Miguel yang berdiri di dekat sejumlah pemuda di alun-alun kota Caracas yang ramai.

Banyak orang menolak dolar yang rusak, tetapi Miguel justru menjadikannya ladang bisnis. Dia berbagi tempat dengan sejumlah pedagang kaki lima lainnya yang menjajakan kabel ponsel hingga makanan China di sudut Plaza Bonalde di kawasan Catia, Caracas.

Kawasan itu memang terkenal sebagai tempat para pedagang kaki lima, yang oleh orang Venezuela disebut sebagai 'penjaja'.

Para penjaja biasanya muncul di dua hingga tiga kawasan pejalan kaki. Tetapi beberapa tahun terakhir para penjaja mulai membanjiri jalan-jalan lainnya di area itu. "Orang-orang berubah sejak kedatangan dollar," kata seorang penjual tas karung berusia 61 tahun di Catia.

"Sebelumnya mereka memberi ini [tas karung secara cuma-Cuma] di toko roti, tetapi sekarang orang-orang menjual segalanya, apa pun bisa dijual. Kalau tidak ada, mereka akan mengadakannya."

Sejak perekonomian Venezuela anjlok hingga 80 persen pada 2013 hingga 2021, kehadiran mata uang dolar di jalanan telah mengacaukan sektor formal.

Survei nasional yang dilakukan Universitas Katolik di Venezuela pada 2014-2021, jumlah pekerjaan formal menurun sebesar 4,4 juta. Jumlah itu setara dengan populasi produktif di negara itu. Sepanjang 2021 saja, sebanyak 1,3 juta pekerjaan formal telah tutup. 

Selain itu, jumlah pekerjaan formal yang tersisa tidak sampai 40% dari total jumlah pekerja. Tetapi apabila studi lain dipertimbangkan, misalnya dengan mengukur jumlah pekerja informal melalui jumlah orang yang terdaftar dalam program jaminan sosial, maka jumlah pekerja formal menurun menjadi 20%. Angka itu merupakan yang terendah di Amerika Latin. 

Mengandalkan pekerjaan informal

Krisis yang terjadi pada sektor formal tidak hanya berdampak pada orang-orang yang mencari nafkah di jalanan. Seorang petugas penjaga keamanan yang kini menjadi tukang reparasi microwave, seorang insinyur yang kini memasang pipa ledeng, seorang guru yang berjualan selai dan saus pasta, serta guru lainnya yang bekerja di restoran pizza.

Banyak orang Venezuela mengandalkan pekerjaan sampingan. Beberapa di antaranya bekerja hingga tujuh hari dalam satu minggu, bahkan mendedikasikan waktu 12 jam per hari demi penghasilan tambahan.

Oscar, bukan nama sebenarnya, sebelumnya menjalani sekolah sebagai koki dan memulai bisnis perbankan online. Tetapi saat ini, dia menghasilkan uang melalui gim.

"Orang-orang bisa menghasilkan US$50 (Rp717.000) per bulan, lebih banyak dibandingkan upah minimum atau uang pensiun (yang hanya berkisar US$5 (Rp71.730) hingga US$10 (Rp143.460), tetapi itu pun belum cukup," kata Oscar dirilis BBC.

Oscar menghabiskan hari-harinya dengan bermain Axie Infinity, sebuah gim karakter yang bisa diperjualbelikan menggunakan NFT (non-fungible token, produk turunan dari kripto).

"Orang-orang di sini bahkan bisa menghasilkan US$50 (Rp717.000) dalam waktu satu hingga dua jam bekerja, ini adalah penyelamat," jelas dia.

Dengan memonetisasi Axie Infinity, mereka biasanya menghasilkan rata-rata US$800 (Rp11,4 juta) per bulan.

Venezuela pun kini menjadi negara kedua dengan pengguna Axie Infinity terbanyak di dunia setelah Filipina, menurut data lalu lintas internet yang diterbitkan SimilarWeb.

"Ada beberapa cara untuk menghasilkan uang lewat gim ini, dengan investasi yang tidak begitu besar," papar Oscar.

"Cara kerjanya membuat kami membutuhkan kerja sama tim untuk bisa mengalahkan pemain lain. Rekan bermain saya di antaranya adalah seorang dokter gigi yang meluangkan waktu untuk bermain ini saat menunggu pasien, hingga pekerja di supermarket yang bermain di waktu luangnya." 

'Memburu harimau'

Ada ungkapan 'memburu harimau' di Venezuela bagi orang-orang yang harus bertahan dengan bekerja di luar ranah spesialisasinya. Istilah itu mulanya popular di dunia hiburan sejak era 1930-an, ketika banyak musisi tidak memiliki latar belakang profesional.

Sejak saat itu, terutama di tengah krisis ekonomi terburuk dalam sejarah Amerika seperti saat ini, orang-orang Venezuela pun terpaksa 'berburu harimau'.

"Pekerjaan informal justru menghasilkan lebih banyak uang. Banyak orang, terutama yang bekerja di sektor publik mengundurkan diri atau meninggalkan pekerjaan mereka begitu saja, kemudian mendedikasikan waktu mereka untuk hal lain," kata Pengamat ekonomi dan bisnis Demetrio Marotta.

"Negara bisa dibilang telah kolaps, sehingga jaminan sosial tidak lagi bisa memberi perlindungan bagi mereka untuk kehidupan yang stabil," lanjut dia.

Ekonom lainnya, Asdrúbal Oliveros mengatakan, "Hiperinflasi tidak hanya menghancurkan mata uang Venezuela, tetapi juga mengancam stabilitas pekerjaan. Situasi yang genting membuat orang memprioritaskan penghasilan yang bisa menutupi kebutuhan sehari-hari mereka dibandingkan pekerjaan yang secara teori memberi stabilitas."

"Dolarisasi terjadi lebih cepat pada sektor informal dibandingkan sektor formal, sebab banyak perusahaan masih menggunakan mata uang bolivar," kata Oliveros.

Itu adalah alasan Yulimar Aldana, 26 tahun, memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai asisten laboratorium dan berjualan bahan pokok di wilayah San Martin, Caracas.

"Saya menghasilkan lebih banyak uang dengan menjual beras, tepung, dan minyak di jalanan dibandingkan di laboratorium. Saya juga tidak perlu mengeluarkan ongkos atau menghabiskan waktu empat jam sehari untuk sampai ke tempat kerja."

Krisis ekonomi Venezuela telah berdampak besar bagi pelayanan publik, termasuk transportasi publik yang tidak lagi efisien karena kekurangan bahan bakar dan suku cadang. (*)

Tags : Amerika Selatan, Ekonomi, Venezuela,