INTERNASIONAL - Gudang di Beirut menjadi tempat penyimpanan senyawa kimia amonium nitrat sebanyak 2.750 ton meledak. Sebelum ledakan besar terjadi pada Selasa (04/08), beberapa video yang beredar menunjukkan sempat terjadi kebakaran di area pelabuhan.
Di dalam video terdengar suara letupan beberapa kali, juga terlihat percikan api dan kemudian ledakan besar yang goncangannya terasa ke seluruh Beirut. Para petugas penyelamat di Lebanon masih mencari lebih dari 100 orang yang hilang setelah ledakan besar mengguncang ibu kota Beirut Selasa (04/08). Ledakan besar itu menewaskan paling tidak 100 orang dan melukai lebih dari 4.000 lainnya.
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab berjanji akan menghukum pihak yang bertanggung jawab. "Peristiwa ini tidak bisa dibiarkan. Kami akan menghukum pihak yang bertanggung jawab. Itu komitmen kami terhadap korban tewas dan mereka yang terluka. Kami akan mengungkap apa yang terjadi pada senyawa kimia yang sudah tersimpan di gudang tersebut sejak 2014," ujarnya.
Petugas penyelamat mengais puing reruntuhan
Para petugas penyelamat di Lebanon mencari lebih dari 100 orang yang hilang setelah ledakan dasyat mengguncang kawasan pelabuhan di ibu kota Beirut Selasa (04/08). Ledakan besar itu menewaskan paling tidak 100 orang dan melukai lebih dari 4.000 lainnya.
Seluruh kota terguncang akibat ledakan dan kepulan asap menyerupai jamur dapat terlihat menyebar di kawasan pelabuhan. Presiden Michel Aoun mengatakan ledakan disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan tanpa pengamanan di gudang. Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian dan juga sebagai bahan peledak. Aoun mengadakan pertemuan kabinet Rabu (05/08) dan mengatakan keadaan darurat selama dua minggu akan ditetapkan. Lebanon menetapkan masa berkabung tiga hari mulai Rabu ini.
Seorang WNI luka-luka
Sebelumnya Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat itu. Ia mengatakan sekitar 70% barang-barang impor Lebanon, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya, datang melalui lokasi terjadinya ledakan. "Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan [pasokan] pasti terganggu," kata Hajriyanto dirilis BBC Indonesia, Rabu (05/08/2020).
Untuk itu, ia mengatakan pihaknya mengimbau para WNI, terutama mereka yang tinggal di Beirut, untuk memperhatikan stok makanan. Ia menambahkan pihak KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan. "Kita selama pandemi Covid-19 memang sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini," ujarnya.
Selain fokus pada dampak ekonomi, Hajriyanto mengatakan pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat itu. Menurut keterangannya, gudang yang meledak itu adalah tempat penyimpanan bahan-bahan amonium nitrat yang digunakan untuk keperluan industri. "Bahan itu harus dijaga ketat. Tidak tahu bagaimana ada info, terkena api. Sampai hari ini belum ada informasi bahwa itu adalah tindakan terorisme, tapi kecelakaan," kata Hajriyanto.
Saat kejadian ledakan, Hajriyanto menceritakan, ia dan staf di KBRI- yang jaraknya sekitar delapan kilometer dari lokasi kejadian- merasa seperti sedang terjadi gempa bumi dan ledakan yang sangat dekat. "Gorden-gorden itu jatuh," ujarnya.
Berbagai laporan menyebutkan ledakan itu terdengar sampai ke Nicosia sejauh 240 kilometer di Siprus. Guncangannya, menurut catatan sejumlah pakar seismologi, setara dengan gempa magnitudo 3,3. Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil. "Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut," kata Faizasyah.
Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran
Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan WNI yang mengalami luka tersebut adalah seorang perempuan yang berada di kawasan Jal El Dib, sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut. "Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib," sebut Hajriyanto.
Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI dan 1.234 TNI anggota kontingen Garuda. Menurut Dubes RI untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, KRI Sulthan Hasanuddin 366—yang bertugas sebagai Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL—terkonfirmasi aman karena sedang berlayar di Mersin, Turki. Sementara itu, Hamzah Assuudy Lubis selaku Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa "ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik".
Dia dan beberapa teman sesama mahasiswa tinggal di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian. Secara terpisah, mahasiswa Indonesia lain bernama Fitrah Alif melalui akun Twitternya menulis, "65 mahasiswa terpantau aman lagi pada rebahan di kasur asrama masing-masing."
"Saya lagi di asrama di kota Tripoli, sekitar 80 kilometer dari Beirut dan tidak terasa guncangan, namun teman yang tinggalnya 8 km dari titik ledak, dia merasa seperti gempa, terasa getarannya," kata Fitrah.
WNI diminta tidak keluar kota selama status darurat
Beberapa jam setelah ledakan Hamzah mengatakan keadaan kini sudah tampak normal. Namun, penyebab ledakan masih simpang-siur dan hal itu membuat sejumlah mahasiswa khawatir. "Kami dapat kabar masih belum jelas kenapa penyebabnya. Kalau ledakan itu disengaja itu kan mungkin bisa menyebabkan perang, dan sebagainya di Lebanon. Itu yang kami takutkan, kalau terjadi sesuatu yang tidak disenangi, kami bisa direpatriasi," ujarnya.
Saat ini para WNI, terutama yang di Beirut, diminta untuk tidak mendekati lokasi ledakan. Mereka yang di Beirut juga diminta tidak keluar kota selama status darurat. Saat ini, Hamzah mengatakan para mahasiswa Indonesia di Lebanon tengah menggalang bantuan bagi mereka yang terdampak ledakan di negara itu. "Kita tidak turun ke lapangan, tapi akan kami sampaikan ke Palang Merah Lebanon," paparnya.
Gudang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat
Para pejabat menuding adanya bahan peledak yang disimpan di gudang selama enam tahun. Kepala Keamanan Umum, Abbas Ibrahim, mengatakan "bahan berdaya ledak tinggi" hasil sitaan beberapa tahun sebelumnya disimpan dalam gudang tersebut. Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan adanya 2.750 ton amonium nitrat - bahan untuk pupuk dan peledak - disimpan di gudang "tidak dapat diterima."
"Saya tidak akan diam sampai kita menemukan orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, sehingga kita dapat meminta pertanggung jawaban dan menerapkan hukuman paling berat," kata perdana menteri dalam akun Twitter resminya.
"Tidak dapat diterima ada 2.750 amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun, tanpa adanya langkah pengamanan sehingga membahayakan keselamatan warga."
Amonium nitrat punya banyak kegunaan, namun dua manfaat yang paling umum adalah sebagai pupuk pertanian dan peledak. Zat tersebut sangat mudah meledak ketika bersentuhan dengan api—dan ketika meledak, amonium nitrat bisa melepaskan sejumlah gas beracun, termasuk nitrogen oksida dan gas amonia.
Karena mudah meledak, ada sejumlah aturan ketat dalam menyimpan amonium nitrat secara aman. Ragam aturan tersebut meliputi tempat penyimpanan yang tahan api, tidak boleh ada lubang drainase, pipa-pipa, atau saluran lain yang dapat menumpuk amonium nitrat sehingga menciptakan bahaya ledakan tambahan.
Rumah sakit kewalahan
Rumah sakit rumah sakit dilaporkan kewalahan dan banyak gedung yang hancur. Seorang petugas medis mengatakan sebanyak 200 hingga 300 orang telah dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit. "Saya tidak pernah yang seperti ini. Mengerikan," kata petugas bernama Rouba, kepada kantor berita Reuters.
"Mengendarai menyusuri Beirut menjelang malam, benar-benar berantakan. Jalan-jalan penuh dengan kaca, sulit untuk ambulans lewat, banyak batu-batu, bongkahan semen, rumah-rumah ambruk," kata Rose.
"Asap masih mengepul saat malam. Seluruh kota gelap, sulit untuk berjalan, orang-orang berlumur darah. Saya melihat nenek berusia 86 tahun dirawat dokter yang berlari keluar dari rumahnya dengan perlengkapan bantuan pertama," tambahnya.
"Flat saya juga rusak. Kaca berserak. Kerusakan begitu dasyat. Bahkan satu mal yang berjarak dua kilometer dari tempat ledakan, seluruh bagian depan hancur. Kerusakan bukan hanya di pelabuhan, seluruh Beirut terhantam," katanya lagi.
Staf kedutaan Jerman di Beirut termasuk korban luka dalam ledakan, kata kementerian luar negeri Jerman. "Kami terkejut melihat foto dari Beirut. Kolega di kedutaan kami termasuk korban luka," kata kedutaan dalam pesan di Twitter.
Video dari lokasi kejadian memperlihatkan asap tebal membumbung ke angkasa setelah ledakan pertama. Kemudian terjadi ledakan kedua yang jauh lebih besar yang tampaknya menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya. Media setempat mengatakan orang-orang terjebak di bawah reruntuhan. Diperlihatkan pula mobil-mobil dan bangunan di sekitarnya yang rusak parah.
'Seperti gempa'
Hamzah Assuudy Lubis, Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon. Saat ledakan terjadi, saya dan teman teman sedang berada di rumah mahasiswa yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian, yaitu Pelabuhan Beirut. Suasana di sini sangat mencekam, ambulans mondar mandir, masyarakat panik mencari perlindungan, dan takut akan adanya ledakan susulan.
Ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik. Kami tinggal di salah satu apartemen di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian. Setelah merasakan goncangan, kami turun lewat tangga agar tidak terkena reruntuhan. Sesampainya di bawah, kami melihat keadaan sudah mencekam. Salah satu orang lokal bilang kepada kami agar naik kembali ke apartemen agar tidak terkena ledakan susulan.
Saya [Hadi Nasrallah, penduduk Beirut] melihat api, tapi saya belum tahu akan ada ledakan. Kami masuk ke dalam. Tiba-tiba saya kehilangan pendengaran karena sepertinya saya terlalu dekat. Saya kehilangan pendengaran selama beberapa detik, saya tahu ada sesuatu yang salah. Dan tiba-tiba kaca mobil pecah begitu saja, kaca mobil-mobil di sekeliling kami, toko-toko, gedung-gedung. Kaca-kaca berjatuhan dari semua gedung.
Di seluruh Beirut, semua orang menghubungi satu sama lain dari wilayah yang terpaut beberapa kilometer dan mereka merasakan hal yang sama, kaca pecah, bangunan bergetar, dan ledakan keras. Sebenarnya kami terkejut karena biasanya ketika ledakan terjadi, hanya satu area yang mengalami kejadian seperti itu. Namun kali ini semua Beirut, bahkan wilayah-wilayah di luar Beirut.
"Mengemudi ke Beirut pada awal malam, ketika masih ada cahaya, benar-benar kacau. Jalan-jalan tertutup oleh kaca. Sulit bagi ambulans-ambulans untuk melaju - ada batu bata, onggokan semen. Rumah-rumah ambruk.
"Ketika saya sampai di pelabuhan, tempat itu ditutup oleh tentara. Tentara meminta kami menjauh kalau-kalau ada ledakan kedua.
"Masih ada kepulan asap di langit sampai larut malam. Seluruh kota hitam kelam. Sangat sulit berjalan, orang-orang bersimbah darah. Saya melihat seorang perempuan berusia 86 tahun ditangani dokter yang baru keluar rumah membawa peralatan P3K. Mobil-mobil ringsek akibat batu-batu. Rumah-rumah bergaya kuno dengan potongan batu-batu besar ambruk ke jalan.
"Di flat saya keadaannya kacau sekali, semua kaca pecah. Skala dari kerusakan ini esktrem. Bahkan mal yang berjarak dua kilometer, seluruh bagian depan gedung hancur."
Kondisi darurat dua minggu
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengumumkan Rabu (05/08) dan dua hari berikut sebagai hari berkabung nasional. Para pejabat mengatakan korban luka-luka "akan sangat tinggi jumlahnya". Pertemuan Dewan Pertahanan Nasional yang dipimpin Presiden Michael Aoun merekomendasikan pemerintah menetapkan "kondisi darurat dua minggu" di ibu kota Beirut dalam pertemuan kabinet.
Presiden Aoun juga mengatakan pemerintah akan menggelontorkan dana darurat sebesar 100 miliar lira (Rp972,1 miliar). Gerakan Hezbollah Lebanon menyerukan kesatuan nasional menyusul ledakan yang disebut "tragedi besar nasional."
"Tragedi dan kerusakan yang belum pernah kita saksikan sebelumnya...memerlukan solidaritas dan kesatuan dari seluruh rakyat Lebanon, berbagai pelaku politik," kata Hezbollah dalam satu pernyataan.
Kepala rumah sakit Universitas di Beirut, Dr Firass Abiad, mengatakan kepada BBC, sebagian besar korban luka karena pecahan kaca. "Ruang gawat darurat sedikit kacau. Kami banyak menerima korban luka, sebagian besar korban luka akibat pecahan kaca yang terjadi akibat ledakan," kata Dr Abiad.
Media lokal menerbitkan seruan donasi darah yang diminta berbagai rumah sakit yang kewalahan merawat korban.
Bagaimana reaksi negara-negara lain?
Sesaat setelah kejadian ini, Perdana Menteri Lebanon menyeru kepada dunia internasional untuk membantu negaranya. "Saya menyampaikan permohonan yang mendesak kepada negara-negara sahabat dan bersaudara...untuk mendampingi Lebanon dan membantu kami memulihkan luka-luka mendalam kami," kata Hassan Diab.
PM Inggris, Boris Johnson, mencuit: "Foto-foto dan video-video dari Beirut malam ini sungguh mengejutkan. Semua doa dan pikiran saya tertuju pada mereka yang terdampak dalam insiden nahas ini. "Inggris siap menyediakan sokongan dalam bentuk apapun yang kami bisa, termasuk kepada warga Inggris yang terimbas."
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan simpati mendalamnya atas kejadian yang dia sebut "serangan mengerikan". Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, kemudian menawarkan bantuan dalam cuitannya: "Kami memantau dan siap membantu rakyat Libanon selagi mereka bangkit dari tragedi mengerikan ini."
Pemerintah Prancis menyatakan telah mengirimkan bantuan dan berbagai sumber daya ke Lebanon. Sementara, menurut cuitan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, Iran akan "memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang diperlukan."
Arab Saudi mengutarakan solidaritasnya
Israel menyatakan telah "menghampiri Lebanon melalui saluran diplomasi dan keamanan internasional dan menawarkan bantuan kemanusiaan dan medis ke pemerintah Lebanon".
Ledakan terjadi ketika Lebanon tengah dililit krisis ekonomi, situasi yang memicu ketegangan politik. Warga turun ke jalan memprotes cara pemerintah menangani krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990. Terjadi pula ketegangan di perbatasan dengan Israel, yang mengatakan pekan lalu mereka menggagalkan upaya kelompok Hizbullah memasuki wilayah mereka.
Namun, seorang pejabat senior Israel mengatakan bahwa "Israel tidak terlibat" dalam ledakan di Beirut. Sebastian Usher, mengatakan ledakan ini mengingatkan orang akan bom yang menewaskan anggota parlemen dan mantan perdana menteri Rafik Hariri pada 2005. Pada Jumat (07/08) mendatang, pengadilan akan menjatuhkan putusan atas peristiwa pembunuhan Hariri tersebut. Hariri adalah politisi Sunni kenamaan yang menyerukan agar Suriah mundur dari Lebanon. Sejak awal perang saudara pada 1976, Suriah menempatkan tentara di negara ini. Pembunuhan membuat puluhan ribu warga turun ke jalan-jalan memprotes pemerintah Lebanon yang pro-Suriah. (*)
Tags : gudang di beirut, ledakan dahsyat di beirut, petugas penyelamat cari korban,