
Murur adalah skema jamaah dari Arafah ke Muzdalifah (tanpa turun) lalu ke Mina.
JAKARTA — Menteri Agama Prof Nasaruddin Umar berkomitmen untuk menertibkan skema murur (melintas) dan Tanazul pada Puncak Haji 2025, sehingga tidak terjadi penumpukan jamaah di Muzdalifah. Dengan skema ini, jamaah pun diharapkan bisa menjalankan proses ibadah haji dengan lancar.
"Sekarang ini kita mulai tertibkan. Insya Allah, kita akan berusaha untuk tidak terjadi hal yang seperti itu (penumpukan jamaah)," ujar Nasaruddin saat menghadiri pembukaan Rakernas Konsolidasi Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2025 di Asrama Haji Bekasi, Rabu (23/4/2025) malam.
Murur adalah skema pergerakan jamaah dari Arafah (usai Wukuf) menuju Muzdalifah (melintas tanpa turun), lalu menuju ke Mina. Murur merupakan suatu ikhtiar agar kepadatan di Muzdalifah yang terjadi pada 2023 tidak terulang.
Skema murur sendiri telah diterapkan secara sistematis dan terencana sejak 2024 lalu. Dalam pelaksanaannya, skema ini pun dapat mengurai penumpukan jamaah di Muzdalifah.
Pada 2024 lalu, ada sekitar 51.899 jamaah yang terdaftar menjalani skema ini, meski dalam realisasinya lebih dari itu. Pada pukul 07.37 waktu Arab Saudi (WAS), seluruh jamaah haji di Muzdalifah sudah diberangkatkan ke Mina.
Dalam realisasinya, saat itu ada sebanyak 53.863 jamaah haji Indonesia mengikuti skema murur yang diterapkan pemerintah. Dengan skema ini, jamaah haji pun banyak yang merasakan manfaatnya.
Pada tahun ini, Menag Nasaruddin yakin bisa lebih baik lagi dalam menerapkan skema murur ini. Apalagi, menurut dia, tahun ini pihaknya tidak akan mengupayakan tambahan kuota haji.
"Karena dulu kan ada kuota tambahan, itu ada sekitar 20 ribu jamaah. Bayangan saja, kalau 20 ribu tambahan kuota itu di last minute, Sementara sudah terkavling habis di lokasi-lokasi, di Mina, di Arafah, di tempat-tempat yang lain," ucap Nasaruddin.
Skema Tanazul juga telah diterapkan sejak tahun lalu yang mengubah ketentuan mengenai tempat menginap jamaah. Sebelumnya, jamaah diwajibkan menginap di tenda-tenda yang telah disediakan di Mina.
Namun, dengan adanya skema tanazul, jamaah haji tidak lagi harus menginap di tenda, melainkan dapat memilih untuk menginap di hotel, apabila jarak menuju kemah mereka lebih jauh dibandingkan dengan perjalanan menuju hotel.
Jarak yang mencapai 1 hingga 1,5 kilometer dapat ditempuh untuk sampai di hotel, yang dianggap lebih praktis. "Perjalanan itu tidak terlalu jauh. Ya mungkin ya sekitar satu kilometer atau 1,5 kilometer. Dan itu disiapkan makanan. Makanan siap saji di antara mereka itu ya. Jadi ada persiapannya," kata Nasaruddin.
Tanazul ini akan diprioritaskan bagi jemaah lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas, sehingga tidak diwajibkan bagi setiap peserta ibadah haji untuk mengikutinya. Sekitar 40 ribu hingga 50 ribu jemaah diperkirakan akan mengikuti skema ini pada musim haji 2025.
Dengan menginap di hotel, jamaah haji dapat menikmati fasilitas yang lebih nyaman dan mengurangi kepadatan di area perkemahan Mina, sekaligus mempermudah akses menuju lokasi pelaksanaan lempar jumrah.
"Tadinya kan kita menargetkan 50 ribuan ya. Tapi kita khawatir nanti kalau menggunakan bus tiba-tiba macet atau tidak bisa lewat jalan itu karena begitu banyaknya orang. Maka itu kita tahun ini kita belum menggunakan. Kita baru menggunakan fasilitas jalan kaki. Kita ada hotel yang sangat dekat dengan jamarat itu," jelas Nasaruddin. (*)
Tags : haji 2025, murur haji 2025, skema murur, jamaah haji, jamaah haji indonesia, menteri agama, soal skema murur, menag, tentang skema murur, skema murur dan tanazul,