Kuliner   2022/01/15 14:29 WIB

Mengapa Memasak Bisa Membantu Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19?

Mengapa Memasak Bisa Membantu Kesehatan Mental Selama Pandemi Covid-19?
Membuat makanan membuat beberapa orang merasa memiliki kendali.

KULINER - Selama lockdown, begitu banyak orang menghabiskan waktu di dapur untuk membuat kue juga memasak. Mengapa proses membuat makanan dapat mengisi kekosongan di hidup kita?

Pada awal karantina wilayah pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 memburuk di seluruh dunia, banyak dari kita berpikir bagaimana kita bisa mengisi waktu luang kita yang melimpah.

Seperti banyak orang lainnya, David Stubley beralih untuk membuat kue. Tidak lagi melakukan pekerjaannya sebagai konsultan keamanan siber dan melihat stok-stok yang semakin terbatas di supermarket pada awal pandemi, penduduk Skotlandia ini mulai berkesperimen dengan surdough (ragi alami). 

Stubley menemukan bahwa menguleni sepotong besar adonan memberinya perasaan tenang dan rasa memegang kendali, bahkan saat dunia di sekitarnya tampak berantakan. "Saya mampu melakukannya dan saya lebih dari sekadar menikmatinya: Saya sebenarnya cukup ahli," katanya.

"Membuat kue terlihat bagus dan cantik sebenarnya menarik."

Stubley adalah salah satu dari sekian banyak orang yang beralih ke memasak. Tiba-tiba, dapur kita dipenuhi dengan begitu banyak puding sehingga kita tidak dapat memakan semuanya sendiri dan kita mulai meyakinkan diri sendiri bahwa membeli sekantong tepung seberat 20 kilogram adalah keputusan terbaik. 

Seperti yang dialami Stubley, penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada efek menguntungkan dari membuat kue, seperti penanggulangan stres, manajemen emosi, dan bahkan hubungan sosial yang lebih baik, yang bisa kita dapatkan hanya dengan pergi ke dapur.

Obsesi memasak telah menjadi semacam perawatan diri - sesuatu yang sangat kita butuhkan selama bulan-bulan isolasi yang panjang dan seringkali membosankan.

Memuaskan kreativitas

Secara naluriah, banyak dari kita tahu bagaimana menghabiskan beberapa jam di dapur untuk mengumpulkan dan memotong bahan-bahan makanan, membuat resep yang menantang, atau hanya menguleni adonan dapat membuat kita merasa lebih baik.

Penelitian telah menunjukkan bahwa menyelesaikan tugas-tugas kecil dan kreatif dapat membuat kita merasa lebih bahagia.

Dalam sebuah penelitian, para peneliti menemukan orang dewasa melaporkan merasakan lebih banyak emosi positif ketika mereka melakukan kegiatan kreatif, seperti menciptakan karya seni, membuat musik, atau menulis.

"Melakukan hal-hal yang membangkitkan emosi positif dapat membantu meredakan stres," kata Nicole Farmer, yang mempelajari bagaimana makanan memengaruhi biologi, perilaku, dan kesehatan mental kita di pusat klinis National Institutes of Health.

Selama puncak lockdown, Farmer - yang penelitiannya berfokus pada manfaat psikologis dan sosial dari memasak - bahkan mendapati dirinya tertarik membuat sup dan kue untuk kedua anaknya.

"Memasak mewakili pengalaman manusia yang sama tentang makanan dan merawat orang lain melalui makanan, jadi menurut saya karena itulah kegiatan itu membuat kita merasa positif."

Membuat tangan Anda kotor

Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa manfaat memasak tidak hanya terkait dengan kreativitas.

Mekanisme memasak meski sederhana dapat jadi menarik dan mengaktifkan pusat otak yang penting.

Para peneliti di Tel Aviv telah menunjukkan bahwa kegiatan repetitif saat memasak dapat meredakan stres dan kecemasan, seperti ketika seorang pemain bola basket menggiring bola beberapa kali sebelum menembaknya. 

Sementara, Farmer mengatakan, belum ada penelitian yang secara khusus mempelajari tentang gerakan fisik memasak, seperti memotong atau menguleni.

Mereka memperkirakan gerakan-gerakan tersebut dapat memberikan manfaat yang sama seperti yang dirasakan pemain basket itu.

"Aktivitas saat kita menggerakkan tangan… pasti memiliki kaitan dengan emosi positif dan stres," katanya.

"Kami yakin ketika orang-orang memasak, ada aktivasi sistem sensorik dan aktivasi itu mengaktifkan memori kerja," jelas Farmer.

Memori kerja adalah sistem yang memungkinkan kita melakukan tugas tanpa kehilangan jejak: katakanlah, jika Anda meletakkan bahan-bahan di meja dapur, Anda akan ingat bahwa Anda sudah mengambil tepung dari dapur dan tidak akan mencari tepung lagi.

Namun, seperti yang dijelaskan oleh Farmer, hal itu juga dapat mengaktifkan emosi.

(Namun, penelitian ini tidak cukup kuat bagi Farmer untuk mengatakan dengan pasti bahwa menguleni adonan akan membantu menenangkan Anda-meskipun mungkin terasa seperti itu, bagaimanapun juga).

Bersamaan dengan kreativitas yang terpacu dan suasana hati yang baik, memasak dapat menumbuhkan perasaan terkait hubungan sosial, sesuatu yang sangat kita butuhkan saat kita menjalani karantina.

Penelitian Farmer, yang didasarkan pada 10 tahun data pra-pandemi, menunjukkan memasak dapat "meningkatkan perasaan interaksi sosial dan peran sosial yang positif" - yang semuanya berpotensi membuat Anda merasa lebih baik.

Itu juga bisa terjadi karena hubungan dengan orang yang kita beri makan.

Para peneliti menunjukkan bahwa altruisme dan bahkan pikiran dan perilaku positif (seperti bersikap baik) dapat berkontribusi pada kebahagiaan kita - selama apa yang kita lakukan untuk orang lain tidak membebani diri.

Dengan kata lain, membagikan ragi alami Anda pada tetangga mungkin lebih bermanfaat bagi Anda.
Perasaan memiliki kendali

Meskipun sains masih berkembang, beberapa ahli kesehatan mental telah mengaitkan memasak dan membuat kue dengan hasil yang positif.

Julie Ohana, seorang terapis seni kuliner di Michigan, telah meneliti hubungan antara memasak dan terapi sejak selama 20 tahun. 

Ohana - yang secara pribadi telah merasakan memasak bisa menenangkannya selama bertahun-tahun - telah menemukan bahwa ketika dia bekerja dengan klien di dapur, orang-orang itu merasa "bahwa mereka benar-benar dapat hadir di saat itu, merasa positif, gembira, dan merasa berdaya".

"Ada sesuatu yang repetitif dan ada keheningan saat seseorang membaca dan fokus pada resep, lalu mencoba membuat hidangan dengan melibatkan semua indra Anda, mencium aroma rempah-rempah yang menyatu," kata Ohana seperti dirilis BBC.

"Ketika kita merasa kehilangan kendali atas kehidupan dan merasa tak tahu apa yang akan terjadi, Anda bisa mengatakan: 'Saya membaca resep ini dan dalam 30 menit, saya akan membuat sajian yang akan berakhir dengan makanan X'. Dan saat Anda berhasil melakukannya - itu terasa sangat memuaskan."

Persis seperti yang dialami Stubley saat dia mulai membuat kue.

"Rasa memiliki kendali, saat semua hal terasa sedikit di luar kendali, adalah hal yang baik bagi saya," kata Stubley.

Fakta bahwa dia menjadi cukup ahli dalam hal itu mungkin telah membantu juga.

Dalam sebuah penelitian, kemampuan memasak disebutkan "secara positif terkait dengan hubungan keluarga yang lebih baik, kesejahteraan mental yang lebih baik dan tingkat depresi yang lebih rendah".

Stubley juga membagikan foto-foto ukiran ragi juga sandwich yang dibuatnya di Instagram. 

Ia membagikan tip-tip membuat kue secara online dan membagikan kue-kuenya ke tetangga.

Langkah-langkah ini telah membuatnya memiliki sebuah komunitas sosial.

"Senang sekali bisa melakukan hal-hal kecil seperti itu," kata Stubley. "Saya mendapatkan energi dari berinteraksi dengan orang."

Data survei menunjukkan bahwa orang cenderung terus memasak lebih banyak di rumah bahkan setelah pandemi.

Farmer yakin kita mungkin akan melihat lebih banyak data muncul di masa mendatang tentang bagaimana memasak memengaruhi kita.

Untuk saat ini, karena pandemi mewabah di banyak negara, terus menyibukan diri di dapur bisa menjadi pilihan banyak orang. (*)

Tags : Virus Corona, Kuliner,