Internasional   2020/11/22 18:58 WIB

Menghilang dari Sorotan Kamera, Joe Biden: 'Trump akan Diingat Presiden yang Paling Tidak Bertanggung jawab'

Menghilang dari Sorotan Kamera, Joe Biden: 'Trump akan Diingat Presiden yang Paling Tidak Bertanggung jawab'

INTERNASIONAL - Mengapa Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidak banyak berbicara kepada publik akhir-akhir ini? Ia adalah sosok yang senang disorot. Namun selama 14 hari terakhir Trump tidak keluar dari Gedung Putih. Inilah bagaimana Trump menghabiskan minggu-minggu terakhir di masa jabatannya. Seorang Marinir AS, mengenakan sarung tangan putih dan topeng gelap, menjaga pintu masuk ke Sayap Barat awal pekan lalu. Trump saat itu tengah berada di ruang kerjanya yang biasa disebut sebagai Oval Office.

Namun Trump tidak terlibat dalam pekerjaan yang biasanya dilakukan seorang presiden AS pada akhir jabatan mereka. Empat tahun lalu, Trump datang ke Oval Office. Ia menerima nasihat dari Barack Obama, presiden AS ke-44 yang akan dia gantikan kala itu. Sebaliknya, saat ini Trump malah mengeluhkan hasil pilpres dan kerap menonton siaran televisi. Itu terlihat dari sejumlah cuitannya di Twitter. Hari-hari Trump yang diisi dengan upaya mengasingkan diri setelah pilpres ini sangat kontras dengan yang ia lakukan sebelum pemungutan suara.

Saat itu, Trump sering bepergian. Dalam satu hari, dia pergi ke empat negara bagian. Trump berbicara dalam kampanye umum dan terlihat di TV hampir sepanjang waktu. Trump sering bercanda tentang sikap tertutup dari saingannya, Joe Biden, atau "Joe Basement", begitu Trump memanggil Biden.  Sejak Biden dinyatakan menang, Trump bersembunyi di Gedung Putih. Trump muncul di depan kamera hanya pada dua kesempatan, yaitu di Pemakaman Nasional Arlington dan saat jumpa pers terkait Covid-19. Dalam dua peristiwa itu, ia tidak menjawab pertanyaan jurnalis. Trump juga sempat muncul, Jumat (20/11), ketika mengumumkan kebijakan harga obat. Hari itu ia sebenarnya juga dijadwalkan mengambil bagian dalam pertemuan puncak isu politik Asia-Pasifik.

Trump juga tidak bisa menahan diri untuk menyambangi para pendukungnya yang berkumpul untuk memprotes hasil pilpres di Washington, Sabtu kemarin. Dan pada akhir pekan ini, Trump melakukan perjalanan ke Virginia untuk bermain golf. Inilah tempat di mana ia merasa nyaman dan dicintai. Walau mayoritas aktivitasnya kini tertutup dari sorotan publik, Trump tetap sibuk. Ia mengikuti One America News Network, saluran televisi kabel konservatif yang dikenal gemar menyiarkan konspirasinya.

Trump baru-baru ini juga memecat orang, yaitu Menteri Pertahanan Mark Esper dan Christopher Krebs, pejabat di bidang keamanan siber. Esper belakangan ini menolak saran Trump agar mengerahkan pasukan untuk memadamkan protes di berbagai kota. Adapun Krebs berselisih paham dengan Trump soal kecurangan pilpres. Trump juga terpantau mengawasi perubahan kebijakan, seperti pengurangan pasukan militer AS di Afghanistan dan Irak.

Berbagai kebijakan ini, yang dilakukan secara tertutup di Gedung Putih, akan berefek panjang pada AS dan negara lainnya. Ini tentu akan memperumit Biden saat dia mengambil alih jabatan presiden Januari mendatang. Selain beberapa langkah dramatis ini, Trump memantau pekerjaan para pengacaranya yang tidak begitu berhasil menggugat hasil pilpres. Menurut beberapa orang yang mengenal Trump, karena gugatan yang sedang bergulir itulah dia tidak menonjolkan diri akhir-akhir ini. "Trump mencoba membiarkan gugatan hukum bermain sendiri," kata Kurt Volker, yang pernah menjabat sebagai utusan khusus presiden untuk Ukraina dan bersaksi atas upaya pemakzulan Trump oleh DPR yang dikendalikan Demokrat.

Ketika menggulirkan gugatan hukum pilpres, Trump menuduh lawan politiknya sebagai "Demokrat Kiri Radikal" yang ikut campur dalam pilpres. Trump, seperti yang dikatakan Volker, mengganggap berbagai hal sebagai serangan pribadi. Volker ingat pernah berbicara dengan Trump di Gedung Putih tentang kebijakan AS di Ukraina dan masalah lainnya. Selama diskusi mereka, kata Volker, Trump berbicara seolah-olah orang-orang ingin memakzulkannya. "Dia berkata mereka mencoba menjatuhkannya, siapa pun mereka. Dia merasa seperti memperjuangkan hal-hal yang ia yakini dan bahwa orang-orang bersekongkol melawannya," kata Volker.

Dalam beberapa pekan terakhir, para kritikus Trump cemas karena ia menolak membantu transisi pemerintahan. "Sungguh situasi yang tragis melihat sesuatu seperti ini. Dia mendahulukan kepentingan dirinya ketimbang urusan rakyat Amerika," kata Lawrence Korb, yang menjabat sebagai asisten sekretaris pertahanan di era pemerintahan Ronald Reagan.

"Bahkan jika ia menolak hasil pilpres, ia semestinya tetap bisa mengarahkan orang-orang Biden dan menyiapkan mereka."

Namun, pendukung Trump tetap bersimpati kepadanya. Jutaan orang di seluruh AS memiliki pandangan yang sama dengannya. Hampir tiga perempat dari anggota dan simpatisan Partai Republik, menurut sebuah jajak pendapat, meragukan kemenangan Biden. Sementara itu, banyak dari mereka yang bekerja di Gedung Putih terlihat pasrah pada nasib mereka dan bersiap menyongsong pemerintahan baru. Meja di Sayap Barat Gedung Putih tampak rapi. Beberapa bagian kantor sudah hampir dibersihkan. Seorang staf membawa papan buletin dengan kenang-kenangan dari Gedung Putih, yang lainnya membawa sekotak coklat. "Kami akan pergi berpesta," kata seseorang kepada saya sambil bergegas.

Seorang mantan pejabat Gedung Putih, ahli kebijakan luar negeri yang masih bekerja untuk pemerintah, mengatakan dia dan rekan-rekannya hanya menunggu akhir masa jabatan Trump. "Tidak banyak yang bisa kami lakukan kecuali menonton bagaimana pemerintahan ini dikendalikan," katanya.

Dapatkah Donald Trump membalikkan hasil Pemilu Amerika Serikat?

Donald Trump kembali mengalami kemunduran dalam ikhtiar membalikkan kekalahannya di Pilpres AS, setelah para anggota parlemen di Michigan memberi sinyal bahwa mereka tidak akan berusaha membatalkan proyeksi kemenangan Joe Biden di negara bagian tersebut. Dua legislator dari partai Republik berjanji untuk mengikuti "proses normal" dalam memvalidasi suara setelah pertemuan di Gedung Putih. Pada hari Jumat, Georgia memberi pukulan lain kepada Trump dengan mensertifikasi kemenangan tipis Biden di negara bagian itu.

Biden, kandidat dari partai Demokrat, hampir pasti akan dilantik pada 20 Januari sebagai presiden AS ke-46. Kemenangan Biden di sistem Electoral College, yang menentukan siapa yang menjadi presiden, diproyeksikan 306 versus 232 - jauh di atas 270 suara yang ia butuhkan untuk menang. Keunggulannya dalam suara publik secara keseluruhan mencapai lebih dari 5,9 juta suara. Trump, yang tidak banyak tampil di depan publik sejak hari pemilihan tanggal 3 November, pada hari Jumat kembali mengklaim kemenangan tanpa dasar. "Saya menang, ngomong-ngomong," ujarnya, sambil membuat pengumuman tentang harga obat.

Sekretaris pers Trump, Kayleigh McEnany, menuduh media dan partai Demokrat sebagai hipokrit. "Ketika pada 2016 Presiden Trump menjadi presiden-terpilih secara sah, banyak yang berusaha meremehkannya, mendiskreditkannya, mendelegitimasikannya, dan menyangkal kemenangannya. Tidak ada seruan untuk bersatu, tidak ada seruan untuk pulih," ujarnya.

"Jadi sementara setiap suara legal dihitung mari jangan lupakan proses transisi yang Presiden Trump harus lalui pada 2016 dan selama bertahun-tahun ia menjabat."

Menyusul serangkaian kekalahan di pengadilan dalam ikhtiarnya menggugat hasil pemilu, tim legal Trump berharap dapat meyakinkan badan legislatif yang dikuasai partai Republik di negara-negara bagian kunci untuk mengabaikan hasil pemilihan dan mendeklarasikan Trump sebagai pemenang, menurut berbagai media di AS. Trump juga telah menunjukkan niat untuk mengundang para legislator dari Pennsylvania, negara bagian kunci lainnya yang dimenangkan Biden, ke Gedung Putih, demikian dilansir BBC News.

Namun pertemuan itu tidak ada dalam jadwal publiknya akhir pekan ini, dan kota-kota di negara-negara bagian yang disebut 'Rust Belt', serta Michigan, dijadwalkan mensertifikasi total suara mereka pada hari Senin. Bahkan jika mereka benar-benar melakukannya, Trump masih perlu membalikkan hasil di satu negara bagian lagi untuk melampaui Biden di Electoral College. Pengacara utama Trump, Rudy Giuliani, berkata pada hari Kamis bahwa tim kampanye Trump mencabut gugatan hukumnya di Michigan, tempat Biden memenangkan lebih dari 160.000 suara.

Di Georgia, negara bagian telah mensertifikasi hasil penghitungan suara, yang memberi Biden keunggulan sebesar lebih dari 12.000 suara setelah mereka melakukan penghitungan manual pada hampir lima juta surat suara. Setelah jalan untuk mempertahankan jabatannya tertutup rapat, Presiden Trump tampaknya mengganti strategi untuk membalikkan hasil pemilu, dari strategi legal yang peluang suksesnya rendah ke strategi politik yang peluang suksesnya lebih rendah lagi.

Strategi Trump, langkah demi langkah. Inilah yang mungkin akan ia lakukan:

  1. Memblokir proses sertifikasi suara di sebanyak mungkin negara bagian, baik melalui gugatan hukum maupun dengan mendorong pejabat dari partai Republik untuk mengajukan keberatan
  2. Meyakinkan badan legislatif yang dikuasai partai Republik di negara-negara bagian yang dimenangkan Biden dengan selisih suara tipis, untuk menolak hasil pemungutan suara karena telah ternoda oleh praktik kecurangan yang meluas
  3. Meminta badan legislatif untuk kemudian memberikan suara Electoral College negara bagian mereka, yang diberikan oleh para "elektor" pada 14 Desember, kepada Trump alih-alih untuk Biden
  4. Melakukan langkah-langkah tersebut di cukup banyak negara bagian - Wisconsin, Michigan, Pennsylvania, misalnya - untuk mendorong Trump dari perolehan suara totalnya saat ini yakni 232 suara elektoral hingga melampaui ambang batas kemenangan 269 suara
  5. Menarik Biden dari 306 suara elektoral yang telah ia dapatkan bahkan bisa efektif, karena kemudian hasil pemilu akan ditentukan di DPR, yang meski dikuasai partai Demokrat, Trump bisa tetap diuntungkan di sana karena suatu aturan yang barangkali tidak diketahui banyak orang

Ia memberi tekanan pada orang-orang yang dapat mengubah pilihan negara bagian. Ketika warga Amerika memberikan suara dalam pemilihan presiden, mereka sebenarnya memilih dalam kontes negara bagian, bukan kontes nasional. Mereka memilih sejumlah elektor negara bagian yang kemudian masing-masing akan memberikan satu suara untuk salah satu calon presiden.  Para elektor ini biasanya mengikuti keinginan elektorat - di Michigan, misalnya, mereka semua harus memilih Joe Biden karena ia memenangkan negara bagian itu.

Pada hari Senin, dewan penghitungan suara yang terdiri dari dua anggota partai Republik dan dua anggota Demokrat dijadwalkan bertemu untuk menghitung suara dan secara resmi mengonfirmasi bahwa suara 16 elektor diberikan kepada Biden. Petunjuk pertama mengenai tekanan Trump terhadap negara-negara bagian untuk mengabaikan total suara saat ini muncul menyusul laporan bahwa ia memanggil pejabat partai Republik yang awalnya menolak mensertifikasi hasil pemilihan Detroit, kota terbesar di Michigan.

Peristiwa di mana dua orang pejabat partai level rendah, di antara ribuan penghitung suara negara bagian di seluruh AS, bisa berbicara secara langsung kepada presiden AS sangatlah tidak biasa. Mereka pada akhirnya membalik keputusan untuk memblokir proses tersebut - dan kemudian, setelah panggilan Trump, mengungkapkan penyesalan karena telah membalik keputusan mereka. Petunjuk tersebut menjadi bukti niat yang jelas ketika para pemimpin partai Republik di badan legislatif Michigan menerima undangan presiden ke Gedung Putih pada hari Jumat.

Kabar ini disertai laporan bahwa Presiden Trump berniat mencari jalan lain untuk menekan badan legislatif di negara-negara bagian kunci supaya meninjau ulang, dan mungkin membalikkan, hasil pemilihan di tempat mereka. Hal yang biasanya sekadar formalitas dalam pemilihan yang normal - sertifikasi total suara di negara bagian oleh perwakilan kedua partai - telah menjadi medan pertempuran terbaru dalam upaya Presiden Trump untuk mempertahankan kekuasaan dalam empat tahun ke depan.

Ini tidak mustahil, tapi peluangnya sangat, sangat tipis. Pertama-tama, Trump harus membalikkan hasil di banyak negara bagian, tempat Biden unggul sebesar puluhan ribu hingga lebih dari seratus ribu suara. Ini bukan tahun 2000, ketika hasilnya hanya bergantung pada Florida. Lebih dari itu, banyak negara bagian yang disasar tim legal Trump - Michigan, Wisconsin, Pennsylvania, dan Nevada - memiliki gubernur yang berasal dari Partai Demokrat yang tidak akan tinggal diam selama semua ini terjadi.

Di Michigan, misalnya, Gubernur Gretchen Whitmer dapat memecat dewan pemilu di negara bagiannya dan mengganti mereka dengan orang-orang yang bersedia mensertifikasi kemenangan Biden. Para gubernur dari Partai Demokrat juga dapat merespons dengan mengangkat jajaran elektornya sendiri yang pro-Biden, untuk bersaing dengan mereka yang dipilih oleh badan legislatif Republik, kemudian membiarkan Kongres memutuskan grup mana yang akan diakui. Bagaimanapun, ini tidak berarti para pendukung Biden tidak khawatir. Meskipun peluang semua ini terjadi kira-kira sama dengan peluang Bumi dihantam meteor raksasa atau seseorang disambar petir saat memenangkan lotere, kemenangan yang dicuri pada titik ini akan menjadi bencana politik yang begitu dahsyat sehingga membayangkan skenario ini saja sudah cukup membuat Demokrat berkeringat dingin.

Trump telah menghabiskan banyak waktunya di Gedung Putih dengan meruntuhkan berbagai norma dan tradisi kepresidenan. Tampaknya, hari-hari terakhir masa jabatannya pun tidak akan jauh dari itu. Tekanan yang diberikan Trump kepada pejabat pemilu dan badan legislatif di negara bagian baru pertama kali ini terjadi atau kontroversial, tapi bukan berarti tindakan itu ilegal. Pada masa awal berdirinya negara AS, negara bagian memiliki kekuasaan yang luas dalam mengalokasikan suara elektoral, dan masih belum ada ketentuan dalam konstitusi bahwa mereka harus mengikuti suara terbanyak. Sejak itu mereka telah membatasi kekuasaan tersebut dengan menentukan pilihan berdasarkan suara terbanyak, namun sistem asli yang mendasarinya masih berlaku.

Jika Presiden Trump sukses meyakinkan badan legislatif, misalnya di Michigan, untuk bertindak, Partai Demokrat dipastikan akan mengajukan keberatan secara hukum. Namun hukum itu sendiri tidak jelas, baik di tingkat nasional maupun di tingkat negara bagian, mengingat hal seperti ini jarang dipersoalkan secara hukum. Dapatkah negara-negara bagian secara retroaktif mengubah hukum yang mengatur cara mereka menjalankan pemilu? Mungkin saja. Namun keputusan akhirnya tetap di tangan hakim.

Terakhir kali pemilihan yang hasilnya ketat melibatkan perebutan elektor terjadi pada tahun 2000 antara Al Gore dan George W. Bush. Pertarungan itu terjadi di satu negara bagian, Florida, tempat perbedaan suara antara kandidat hanya beberapa ratus suara. Akhirnya, Mahkamah Agung turun tangan dan mencegah peninjauan kembali lebih lanjut - dan Bush menjadi presiden.

Untuk sengketa pemilu yang melibatkan banyak negara bagian, Anda harus kembali hingga tahun 1876, persaingan antara kandidat Republik Rutherford B. Hayes dan kandidat Demokrat Samuel Tildon. Dalam episode itu, hasil yang dipersengketakan di Louisiana, Carolina Selatan, dan Florida, berarti tidak ada kandidat yang dapat memenangkan mayoritas di Electoral College. Kebuntuan itu melempar pemilihan ke tangan DPR, yang akhirnya memihak Hayes, yang seperti Bush pada 2000 dan Trump pada 2016, memenangkan lebih sedikit suara secara nasional daripada lawannya.

Jika upaya sang presiden membalikkan hasil pemilu gagal, pada 12:01 siang tanggal 20 Januari, Joe Biden akan dilantik sebagai presiden AS ke-46 baik Trump mengaku kalah atau tidak. Pada titik itu, Dinas Rahasia dan militer AS boleh memperlakukan mantan presiden seperti siapapun yang berada di properti pemerintah tanpa izin. "Sungguh keterlaluan yang ia lakukan," kata Biden dalam konferensi pers pada hari Kamis. "Pesan yang sangat merusak terkirim ke seluruh dunia tentang bagaimana demokrasi berfungsi."

Bahkan jika Trump tidak sukses, strategi tak pandang bulunya dalam menggugat hasil pemilu menjadi preseden bagi pemilu di masa depan dan, menurut jajak pendapat, mencederai kepercayaan banyak warga Amerika pada sistem dan institusi demokrasi AS.

Trump akan diingat presiden yang paling tidak bertanggung jawab 

Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden mengatakan rakyat AS menyaksikan "langkah tidak bertanggung jawab" Presiden Donald Trump, yang sejauh ini masih tidak mau mengakui kekalahannya dalam pemilihan presiden pada 3 November lalu. Biden mengatakan Trump menyadari bahwa ia tidak akan menang dan telah menunjukkan sikap "yang sangat tidak bertanggung jawab" karena tak mau mengakui kekalahannya dan mengklaim pemilu curang tanpa bukti.

Saat ditanya tentang langkah Trump yang tak mau mengakui kemenangannya, Biden mengatakan presiden AS itu mengirimkan "pesan merusak...kepada seluruh dunia tentang bagaimana fungsi demokrasi". Ia juga mengatakan, "Trump akan diingat sebagai "salah satu presiden yang paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah Amerika."

Biden mengatakan hal itu dalam pertemuan virtual Kamis (19/11) dengan para gubernur negara bagian, termasuk dari partainya Demokrat dan partai Trump, Republik, terkait krisis virus corona. Kasus virus corona di AS terus meningkat dengan jumlah infeksi lebih dari 11 juta dan korban meninggal lebih dari 250.000. Pernyataan ini muncul di tengah kepastian Biden menang dalam hitung ulang di Georgia. Upaya tim kampanye Trump yang mengklaim terjadi kecurangan besar tanpa mengajukan bukti, sejauh ini ditolak di tiga negara bagian lain.

"Sulit untuk memahami bagaimana orang ini berpikir," kata Biden, "Apa yang dia lakukan memalukan. Terkait hasil pemilu, Biden yang akan menjabat pada bulan Januari mengatakan, "Mayoritas besar rakyat percaya, pemilu sah". Senator dari Partai Republik, Mitt Romney dalam cuitannya juga mengungkap kekecewaan terhadap Trump. "Setelah gagal dalam mengajukan kasus kecurangan besar atau konspirasi melalui pengadilan, Presiden sekarang berupaya menekan para pejabat negara bagian dan lokal untuk membatalkan keinginan rakyat dan membatalkan pemilu," tulis Romney.

"Sulit untuk membayangkan kondisi lebih buruh dan lebih tidak demokratis dari yang dilakukan oleh presiden Amerika yang masih menjabat," tambahnya.

Kemenangan Biden secara nasional saat ini unggul lebih dari 5,9 juta suara. Sementara kemenangan dalam suara elektoral - yang menentukan kemenangannya dengan melewati ambang batas 270 - diproyeksikan meraih 306 sementara Trump mendapat 232. Dengan kepastian kemenangan melalui hitung ulang di Georgia, Biden menjadi calon Demokrat pertama yang memenangkan negara bagian itu sejak 1992. Trump - pada pertengahan November lalu- sempat menyiratkan kemungkinan adanya pemerintahan baru pada bulan Januari mendatang.

Namun, calon dari Republik itu tidak menyebut nama Biden saat melakukan briefing penanganan virus corona, penampilan resmi pertamanya setelah pemilu.  "Pemerintahan ini tidak akan melakukan karantina wilayah (lockdown)," kata Trump di White House Rose Garden, di tengah melonjaknya jumlah kasus Covid-19 di negara itu.

"Mudah-mudahan ... apa pun yang terjadi di masa depan - siapa yang tahu pemerintahan mana yang akan memimpin. Saya rasa waktu yang akan menjawabnya," ujar Trump (13/11). 

Sejumlah pihak sudah mendesak Trump untuk mengakui kemenangan Biden dan membantu mempersiapkan proses transisi ke pemerintahan selanjutnya Georgia dan North Carolina adalah negara bagian terakhir yang menentukan hasil Pilpres AS. Suara elektoral Biden sama dengan suara yang dicapai Trump dalam kemenangannya atas Hillary Clinton pada 2016. Penghitungan ulang manual dilakukan di Georgia karena selisih tipis antara kedua kandidat, tetapi tim Biden mengatakan mereka tidak melihat hasilnya akan berubah. Presiden Trump telah meluncurkan berbagai upaya legal di negara-negara bagian utama dan melontarkan tuduhan yang tidak berdasar tentang kecurangan pemilu yang meluas. Timnya melayangkan gugatan di Arizona pada hari Jumat (13/11), setelah hasil perhitungan suara menunjukkan kemenangan Biden di negara bagian itu.

Sebelumnya, Biden juga mencatat kemenangan di Arizona. Semakin lebarnya perolehan suara Biden ini terjadi di tengah pernyataan para pejabat senior AS yang bertanggung jawab menggelar pemilihan presiden bahwa pilpres tahun ini adalah yang paling bersih dalam sejarah negara tersebut. Arizona memiliki suara elektoral 11, dan kemenangan Biden diproyeksikan pada 7 November lalu setelah melewati perolehan 270 suara elektoral. Kemenangan Biden di Arizona dengan margin tipis, sekitar 11.400, namun negara bagian ini belum pernah menang untuk Demokrat sejak 1996. Pada 2016, Trump dari Partai Republik mencatat kemenangan 3,5%.

Merebut kembali negara bagian itu merupakan kemenangan penting bagi tim Biden, yang berupaya mencari dukungan suara anak-anak muda Latin. Capaian di Arizona ini juga semakin menguatkan kemenangan Biden dan wakilnya Kamala Harris, di tengah penolakan Trump dan anggota Partai Republik untuk mengaku kalah. Secara nasional, Biden unggul sekitar 5,3 juta suara dari Trump, dengan meraih 78 juta suara. Namun pemenang dalam pemilihan di AS ditentukan oleh suara elektoral dari negara-negara bagian. Biden telah mulai mulai membentuk gugus tugas antivirus corona dan menyatakan mengatasi pandemi adalah prioritas utamanya.

Sementara itu Trump tetap menolak dengan mengeluarkan serangkaian cuitan dan mengklaim bahwa suaranya dicuri, tanpa memberikan bukti, hanya menyebut suara lewat pos seperti Philadelphia di Pennsylvania. Kemenangan suara elektoral di negara bagian inilah yang memastikan proyeksi kemenangan Biden. Biden juga dilaporkan akan mempersiapkan serangkaian langkah yang akan diterapkan begitu dia dilantik pada Januari mendatang. Sejumlah langkah itu termasuk memberitahukan kepada PBB bahwa Amerika akan bergabung kembali dengan upaya mengatasi perubahan iklim, mencabut langkah Presiden Trump menarik diri dari perjanjian Paris.

Selain itu, Biden dilaporkan akan mencabut larangan masuk dari sejumlah negara Muslim, yang diterapkan pemerintah Trump. Dari kubu Trump di Partai Republik sebagian besar tak berkomentar namun satu laporan di media AS menyebut, penasehatnya dan juga menantu, Jared Kushner dilaporkan membujuknya untuk mengaku kalah. Tim legal Trump memulai upaya legal hari Senin (09/11) atas hasil suara elektoral sejauh ini. Sebelumnya tim legal telah mengajukan gugatan hasil di sejumlah negara bagian, namun beberapa klaim telah ditolak oleh pengadilan.

Dalam pidato kemenangannya pada Sabtu (07/11) malam waktu setempat di Delaware, Biden menyerukan persatuan dan meminta para pendukungnya untuk "stop memperlakukan lawan kita sebagai musuh" dalam pidato kemenangan di Wilmington, Delaware pada Sabtu malam waktu setempat. Ia menyerukan dihilangkannya retorika kasar dan saatnya untuk menurunkan suhu politik. Kandidat dari partai Demokrat itu diproyeksikan memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat, mengalahkan Donald Trump, menyusul penghitungan suara yang menegangkan sejak hari pemilihan Selasa (03/11) lalu.

Dalam pidato kemenangan di Chase Center, Wilmington, Biden berkata di hadapan para pendukungnya bahwa ia "merasa terhormat atas keyakinan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya". Sang presiden terpilih bersumpah untuk menjadi presiden "yang berusaha mempersatukan, bukan memecah-belah". Kepada warga Amerika yang tidak memilihnya, Biden mengatakan, "Mari kita saling memberi kesempatan."

Ia juga mengatakan saat sekarang melupakan semua perbedaan. Di bagian lain, Biden mengatakan, "Saatnya untuk membuang retorika. Mari kita turunkan temperatur [politik]. Mari kita kembali bersahabat. Saling mendengarkan." Sebelum Biden naik mimbar, rekan yang mendampinginya dalam pencalonan Kamala Harris - perempuan pertama yang terpilih menjadi wakil presiden - berbicara tentang makna kemenangannya bagi perempuan di Amerika Serikat. Meskipun saya mungkin perempuan pertama yang memegang jabatan ini, saya tidak akan menjadi yang terakhir," ujarnya.

Biden memulai pidatonya dengan menyapa hadirin - khususnya para senator dan keluarganya. "Saudara-saudara, rakyat negeri ini telah bicara. Mereka memberi kita kemenangan yang jelas - kemenangan yang pasti, kemenangan bagi kita, rakyat". Biden menekankan bahwa ia menang dengan jumlah suara terbanyak dalam sejarah pemilihan presiden AS: 74 juta. "Saya merasa terhormat atas keyakinan dan kepercayaan yang kalian berikan kepada saya," Biden melanjutkan.

"Saya bersumpah untuk menjadi presiden yang berusaha mempersatukan, bukan memecah-belah; yang tidak melihat red states dan blue states (pendukung Republik dan Demokrat -red.), hanya melihat United States. Untuk bekerja sepenuh hati untuk mendapatkan kepercayaan dari kalian semua."

Amerika, ia menambahkan, adalah tentang rakyat. "Saya mengincar jabatan ini untuk mengembalikan jiwa Amerika, untuk membangun kembali tulang punggung bangsa ini, kelas menengah, dan untuk membuat Amerika dihormati lagi di seluruh dunia, dan untuk menyatukan kita semua di dalam negeri ini". Ia mengatakan adalah suatu kehormatan besar dalam hidupnya bahwa begitu banyak orang yang telah memilih visi tersebut - yang sekarang telah menjadi "tugas zaman ini".

Secara khusus, ia berterima kasih kepada rakyat Afrika-Amerika untuk mendorong kampanyenya ketika ia tertinggal dalam pemilihan awal. Setelah memuji keluarganya dan keluarga Kamala Harris, Biden memuji koalisi rakyat - bipartisan, muda, tua, urban, rural, beragam ras - yang membantu kampanyenya. Ia kemudian berbicara kepada para pendukung Trump. "Mari beri kesempatan pada satu sama lain," kata Biden. "Ini waktunya membuang retorika keras, menurunkan temperatur, kembali melihat satu sama lain, mendengarkan satu sama lain... stop memperlakukan lawan kita sebagai musuh."

Ia menekankan bahwa "Ini waktu Amerika untuk pulih". "Saya akan bekerja sama kerasnya untuk mereka yang tidak memilih saya sebagaimana untuk mereka yang memilih saya". Biden mengatakan tugas pertamanya ialah mengendalikan pandemi virus corona. "Itu satu-satunya cara kita bisa kembali menjalani kehidupan," ujarnya.

"Pada hari Senin, saya akan membentuk kelompok yang terdiri dari saintis dan pakar sebagai penasihat transisi untuk mengambil rencana Covid Biden-Harris dan mengubahnya menjadi rencana aksi yang akan dimulai pada 20 Januari, 2021," ujarnya. "Rencana itu akan dibangun atas dasar sains yang kuat."

Biden menegaskan bahwa ia akan "berusaha maksimal" untuk menangani pandemi. Setelah sekali lagi menyerukan persatuan dan perdamaian, Biden mengakhiri pidatonya dengan optimisme. "Amerika Serikat. Bapak-bapak dan ibu-ibu, tidak pernah ada hal yang tidak kita coba dan tidak bisa kita lakukan."

Apa kata Kamala Harris?

Dalam pidato pertamanya sebagai wakil presiden terpilih, Kamala Harris mengulang slogan kampanye Biden 2020. "Kita rakyat Amerika punya kekuatan untuk membangun masa depan," ujarnya.

"Kalian mengantarkan hari baru untuk Amerika. Kalian memilih harapan, dan persatuan, kesopanan, sains, dan ya, kebenaran," kata Harris kepada hadirin. "Kalian memilih Joe Biden sebagai presiden berikutnya untuk Amerika Serikat."

Pernyataan itu disambut sorak-sorai dari hadirin. Harris melanjutkan pidatonya dengan memuji sosok Biden dan keluarganya, kemudian mulai berbicara tentang dirinya sendiri - dan makna momen ini bagi perempuan. Perempuan pertama yang terpilih sebagai wakil presiden itu berkata ibunya "sangat percaya pada Amerika tempat momen seperti ini mungkin terjadi."

Harris berkata ia memikirkan ibunya - yang membesarkan Harris dan adik perempuannya sebagai orang tua tunggal - dan generasi perempuan kulit hitam, Asia, kulit putih, warga berdarah Latin, dan penduduk asli yang telah "membuka jalan untuk momen malam ini". "Merekalah tulang punggung demokrasi," kata Harris tentang perempuan-perempuan ini yang berjuang untuk amandemen ke-19 pada 100 tahun lalu, hak untuk memilih pada 55 tahun lalu, dan sekarang pada tahun 2020 ketika generasi baru perempuan memberikan suara mereka.

Ia memuji Biden atas "keberanian" untuk mendobrak batas dan memilih seorang perempuan sebagai wakil presiden. "Meskipun saya mungkin perempuan pertama yang memegang jabatan ini, saya tidak akan menjadi yang terakhir," ujarnya. (*)

Tags : Menghilang dari Sorotan Kamera, Donald Trump, Presiden AS Tidak Bertanggung jawab,