Kolom   2020/07/20 10:00:00 AM WIB

Mengurangi Makan Bisa Berumur Panjang dan Sehat

Mengurangi Makan Bisa Berumur Panjang dan Sehat

Oleh: Zulkfili AP S.Sos MM

MUNGKIN ada benarnya dengan adanya Ramadhan kita bisa mengurangi makan yang berakhir bisa jadi rahasia berumur panjang dan sehat. Pada hari-hari di luar Ramdhan restoran penuh oleh laki-laki dan perempuan melakukan kencan dengan berbagai menu makanan.

Seorang pria mengaku berusia 30 tahun dan sepanjang sebagian besar masa hidupnya ia tidak mempunyai pasangan. Dan meskipun ia tidak mengungkapkannya, ia berencana menikah dan mempunyai keluarga. Sang perempuan menanggapinya dengan mengatakan usianya 30 tahun dan belum pernah menikah, cerai, atau juga belum pernah memiliki dan mempunyai anak. Si pria itu tak menyangka perempuan itu tampak sebaya dengannya, itu semua tergambar saat mereka kencan di salah satu restoran dibilangan Kota Pekanbaru.

Itulah sebuah mimpi yang ingin diwujudkan sebutn saja namaya Suheri dan Yeni. Mereka tentu saja telah membayangkan suatu masa ketika berumah tangga secara kronologis berlalu setiap tahun tapi usia biologis mereka dari waktu ke waktu sehingga tua yang bertekad ingin berumah tangga.

Hal tersebut tampaknya sudah lumrah setiap pasangan, tapi masyarakat kita sudah berusaha melangkah ke arah yang benar, berkat kemajuan obat-obatan, makanan dan perbaikan standar hidup sehat. Pada 2014, misalnya, Survei Interview Kesehatan Amerika Serikat mencatat bahwa 16% penduduk pada usia antara 50 hingga 64 tahun setiap harinya mengalami gangguan karena penyakit kronis. Tiga puluh tahun sebelumnya jumlah itu mencapai 23%. Artinya, selain mengalami masa hidup lebih panjang, kita juga mengalami ‘masa kesehatan’-dan hal yang kedua tersebut terbukti lebih bisa ditempuh.

Mengutip dan memperbarui pidato mantan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy, dalam Konferensi Penuaan di Gedung Putih yang pertama pada 1961, sejatinya kehidupan dapat ditambahkan ke umur, jadi bukan hanya umur yang ditambahkan ke dalam kehidupan.

Pembatasan kalori

Lantas, apa yang perlu kita lakukan untuk memperpanjang lagi umur dan menambah kualitas hidup kita? Para peniliti di seluruh dunia mencari berbagai pemikiran, tetapi ada sebagian orang berpendapat, jawabannya adalah perubahan sederhana dalam diet kita. Masyarakat kita juga meyakini bahwa kemungkinan kunci dari masa tua yang lebih baik adalah mengurangi kuantitas makanan yang kita konsumsi, melalui pendekatan yang disebut ‘pembatasan kalori’.

Diet ini lebih efektif dibandingkan mengurangi makanan berlemak sesekali, yaitu dengan cara mengurangi ukuran porsi makan secara bertahap dan berhati-hati untuk selamanya. Sejak awal tahun 1930-an, 30% pengurangan jumlah makanan yang dikonsumsi per hari memiliki hubungan dengan kehidupan yang lebih aktif dan panjang umur untuk cacing, lalat, tikus kecil, tikus besar dan monyet.

Di dunia binatang, dengan kata lain, pembatasan kalori terbukti sebagai obat mujarab bagi kerusakan hidup. Dan mungkin saja hal tersebut dapat memberikan keuntungan yang sama bagi manusia. Pemikiran bahwa yang dimakan orang mempengaruhi kesehatannya tidak diragukan lagi sudah ada sebelum catatan sejarah yang masih ada sekarang. Akan tetapi, sebagaimana halnya dalam disiplin ilmiah, catatan rinci pertama berasal dari Yunani Kuno.

Hippocrates – salah seorang ahli fisika yang mengatakan penyakit-penyakit adalah alamiah dan bukan ajaib- mengamati bahwa banyak penyakit berhubungan dengan kerakusan. Orang-orang Yunani yang gemuk cenderung meninggal dunia pada usia lebih muda dibanding orang Yunani yang ramping. Hal itu jelas dan ditulis di kertas papirus. Dari pusat ilmu pengetahuan tersebut, gagasan-gagasan ini kemudian diadopsi dan diadaptasi selama berabad-abad. Dan pada akhir Abad ke-15, Alvise Cornaro, seorang aristokrat lemah dari desa kecil di dekat Venesia, Italia, memasukkan kearifan tersebut ke benaknya dan menerapkannya pada dirinya sendiri.

Jika hidup serba berlebihan mempunyai efek negatif, apakah menahan diri dari makanan bersifat positif? Untuk menemukan jawabannya, ada sebagian orang berusia 40 tahun, hanya menyantap 350g (12oz) makanan setiap hari, kurang lebih sebanyak 1.000 kalori jika berdasarkan perkiraan baru-baru ini. Ada yang hanya makan roti, panatela -atau semacam biskuit panjang- kuah sup, dan telur. Untuk urusan daging, ada juga yang memilih menyantap daging sapi muda, kambing, daging sapi dan bahkan ada yang semua jenis unggas yang tersedia turut disantap. Sementara kehidupan didesa kebanyak warga ada yang membeli ikan yang ditangkap di sungai setempat. Dengan membatasi jumlah tetapi tidak jenis makanannya.

Meskipun di Provinsi Riau ini ada warga yang mencapai kematian karena ketika bertambah tua [berumur 98 tahun, 84 tahun bahkan 60 tahun kebawah] ketika meninggal dunia. Hal itu merupakan pencapaian luar biasa pada Abad ke-16 ketika usia 50 atau 60 dianggap tua, itu semua setelah adanya wacana hidup sadar yang berisi dorongan pembatasan makanan bagi khalayak umum, dan mendefinisikan ulang penuaan itu sendiri.

Dengan perbaikan kesehatan di masa-masa tua, maka kaum manula masih mempunyai kapasitas mental secara penuh dan akan mampu memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh selama berpuluh-puluh tahun untuk tujuan baik, dengan dietnya, kecantikan menjadi usia tua, bukan muda.

Uji coba umur panjang

Seorang laki-laki tua [90] Mbah Miran di Pulau Jawa merupakan laki-laki yang menarik tetapi penemuannya tidak seharusnya diperlakukan sebagai sebuah kenyataan oleh disiplin ilmu pengetahuan apapun. Bahkan sekalipun ia jujur dengan mengatakan apa adanya dan tidak mengalami gangguan kesehatan selama hampir setengah abad – yang tampaknya tidak mungkin – ia adalah satu studi kasus yang tidak mewakili manusia secara keseluruhan.

Uji coba jangka panjang, dengan mengikuti jejak manusia sejak menginjak usia dewasa sampai kematian, jarang dilakukan dan untuk memastikan hal ini bahwa faktor-faktor tak terkait -seperti olahraga, merokok, perawatan medis, kesehatan mental – tidak sampai mempengaruhi hasil akhir uji coba adalah hampir tidak mungkin bagi spesies kita yang kompleks dari sisi sosial dan kultural. Mungkn ada baiknya kita mempelajari adanya persamaan-persamaan yang ada lebih dalam lagi penyebab hidup tidak sehat karena faktor dan timbulnya kanker, diabetes dan penyakit jantung bertambah sering dan bertambah buruk seiring dengan pertambahan usia.

Primata-primata itu adalah model yang luar biasa bagus untuk mempelajari penuaan. Dan primata mudah dikendalikan. Dengan diberi makanan berupa biskuit khusus disesuaikan dengan usia, bobot tubuh dan nafsu makan alamiahnya dikurangi, asupan penuh gizi dan mineral yang diperlukan tubuh. Jika ini dapat diterapkan akan tidak mengalami malnutrisi atau kelaparan. Seseorang sejak menjalani diet pembatasan kalori kemungkinan tidak menunjukkan tanda-tanda kelaparan.

Penyakit penuaan

Kanker, seperti adenocarcinoma usus yang umum terjadi, berkurang lebih dari 50%. Risiko penyakit jantung juga berkurang 50%. Meskipun ada sebagian orang mengalami makan seperti biasanya, mengalami diabetes dan lima tanda-tanda pradiabetes, pengontrolan gula darah tampak sehat jika asupan kalorinya dibatasi. Dalam penelitian perbaruan dilakukan Anderson dari Universitas Wisconsin pada 2014, persentase ini tetap stabil dan membuktikan bahwa penuaan dapat dimanipulasi pada primata. Menurutnya secara konsep persoalan ini sangat penting bahwa penuaan merupakan target yang masuk akal bagi intervensi klinis dan perawatan medis.

“Jika penuaan dapat ditunda, maka semua penyakit yang berkaitan dengan penuaan akan mengikutinya.”

“Menangani satu penyakit sekali waktu tidak akan memperpanjang masa hidup seseorang secara signifikan karena mereka akan meninggal dunia karena sebab lain,” jelasnya Anderson.

“Jika kita menyembuhkan semua jenis kanker, kita tidak akan mengimbangi kematian karena penyakit jantung, dementia, atau kelainan-kelainan yang disebabkan oleh diabestes. Sebaliknya jika kita mengatasi penuaan, kita dapat mengimbangi semuanya sekaligus.”

Anderson berkata; mengurangi makan jelas membantu, tetapi pembatasan asupan kalori jauh lebih sulit dilakukan oleh manusia dalam dunia nyata. Pertama, akses kita ke makanan reguler yang tinggi kalori pada masa sekarang ini lebih mudah dibandingkan waktu-waktu sebelumnya. Dengan adanya banyaknya perusahaan perusahaan pengantaran makanan, kita tidak perlu lagi berjalan ke restoran. Kedua, bertambah bobot adalah hal yang biasa bagi sebagian orang.

“Terdapat komponen genetik besar bagi semua ini dan bagi sebagian orang lebih sulit untuk menjaga badan langsing dibanding sebagian lainnya,” jelas Anderson.

Idealnya, jumlah dan jenis makanan yang kita makan seharusnya disesuaikan dengan siapa kita – seperti kecenderungan genetik kita untuk bertambah bobot, bagaimana metabolisme kita dengan gula, bagaimana kita menyimpan lemak, dan aliran-aliran psikologis lain yang berada di luar cakupan instruksi ilmiah pada saat ini dan mungkin juga selamanya.

Namun kecenderungan kelebihan berat badan dapat digunakan sebagai panduan untuk pilihan hidup dan bukan sebagai keniscayaan. Menguti yang disebutkan Susan Roberts, pakar diet di Universitas Tufts di Boston dirinya melakukan pembatasan kalori dan bentuknya fleksibel.
Ditekankan oleh Roberts bahwa hal itu tidak sulit untuk mengikuti program manajemen berat badan sendiri dengan menggunakan alat yang disebut iDiet untuk membantunya mengurangi porsi makan tetapi menghindari rasa lapar atau menghindari kesenangan. Jika langkah itu tidak mungkin dilakukan, tambahnya, ia tidak akan menjalankan pembatasan kalori.

Memahami akan manfaat pembatasan kalori sangat penting. Melalui program itu Roberts selama dua tahun menyimpulkan, sebanyak 218 laki-laki dan perempuan sehat berusia 21 hingga 50 tahun dibagi menjadi dua bagian. Di kelompok pertama, mereka dibolehkan makan seperti biasanya, sementara kelompok kedua mengurangi makan sampai 20%. Kedua kelompok menjalani pemeriksaan kesehatan setiap enam bulan.

Di dalam darah orang-orang yang menjalani pembatasan kalori, rasio antara kolesterol ‘baik’ dan kolesterol ‘jahat’ meningkat, sementara molekul yang berhubungan dengan pembentukan tumor – yang disebut faktor nekrosis tumor- berkurang 25%, dan tingkat resistensi insulin -tanda jelas adanya diabetes- turun hampir 40% dibanding orang-orang yang mengonsumsi diet normal. Secara keseluruhan tekanan darah lebih rendah.

Memang, beberapa hal positif tersebut mungkin disebabkan karena berat badan berkurang. Uji coba dilakukan mencakup orang-orang yang gendut dan mereka yang memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) 25 atau kurang dari angka itu, dan mengurangi berat badan tentu saja meningkatkan kesejahteraan peserta yang lebih gemuk. Namun Roberts menlai satu hal yang sangat jelas untuk waktu yang lama adalah kelebihan berat badan tidak baik.

Ditambahkannya berbagai penyakit dan kelainan yang sebelumnya diyakini berhubungan dengan penuaan, sekarang muncul di kalangan penduduk yang gendut. Namun hasil-hasil terbaru ini menunjukkan bahwa keuntungan kesehatan yang signifikan dapat dipetik dari tubuh yang sudah sehat -yaitu orang yang tidak kekurangan berat badan maupun yang gemuk. Orang tersebut memiliki BMI antara 18,5 hingga 25.

Di balik hasil-hasil itu, bukti dari uji coba lebih lanjut diperlukan sebelum seseorang yang punya BMI sehat disarankan untuk mengurangi asupan kalori. Dengan makanan dikurangi, apakah metabolisme dipaksa lebih efisien? Apakah ada tombol molekul umum pengatur penuaan yang diaktifkan (atau dimatikan) dengan kalori lebih sedikit? Atau apakah ada mekanisme yang belum diketahui yang mengganjal hidup atau matinya kita? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu mungkin masih jauh dari kenyataan.

Seperti disebutkan Anderson dari Universitas Wisconsin, jika kloning diri sendiri 10 kali dan kita semua bekerja keras, kita tetap tidak dapat memecahkannya. “Biologi sangat rumit,” sebutnya. Perlu dilakukan upaya untuk memahami bagaimana pembatasan kalori bekerja dan perawatan-perawatan lain dapat digunakan untuk menyasar bagian khusus biologi kita. Penuaan dapat ditangani secara langsung tanpa perlu membatasi kalori. Itu merupakan tiket emas yang sebenarnya. Pembatasan kalori tetap merupakan salah satu jalan menjanjikan untuk meningkatkan kesehatan dan seberapa lama kesehatan bertahan dalam hidup kita.

Tapi Roberts dari penelitian Calerie menyatakan tidak ada hal apapun yang kita dapati yang membuat kita berpikir bahwa pembatasan kalori tidak baik bagi orang. Dan berbeda dengan perawatan berbasis obat, pembatasan kalori tidak menimbulkan berbagai efek sampingan. Orang-orang tidak merasa lebih lapar, suasana hatinya baik, fungsi seksualnya baik.

Satu masalah yang diperkirakan terjadi adalah sedikit pengurangan pada kepadatan tulang yang biasanya berkaitan dengan penurunan berat badan. Bahkan, kata Roberts dengan hasil temuan temuan yang sudah ada dan menjanjikan itu, hal benar-benar merupakan prospek yang menarik; menunda munculnya penyakit-penyakit kronis adalah sesuatu yang dapat didukung oleh semua orang dan membuat orang tertarik, karena tak seorang pun ingin menjalani hidup dengan salah satu penyakit.

Tags : Index, kesehatan, Sains,