Linkungan   2025/09/13 17:54 WIB

Menhut Raja Juli Bermain Domino dengan Bekas Tersangka Pembalak Liar, 'Seakan Tak Memikirkan Kerusakan Hutan Tropis yang Terus Melaju'

Menhut Raja Juli Bermain Domino dengan Bekas Tersangka Pembalak Liar, 'Seakan Tak Memikirkan Kerusakan Hutan Tropis yang Terus Melaju'
Menhut Raja Juli Antoni (batik coklat) bermain domino bersama eks Menteri P2MI Abdul Kadir Karding, dan pengusaha Aziz Wellang.(Dok.Istimewa/Tempo.co)

LINGKUNGAN - Foto Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni tengah bermain domino dengan bekas tersangka kasus pembalakan liar, Aziz Wellang, viral di media sosial pada Senin malam (01/09).

Permainan domino itu terjadi saat rangkaian demonstrasi besar di Jakarta dan berbagai daerah yang menolak kenaikan tunjangan anggota DPR serta tewasnya pengemudi ojek online Affan Kurniawan yang dilindas kendaraan taktis Brimob.

Dalam foto itu juga terlihat hadir Abdul Kadir Karding yang baru saja dicopot dari Menteri P2MI, dan Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Persatuan Olahraga Domino Indonesia (Pordi), Andi Rukman Nurdin Karumpa.

Raja Juli dan Karding membenarkan foto itu. Namun, Raja Juli menegaskan bahwa dirinya tidak mengenal sosok Aziz dan menegaskan komitmennya untuk menindak tegas praktik pembalakan liar.

Foto yang menampilkan Raja Juli, Karding, Aziz dan Andi Rukman tengah bermain domino dilaporkan pertama kali beredar di grup WhatsApp Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dan Pordi, sebelum viral di media sosial.

Dalam foto itu, Raja Juli yang mengenakan batik coklat tampak asyik menyusun balok domino. Di sebelah kanannya, duduk Aziz Wellang yang mengenakan kaus putih.

Raja Juli pun memberikan klarifikasi atas beredarnya kabar main domino, berikut keterangan resminya:

  1. Saya janjian bertemu Mas Menteri Karding. Mas Menteri Karding meminta saya “nyamperin” beliau di posko Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dimana beliau pada saat ini menjadi Sekjennya.
  2. ⁠Saya berdiskusi dengan Mas Menteri Karding berdua saja di ruang bagian belakang selama 2 jam-an lebih. Tidak ada tema diskusi kami menyangkut kasus pembalakan liar sama sekali. Mendekati jam 24.00 saya pamit pulang kepada beliau.
  3. ⁠Di ruang tamu ramai sekali orang. Beberapa orang lainnya sedang beramain domino. Mas Menteri Karding dan saya diajak ikut main. Setelah 2 kali “putaran,” saya pamit pulang kepada Mas Menteri Karding dan banyak orang yang ada di ruang tamu tersebut.
  4. ⁠Saya tidak kenal dengan 2 pemain lainnya. Tidak ada juga pembicaraan soal kasus apapun pada saat itu,
  5. ⁠Setelah berita ini beredar, saya baru tahu bahwa salah seorang yang ikut main tersebut adalah Azis Wellang yang diberitakan sebagai pembalak liar. Bagi saya tidak ada sedikitpun ruang bagi siapapun yang melakukan pelanggaran hukum di kawasan hutan. Saya akan tegakan hukum setegas-tegasnya kepada pembalak liar tanpa pandang bulu.
  6. ⁠Demikian yang dapat saya sampaikan dengan sebenar-benarnya, secara faktual menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada tengah malam beberapa hari yang lalu.

Kampanye anti-deforestasi untuk ekspansi lahan sawit.

Meski demikian, organisasi lingkungan menganggap foto permainan domino tersebut problematik. 

Mengapa pertemuan itu dianggap problematik?

Manager Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional, Uli Arta Siagian berkata, foto antara Raja Juli dan Aziz adalah gambaran dari "keharmonisan antara pengurus negara dengan pengusaha yang diduga bermasalah di sektor lingkungan."

"Dari konteks komunikasi simbolik, foto itu memunculkan kecurigaan publik tentang bagaimana negara tunduk kepada terduga perusak hutan atau kepentingan bisnis," kata Uli Uli Arta Siagian pada media, Senin (08/09).

"Meskipun kami tidak mau berasumsi bahwa ada proses transaksi kepentingan di sana[foto], karena perlu dicek lebih dalam," tambahnya.

Padahal, katanya, menteri kehutanan adalah simbol atau wali yang melindungi hutan di Indonesia. Ditambah lagi, ujar Uli, menteri kehutanan memiliki kewenangan yang 'menggiurkan' para pebisnis.

Kemenhut berwenang mengeluarkan izin pinjam pakai kawasan hutan menjadi perkebunan hingga pertambangan secara legal. Selain itu, Kemenhut juga berwenang untuk 'mengampuni atau memutihkan' para perusak hutan.

Untuk itu, secara etika pejabat publik, menteri kehutanan tidak boleh bertemu dengan pihak-pihak yang diduga merusak hutan, tambahnya.

"Menhut itu tujuannya untuk melindungi hutan, bukan justru kemudian duduk bersama dengan orang-orang yang diduga melakukan kejahatan kehutanan. Itu ada pelanggaran etik di sana," katanya.

Untuk menjawab kecurigaan publik, Uli bilang, Kementerian Kehutanan harus melakukan penegakan hukum ke pembalak liar dan jejaring bisnis perusak hutan.

"Tapi ketika ke depan tidak ada kejahatan kehutanan yang berhasil dibongkar dan dibawa ke pengadilan, maka kecurigaan publik menjadi benar adanya," kata Uli.

Senada, Koordinator MAKI (Masyarakat Anti Korupsi Indonesia) Boyamin Saiman juga menyebut Raja Juli seharusnya tidak melakukan pertemuan oleh pihak yang pernah berperkara di Kemenhut karena tidak etis dan bisa memengaruhi psikologi penyidik di Kemenhut.

"Dengan pertemuan main domino tersebut maka penyidik Gakkum Kemenhut secara psikologis akan mati langkah karena merasa tidak dapat dukungan dari pimpinan tertinggi di Kemenhut. Penyidik kalah dan kena mental," kata Boyamin, Minggu (07/09).

Foto udara sebuah area tambang nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, pada Agustus 2023.

Siapa Aziz Wellang?

Muhammad Aziz Wellang adalah pengusaha kayu dari Sulawesi Selatan dan juga Wakil Bendahara Umum KKSS.

Namanya mencuat ketika Ditjen Gakkum KLHK menjadikan Aziz sebagai tersangka kasus pembalakan liar di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah pada November 2024.

Aziz diduga terlibat dalam penebangan kayu di luar izin konsensi perusahaan seluas 11.580 hektare, melalui PT ABL dan kontraktornya PT GPB.

Hasil kegiatan penebangan ilegal itu menghasilkan volume kayu sebesar kurang lebih 1.819 meter kubik dan diperkirakan telah merugikan negara sebesar Rp2,72 miliar.

Aziz Wellang mengajukan permohonan praperadilan atas penetapan tersangka itu dan pada 9 Desember 2024 Pengadilan Negeri Jakarta Pusat membatalkan status tersangkanya.

Pengadilan memutuskan penetapan tersangka Aziz "tidak sah, cacat formil dan tidak berdasarkan atas hukum dan oleh karenanya penetapan tersangka terhadap Pemohon batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat."

Dalam akun Instagramnya, Raja Juli memberikan klarifikasi atas foto yang viral itu. Dia mengklaim diminta Abdul Kadir Karding datang ke posko KKSS.

"Saya berdiskusi dengan Mas Menteri Karding berdua saja di ruang bagian belakang selama dua jam lebih. Tidak ada tema diskusi kami menyangkut kasus pembalakan liar sama sekali. Mendekati jam 24.00 saya pamit pulang kepada beliau", tulis Raja Juli.

Saat hendak pulang, Raja Juli mengaku dirinya dan Karding diajak bermain domino. "Setelah dua kali putaran, saya pamit pulang kepada Mas Menteri Karding dan banyak orang yang ada di ruang tamu tersebut."

Raja Juli pun mengaku tidak mengenal dua pemain domino yang ada di foto itu, dan tidak ada pembicaraan soal kasus apapun saat itu.

"Setelah berita ini bereda, saya baru tahu bahwa salah seorang yang ikut main tersebut adalah Aziz Wellang yang diberitakan sebagai pembalak liar. Bagi saya tidak ada sedikit pun ruang bagi siapapun yang melakukan pelanggaran hukum di kawasan hutan. Saya akan tegakkan hukum setegas-tegasnya kepada pembalak liar tanpa pandang bulu."

Unggahan itu mendapatkan lebih dari 6.000 komentar warganet yang memberikan kritikan maupun dukungan.

Senada, Abdul Kadir Karding juga mengaku berbincang dengan Raja Juli di belakang posko, yang terpisah dari seluruh anggota KKSS lain. Saat hendak pulang, kata Karding, Raja Juli diajak main domino oleh anggota KKSS.

"Kami bermain sebanyak dua set. Yang ikut main, Pak Aziz dan Andi yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Pengurus Besar [PB] Pordi," kata Karding dalam keterangannya, Minggu (07/09).

"Di dalam ruangan itu, yang dikenal Raja Juli cuma saya karena seluruh yang hadir adalah pengurus KKSS. Setelah itu Raja Juli pamit pulang tanpa ada diskusi dengan pengurus KKSS yang lain," tambahnya.

Karding pun mengaku tidak pernah tahu latar belakang Aziz Wellang.

Foto permainan domino itu lalu dikirim ke grup WhatsApp Pordi dan KKSS, yang kemudian menjadi sorotan publik.

Boyamin pun mendesak Raja Juli untuk memerintahkan penyidik Kemenhut memulai lagi penyidikan baru mengenai pembalakan liar yang diduga melibatkan Aziz.

Deputi Kepala Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Achmad Saleh Suhada, memandang pejabat publik—apalagi setingkat menteri—seharusnya menunjukkan sikap yang sangat hati-hati, menjaga integritas, serta menghindari segala bentuk interaksi yang bisa menurunkan kepercayaan masyarakat.

"Bagi masyarakat, simbol dan gestur kecil seperti 'sekadar main domino' bisa memunculkan persepsi negatif yang merusak kredibilitas kementerian dalam memimpin agenda penyelamatan hutan," kata Achmad.

Selain itu, dia juga melihat foto itu bukan sekadar soal pertemuan pribadi, tetapi menyentuh masalah struktural dalam tata kelola hutan Indonesia.

"Lemahnya pengawasan, konflik kepentingan, dan masih adanya celah korupsi dalam sektor kehutanan. Justru karena itu, penting bagi pejabat negara untuk memberi contoh transparansi, menjaga jarak dari aktor-aktor bermasalah, dan memastikan keberpihakan penuh pada perlindungan hutan serta penegakan hukum," kata Achmad.

Achmad berkata pembalakan liar adalah salah satu akar persoalan kerusakan hutan yang hingga kini terjadi di Indonesia, yang sering kali melibatkan jaringan aktor yang kuat dan berlapis.

Meskipun sudah ada upaya penegakan hukum, pembalakan liar masih terjadi secara masif di Indonesia, tambah Achmad.

Data Greenpeace memperkirakan Indonesia kehilangan sekitar 30,8 juta hektare tutupan pohon antara 2001–2023.

Data Global Forest Watch bahkan mencatat angka kehilangan mencapai 32 juta hektare hingga 2024.

"Sebagian besar kehilangan tersebut terkait ekspansi industri, tetapi pembalakan liar tetap menjadi salah satu penyumbang utama, terutama di kawasan hutan produksi dan hutan adat yang pengawasannya lemah," katanya.

Achmad menambahkan, kasus-kasus yang kini ditangani aparat juga memperlihatkan pola lama yang berulang.

"Jaringan aktor kuat yang bekerja secara terorganisir, kayu hasil tebangan liar yang disamarkan lewat dokumen resmi, hingga keterkaitan dengan korupsi di tingkat lokal."

"Hal ini menunjukkan bahwa pembalakan liar bukan sekadar pelanggaran kecil, melainkan kejahatan terorganisir yang menimbulkan kerugian negara, mempercepat krisis iklim, dan merampas hak-hak masyarakat adat," ujar Achmad.

Laporan satelit menunjukkan makin banyak hutan tropis yang hancur 

Laju kerusakan hutan tropis mencapai rekor

Ir Marganda Simamora MS.i, dari Yayasan Sahabat Alam Rimba (SALAMBA) juga mengkritisi pernyataan Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni yang mengeklaim tak kenal Azis Wellang, eks tersangka kasus pembalakan liar.

"Sesuatu hal yang tidak layak seorang pejabat terkait main domino dengan perusak lingkungan dan hutan. Seharusnya memenjarakan atau menggugat perusak hutan jangan justru 'berteman'," sebutnya.

"Kami sangat kecewa dengan kejadian tersebut, apalagi perusak hutanya secara signifikan yang diduga telah meluluh lantakkan hutan sebagai paru paru dunia," sambungnya.

Ia sesalkan, seorang menteri semestinya menghindari konflik kepentingan dengan pihak yang pernah berperkara hukum.

"Merespons pertanyaan Menteri Kehutanan selaku pejabat negara, penting diingat bahwa jabatan negara adalah sesuatu yang melekat. Sehingga penting untuk menghindari segala potensi conflict of interest," kata Marganda Simamora, Minggu (13/9).

Ia menilai, peristiwa tersebut hanyalah puncak gunung es dari kritik publik yang menyoroti lemahnya keberpihakan negara, terhadap rakyat kecil, dibandingkan dengan korporasi besar.

"Apa yang terjadi waktu itu, menjadi cermin lemahnya komitmen politik, khususnya dalam penegakan hukum lingkungan," sebutnya.

Sekjen PSI Raja Juli Antoni memberikan keterangan usai bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (01/09).

Sebelumnya, Raja Juli merespons publikasi pertemuannya dengan Azis Wellang yang diselingi bermain domino. Hadir pula Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding.

Raja Juli menyebut dirinya diajak Karding ke Posko Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) pada Senin malam (1/9/2025).

"⁠Saya janjian bertemu Mas Menteri Karding. Mas Menteri Karding meminta saya ‘nyamperin’ beliau di posko Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dimana beliau pada saat ini menjadi Sekjennya," ujar Raja Juli dalam pernyataan tertulis di akun Instagram pribadinya @rajajuliantoni, Sabtu (6/9/2025).

Raja Juli mengaku berdiskusi tertutup dengan Abdul Kadir, lebih dari dua jam tanpa membahas kasus pembalakan liar. Menjelang tengah malam, dia berpamitan untuk pulang.

"Di ruang tamu ramai sekali orang. Beberapa orang lainnya sedang bermain domino. Mas Menteri Karding dan saya diajak ikut main. Setelah 2 kali ‘putaran’, saya pamit pulang kepada Mas Menteri Karding dan banyak orang yang ada di ruang tamu tersebut," kata dia.

Ia mengklaim tidak mengenal dua pemain lain dalam permainan itu, termasuk Azis Wellang, yang baru diketahuinya setelah foto-foto pertemuan beredar.

"Setelah berita ini beredar, saya baru tahu bahwa salah seorang yang ikut main tersebut adalah Azis Wellang yang diberitakan sebagai pembalak liar. Bagi saya tidak ada sedikitpun ruang bagi siapapun yang melakukan pelanggaran hukum di kawasan hutan. Saya akan tegakan hukum setegas-tegasnya kepada pembalak liar tanpa pandang bulu," tegas Raja Juli.

Diketahui, Azis Wellang sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka oleh Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK dalam kasus pembalakan liar pada November 2024. Namun, penyidikan dihentikan pada 14 Februari 2025 berdasarkan putusan praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

"Demikian yang dapat saya sampaikan dengan sebenar-benarnya, secara faktual menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada tengah malam beberapa hari yang lalu," tambahnya. (*)

Tags : Deforestasi, Indonesia, Perubahan iklim, Lingkungan, Hutan, Deforestasi, Politik, Hukum, Indonesia, Viral, Alam,