PEKANBARU – Peralihan antara kedua musim secara umum pancaroba terjadi pada bulan Maret-April-Mei (MAM) dan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau dan September-Oktober-November (SON) yakni peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, perubahan cuaca yang drastis selain berdampak pada lingkungan juga berdampak pada daya tahan tubuh.
Terjadinya perubahan suhu, tekanan udara dan kelembaban udara yang ekstrem akan berakibat pada penurunan daya tahan tubuh. Disaat daya tahan tubuh lemah maka penyakit akan mudah hinggap pada tubuh. Forecaster On Duty Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru Yudhistira Mawaddah pada media mengatakan, hujan akan mengguyur Riau mulai sore hari dan akan berlangsung hingga dini hari. "Hujan bersifat tidak merata, hanya terjadi di sebagian wilayah saja," sebutnya, Sabtu (5/9/2020).
Penyakit yang timbul pada saat pancaroba adalah penyakit flu. Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan dan paru-paru. Beberapa penelitian menyatakan bahwa jika terjadi perubahan suhu akan berakibat virus dapat berkembang lebih cepat terutama pada penurunan suhu udara. Virus lebih mudah berkembang biak pada suhu yang lebih dingin. Tubuh yang mengalami penurunan daya tahan akan membuat virus lebih mudah berkembang dan menyebar.
Saat virus masuk melalui saluran pernafasan seperti dari lubang hidung, virus akan berkembang biak dan menyebabkan sistem imum tubuh tidak berfungsi maksimal. Penyebaran virus influenza terjadi ketika seseorang menderita batuk, flu, bersin atau berbicara yang ditularkan melalui media udara. Secara langsung virus tersebut akan berpotensi berpindah melalui mulut atau hidung dari orang didekatnya. Secara tidak langsung virus dapat juga menyebar dengan memegang atau menyentuh benda-benda yang terinfeksi sebelumnya. Setelah itu virus akan masuh ke tubuh melalui mulut, hidung dan mata.
Menyikapi ini, Kepala Dinas Kesehatan [Kadiskes] Riau, Mimi Yuliani Nazir berpendapat saat ini mulai memasuki pancaroba diharapkan selalu menjaga kesehatan. Apalagi dengan merebaknya virus corona, "harus lebih ekstra lagi menjaga kesehatan, tidak hanya penyakit flu biasa yang harus diwaspadai tapi juga Covid-19," ungkapnya, Kamis (4/9).
Bagaimana Perkembangan Virus Covid-19 Saat Musim penghujan?
Mimi Yuliani Nazir mengakui covid-19 di Riau kembali meningkat drastis, dan itu terbukti dari tambahan kasus terkonfirmasi baru di Riau per hari Jumat (5/9/2020) bertambah sebanyak 131 orang. Pekanbaru kembali rekor terbanyak. "Kasus terkonfirmasi Covid-19 Riau kembali meningkat, setelah adanya tambahan 131 kasus baru hari ini. Dan Pekanbaru kembali jadi penyumbang kasus terbanyak dengan jumlah 45 kasus".
"Orang yang berpotensi terkena penyakit pada saat pancaroba bukan hanya yang memiliki daya tahan tubuh lemah tetapi juga bagi orang yang alergi terutama alergi terhadap serbuk sari dan debu."
Menurutnya, frekuensi angin kencang meningkat disaat pancaroba, ini akan mengakibatkan banyaknya serbuk sari dan debu berterbangan di udara. Hal tersebut dapat memicu gejala alergi yang memperberat flu dan demam. "Bagi yang alergi sedapat mungkin tidak terlalu sering keluar rumah. Jika terpaksa selalu gunakan masker atau penutup hidung dan mulut," saranya.
Virus Corona (Covid-19) lebih cepat berkembang saat musim penghujan, para dokter di berharap segera tiba musim kemarau, agar penyebaran wabah virus corona cepat usai. "Dengan pengetahuan dan simulasi yang kita ketahui sekarang ini, diharapkan kita dapat melakukan tindakan preventif. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Hindari tempat-tempat kerumunan. Selalu menjaga kesehatan dengan mengkonsumsi makanan sehat. Istirahat yang cukup dan banyak minum air putih," pesannya, selain itu sering berolahraga dan jika ada gangguan kesehatan terutama pada saluran pernafasan segera periksakan diri ke dokter. Tidak menyentuh mata, mulut dan hidung saat tangan kotor. Hindari kontak dengan orang yang sedang batuk dan demam. (rp.raf/*)
Tags : Musim Penghujan, Hujan Digandengi Covid-19, Virus Corona, Pekanbaru,