"Terkait keberadaan 9 pulau terpencil di perairan Selat Malaka masih merupakan wilayah Kabupaten Rokan Hilir terancam dicaplok selain provinsi tetangga Sumatera Utara [Sumut] juga negara jiran Malaysia"
edatangan Bupati Rokan Hilir [Rohil], Afrizal Sintong SIP beserta para stafnya pada malam Minggu 29 Juli 2023 tepatnya pukul 19.00 WIB hingga berunjung tengah malam menghampiri riaupagi.com duduk santai ngobrol di kedai kopi Aceh Jalan Paus, Pekanbaru ada yang bisa dipetik hikmahnya.
Ngopi bersama dengan Bupati Afrizal Sintong dengan beberapa staf pegawai Bappeda dan Dinas Pariwisata Rohil malam itu terungkap dari kegelisahan dan kekhawatiran adanya beberapa pulau-pulau kecil di Rohil yang terus terancam dicaplok selain oleh Provinsi tetangga juga negara Malaysia.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki ribuan pulau nan indah yang wajib di kunjungi, seperti dibeberapa pulau yang isotik di Rohil, tetapi pulau-pulau kecil itu terus dikhawatirkan yang rawan dicaplok baik provinsi tetangga Sumatera Utara [Sumut] juga negara jiran Malaysia.
Salah satunya adalah Pulau Jemur yang merupakan pulau terbesar di gugusan Kepulauan Arwah, di Kabupaten Rohil, Provinsi Riau.
Kekhawatiran memuncak, salah satu penyebabnya adalah kesulitan transportasi dan infrastruktur menuju pulau yang sudah menjadi lokasi wisata daerah.
Selain Pulau Jemur, kepulauan lainnya seperti Pulau Pertandangan, Batu Adang, Batu Berlayar, Tokong Mas, Tokong Simbang, Labuhan Bilik, Tokong Pucung, dan Batu Mandi, juga tak kalah menariknya. Deretan pulau itu, juga masih dalam wilayah Pemerintahan Provinsi Riau.
Hanya saja, posisi Pulau Jemur menjadi pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu didapuk sebagai ‘Zamrud Selat Malaka’.
'Pulau-pulau kecil yang dikhawatirkan'
Menanggapi tentang Pulau Jemur di Rohil, sebuah pulau indah di jalur perdagangan terpadat dunia, Selat Malaka itu memiliki cerita yang beragam.
Ketua Dewan Pengurus Daerah [DPD] Komite Nasional Pemuda Indonesia [KNPI] Provinsi Riau juga turut merasa khawatir atas pulau-pulau kecil yang berada di wilayah Rohil, Riau ini.
"Pulau Jemur pernah jadi pusat para perompak atau bapak laut internasional bagi kapal-kapal yang berlayar di Selat Malaka, hingga kini menjadi salah satu tujuan wisata andalan Kabupaten Rokan Hilir, Riau," kata Larshen Yunus, Ketua DPD I KNPI Riau.
Pulau Jemur atau dikenal juga dengan nama Gugusan Kepulauan Arwah, kata dia merupakan pulau-pulau terluar Indonesia yang terletak di Kecamatan Pasir Limau Kapas, Rokan Hilir Provinsi Riau.
"Pulau Jemur terdiri dari pulau-pulau kecil antara lain pulau Tekong Emas, Tekong Simbang, Labuhan Bilik dan pulau lainnya dengan luas total hanya 250 Hektar," jelas Wakil Sekretaris Jenderal [Wasekjend] KNPI Pusat ini.
Diantara pulau tersebut adalah Pulau Batu Adang memiliki luas 0,58 hektar, terletak pada titik koordinat 2.8889.N dan 100.5708 E jarak dari Bagansiapiapi, ibukota Rohil sejauh 72,4 KM dan dari Port Klang Malaysia 64,3 KM.
Secara administratif Kecamatan Pasir Limau Kapas, Pulau Jemur berada di Kepenghuluan Pulau Jemur dengan penduduknya berada di pesisir pantai Kota Terapung, Panipahan.
Kepenghuluan Pulau Jemur memiliki Kode Desa: 1409031005 namun di Gugusan Pulau-pulau tersebut tidak berpenghuni dan di sini terdapat 1 Pos TNI-AL dan 1 kantor Navigasi penjaga menara suar.
Larshen Yunus tak menampik pesona biota bawah laut di pulau ini juga disebut-sebut tak ada duanya. Karena itu, sayang untuk dilewatkan, terutama buat yang doyan diving, maupun snorkeling.
Selain banyak terumbu karang yang penuh warna-warni dengan ikan-ikan kecil hilir-mudik berenang.
Di sisi lain, spesies unik seperti biawak air dan ular merah juga bisa ditemui di pulau itu.
Lokasi pulau dengan wisata bahari, juga bisa dilakukan memancing ikan jika berlibur di Pulau Jemur.
Pulau kecil yang menyimpan sejarah
Pulau Jemur atau Gugusan Pulau Arwah menyimpan sejarah panjang peradaban laut internasional. Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang Panglima Layar.
Sebutan itu karena lanun atau bajak laut terkenal di Selat Malaka, bernama Panglima Layar menggunakan Pulau Jemur sebagai markasnya.
Pulau Jemur salah satu pulau terluar
Markas Panglima Layar ini sangat disegani oleh Kerajaan Malaka yang saat itu sudah menjadi pusat perdagangan internasional. Dimana kapal-kapal dari seluruh dunia melewati jalur Selat Malaka.
Semua kapal yang berlayar di Selat Malaka pun diperingatkan untuk berhati-hati lewati daerah Pulau Jemur atau yang disebut Gugusan Pulau Arwah.
Keangkeran Pulau Jemur dibawah penguasaan Panglima Layar akhirnya hilang setelah berhasil ditaklukkan oleh orang-orang perantauan Bugis, keturunan Daeng Celak dan Datuk Tenalok.
Saat penyerangan itu, Panglima Layar akhirnya terbunuh.
Tetapi sejarah panjang Pulau Jemur dalam cerita ditengah masyarakat pun berkembang dan mengemuka.
Seperti disebutkan H Abdurahman Yus (63), tokoh masyarakat setempat kepada awak media ini di Panipahan yang juga salah seorang Pengurus Dunia Melayu Dunia Islam Kabupaten Rokan Hilir, ternyata ada pula mitos lain mengenai sebutan kepulauan Arwah tersebut.
Di pulau tersebut hingga kini hidup spesies ular merah di bebatuan gugusan pulau dan pasir. Jika digigit ular ular merah maka akan menemui ajal karena bisanya cukup berbahaya.
"Tapi itu mitos versi lainnya dan sampai kini kita masih mendengar tentang ular merah tersebut,'' sebut sosok Pengurus Lembaga Adat Melayu Riau Kecamatan Pasir Limau Kapas ini.
Walaupun pulau Jemur kini tidak berpenghuni akan tetapi memiliki destinasi wisata laut yang indah dan cukup menarik bagi penikmat wisata bahari.
Di Pulau Jemur terdapat spesies penyu hijau dan penghasil telur penyu. Namun tidak sembarangan boleh ambil karena penyu itu merupakan hewan langka yang dilindungi.
Selain itu, di Pulau Jemur juga ada Goa Jepang, Menara Mercusuar, bekas telapak kaki manusia di atas batu cadas, Batu Panglima Layar atau disebut Batu Timang dimana Panglima Layar berlatih fisik silat saat itu, selain itu juga ada Pantai Pasir Emas (menguning) dan taman laut yang indah untuk olahraga menyelam.
Untuk transportasi ke Pulau Jemur memang belum ada travel khusus secara resmi, namun Kepenghuluan Pulau Jemur memiliki Kapal Desa untuk transportasi ke pulau-pulau tersebut, jika angin, gelombang dan cuaca baik di perairan Selat Malaka.
Penyu Hijau di Pulau Jemur
Secara administrasi pulau jemur bagian dari pemerintahan Kepenghuluan Pulau Jemur yang berjarak 45 Mil dari Kota Panipahan sebagai Ibukota Kecamatan Pasir Limau Kapas.
Sebelumnya, Camat Pasir Limau Kapas, Yahya Khan SH mengatakan, Pulau Jemur sejak dulu menjadi primadona wisata bahari di Rohil dan sering dikunjungi masyarakat setempat dan pengunjung lainnya.
"Bupati Afrizal Sintong dan Wabup H Sulaiman SS MH siap mengangkat potensi Pulau Jemur karena memiliki destinasi wisata dan dijadikan lokasi memancing setiap akhir pekan,'' jelas Yahya Khan.
Fadli (39), salah seorang warga Bagansiapiapi yang hobi memancing menyebutkan walau secara resmi belum ada angkutan umum ke Pulau Jemur nanun pencinta mancing mania setiap akhir pekan berkelompok menyewa kapal motor untuk memancing di pulau tersebut.
"Tiap akhir pekan, Sabtu-minggu kita memancing di Pulau Jemur, selain tidur di kapal (boat) di Pulau jemur dekat Pos TNI-AL dan Lampu Suar Navigasi, juga ada mess, kita boleh istirahat disana,'' sebut Fadli.
Tetapi menurut Larshen Yunus lagi, Pemkab Rohil sejak lama sudah mengembangkan potensi wisata setempat dengan dihadirkannya lokasi penangkaran penyu hijau (anak penyu yang masih kecil disebut tukik) di pulau tersebut.
Karena keindahannya itu pula, Pulau Jemur atau Gugusan Kepulauan Arwah sering disebut Zamrutnya Rohil dan Riau di tengah Selat Malaka.
Kepulauan Arwah terkenal dengan kekayaan lautnya. Alhasil, jangan heran kalo menjumpai nelayan di area ini sedang mencari ikan.
Biasanya para nelayan itu, menjadikan Pulau Jemur sebagai tempat persinggahan atau peristirahatan.
Walau tak berpenghuni, pulau ini juga diperuntukkan sebagai Pos TNI Angkatan Laut Republik Indonesia yang bertugas sebagai garda terdepan dalam menjaga batas teritorial sehingga tidak diklaim negara lain, sebutnya.
Menurutnya, Pulau Jemur yang luasnya diperkirakan 250 hektar juga bisa menemukan sejumlah situs yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini.
Di antaranya mulai dari rumah peninggalan Belanda, makam tidak bernama, batu petir, goa-goa dan benteng peninggalan Jepang.
Tak terkecuali jejak kaki yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tapak kaki Panglima Layar.
Alkisah, seorang Panglima Layar dari Malaka diperintahkan oleh raja mencari telur yang tidak pernah ditemukan di tempat lain. Telur itu adalah keinginan sang permaisuri yang tengah ngidam.
Panglima Layar pun menuruti perintah itu, tapi tidak kunjung menemukan telur yang dimaksud.
Ketika tiba di Pulau Jemur, dia duduk termenung. Melihat hal tersebut, seekor penyu datang menghampiri dan menyapa Panglima Layar sambil menanyakan masalahnya.
Peta pulau jemur
Diceritakanlah kepada kura-kura laut ini terkait tugas berat yang sedang diembannya.
Selepas mendengar curhat Panglima Layar hingga selesai, si penyu merasa terenyuh dan tergerak hatinya ingin membantu sambil mewanti-wanti pada utusan Raja Malaka ini untuk menyerahkan telur tersebut pada permaisuri.
Permintaannya tak berhenti sampai di situ, sebab dilanjutkan lagi dengan memerintahkan agar membelah kepalanya dan mengambil telur yang ada di sana. Panglima Layar mengamini sembari mengangguk-angguk tanda setuju.
Janji sudah terucap, kepala telah dibelah, telur pun akhirnya didapat.
Sayangnya, panglima ingkar janji. Enggak cuma itu saja, bahkan malah memakan telur tersebut.
Kabar itu pun tersiar sampai ke telinga raja yang selanjutnya, melarang Panglima Layar pulang.
Lantaran tidak mempunyai tempat tujuan, Panglima Layar terpaksa tinggal di Pulau Jemur dan untuk bertahan hidup berubah jadi orang jahat menjadi perompak alias merampok setiap kapal yang lewat.
Berita itu pun tersorot oleh Raja Siak. Tak tinggal diam dengan aksi kejahatan panglima yang membelot itu, tentunya sudah mendapat izin dan saran dari Raja Malaka, maka Raja Siak segera mengutus tiga orang panglimanya yang berasal dari Kubu, Bangko, dan Tanah Putih.
Singkat cerita, lewat pertarungan ini, Panglima Layar berhasil ditaklukkan.
Balik lagi ke Pulau Jemur, menurut Larshen Yunus kegiatan yang perlu dilakukan di pulau ini adalah menyaksikan lebih dekat proses perkembangbiakan penyu hijau (Chelonia mydas) hewan langka dan dilindungi Pemerintah Indonesia di destinasi unggulan di Bumi Lancang Kuning.
Di Pulau Jemur ini pula, tiap tahunnya ada musim penyu bertelur. Khususnya, pada bulan-bulan tertentu, penyu-penyu itu ke daratan untuk bertelur. Secara naluri, hewan ini akan menggali pasir, mengeluarkan telur, dan menutup kembali telur-telur mereka dengan pasir.
"Proses ini yang jadi golden momen saat liburan di pantai berpasir kuning emas di Pulau Jemur. Untuk mendapatkan momen tersebut," ungkapnya.
Seekor induk penyu mampu menghasilkan telur 100 hingga 150 per ekor, dan hewan ini juga dikelompokkan sebagai spesies langka.
Selain karena ancaman predator alami yang ada di laut, penyu ini juga sering diburu manusia untuk diambil cangkang hingga dagingnya.
Salah satu sudut di Pulau Jemur dilihat dari ketinggian. Pulau menawan ini dijadikan objek wisata bahari andalan Rohil
Atas dasar pertimbangan itulah, Pulau Jemur ditetapkan jadi salah satu lokasi konservasi penyu-penyu ini.
Setelah telur penyu menetas, anak-anak penyu akan dipindahkan ke kandang khusus. Kemudian akan dirawat dan dibesarkan di penangkaran selama 4 hingga 6 bulan. Selanjutnya, siap menghadapi bahaya di lautan luas.
Penangkaran penyu ini tidak dilakukan sembarangan. Penyu yang baru menetas tidak boleh digabung dengan anak penyu yang sudah besar karena berisiko dimakan.
Selain itu, jadwal makan para penyu juga harus teratur agar mereka tidak saling makan sesama teman.
Jadi menurut Larshen Yunus, itulah surga tersembunyi yang berada di Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, yang dapat ditempuh perjalanan sekitar 2 jam menggunakan speedboat.
'Keberadaan pulau-pulau kecil terus terancam'
Tetapi kembali disebutkan Larshen Yunus yang juga sebagai Wakil Sekretaris Jenderal [Wasekjend] KNPI Pusat Jakarta ini yang mengkhawatirkan 9 pulau terpencil yang ada di Rohil yang langsung berhadapan dengan Zamrud Selat Malaka ini.
"Jika tidak ada upaya untuk membangunnya surga tersembunyi itu tetap terancam dicaplok."
"Ancaman terhadap pulau-pulau terpenci di wilayah Kabupaten Rohil dari pencaplokan [masuk pada wilayah lain] bisa jadi ke Provinsi tetangga Sumatera Utara maupun negara jiran Malaysia," ungkapnya.
Larshen sudah bisa membayangkan, jika terjadinya pergeseran sebuah wilayah [pulau terpencil] maka akan terjadi permasalahan seperti gugatan uji materi yang bisa menimbulkan dua hal yang berbeda.
"Maka tak ayal persoalan undang-undang dan latarbelakang penyesuaian dasar hukum pembentukan provinsi akan semakin dikaji kembali."
"Itu kenapa? Karena beberapa provinsi ini bisa saja (mengalami) beberapa perkembangan, pertama adanya tambahan kabupaten baru. Nah dalam proses perkembangan pembahasannya ada dua klausul yang muncul, yaitu cakupan wilayah dan karakteristik wilayah," kata Larshen.
Salah satu sudut di Pulau Jemur dilihat dari ketinggian. Pulau menawan ini dijadikan objek wisata bahari andalan Rohil
Dia menambahkan bahwa cakupan wilayah itu bukan pada akhir batas wilayah provinsi, namun cakupan wilayah yang di dalamnya cakupan terdiri atas jumlah kabupaten/kota dan provinsi bukan batas-batas.
Dia pun menilai bahwa dalam RTRW kemungkinan juga akan menjadi pembahasan ulang jika terjadi masuk pada Wilayah Provinsi Sumut, karena batas-batas wilayah provinsi itu diatur di Permendagri sehingga Pemprov Riau akan kembali bekerja keras untuk melakukan gugatan Kemendagri.
Dia meminta Pemprov Riau juga harus bersiap diri karena Permendagri yang digugat biasanya akan terdampak dalam gugatan yang terjadi.
"Kalau seperti itu yang terjadi [permasalahan dengan provinsi tetangga] maka Pemprov Riau tentu harus menyiapkan segala prosedur yang dibutuhkan oleh Kemendagri," ujar Larshen menggambarkan bentuk-bentuk yang akan terjadi.
Dia mengakui bahwa dalam Permendagri, pulau-pulau kecil yang berada di Kabupaten Rohil memang masuk di wilayah Provinsi Riau, tetunya memiliki data-data ril sebagai penunjang.
"Hanya saja saya juga berharap kedepannya Mendagri tidak berubah dengan aturan yang sudah ada sebelumnya dan kami [KNPI] tetap akan mengawal itu," ucap dia.
Larshen juga menekankan sekaligus mengingatkan dalam hal terbentangnya pulau-pulau kecil sepertinya selama ini bagaikan tempat pembuangan anak jin tanpa berpenghuni.
"Pulau pulau terpencil itu yang berhadapan langsung dengan provinsi tetangga maupun negara luar terus terancam bisa menjadikan situasi tersebut pelajaran berharga dan butuh intervensi yang serius," sebutnya. (*)
Tags : pulau terpencil, riau, nasib 9 pulau terpencil di rohil, pulau terpencil berhadapan dengan selat malaka, pulau jemur surga tersembunyi, pulau kecil di riau terancam dicaplok,