PEKANBARU - Organisasi Pemuda di Riau mencium adanya aroma busuk dibalik kehancuran hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).
"Mabes Polri, Kejaksaan Agung dan Gakkum KLHK untuk segera turun kelapangan, mengecek sekaligus menindak tegas pelaku perambah hutan di kawasan TNTN," pinta Larshen Yunus, Ketua DPD I Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Riau, Kamis (4/8).
KNPI Provinsi Riau mencium ada aroma busuk keterlibatan oknum dan pejabat diberbagai sektor dalam mengelola bisnis haram kebun kelapa sawit di kawasan TNTN.
"Hasil observasi tim DPD I KNPI Provinsi Riau, bahwa TNTN, khususnya di daerah Kabupaten Inhu dan Pelalawan sudah habis di babat yang diganti dengan tanaman kelapa sawit," ungkap Larshen Yunus.
"Praktek haram perambahan itu sudah lama dibiarkan. Pinggiran hutan saja yang kelihatan pepohonan seperti akasia dan ekaliptus, tapi di tengah-tengahnya sudah habis gundul bahkan kini di sulap menjadi kebun kelapa sawit ilegal," sambungnya.
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) DPP KNPI itu, kasus kejahatan hutan dan lingkungan TNTN sudah lama dibiarkan, "kalau dulu ya mirip (maaf) seperti kepala tuan profesor, tetapi dekade sekarang berubah menjadi pohon-pohon kriting warna hijau pekat yakni tumbuhan sawit (Elaeis guineensis Jacq) ini.
Terkesan pejabat setempat tutup mata, bahkan diduga justru terlibat dalam aksi perambahan sekaligus penguasaan kebun kelapa sawit dalam kawasan hutan.
Hal tersebut jelas-jelas telah memenuhi unsur perbuatan melawan hukum (PMH) terkait dengan UU Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Larshen menyoroti keterlibatan para pemangku jabatan, baik itu yang masih aktif maupun yang sudah pensiun. Praktek haram kejahatan lingkungan hidup dan kehutanan di TNTN sudah berkontribusi dalam bocornya keuangan negara.
"Pemerintah pusat dan aparat penegak hukum (APH) didesak untuk tegas bersikap."
"Tolong kami pak Presiden, bantu kami pak Kapolri, pak Jaksa Agung dan para pemangku negeri di Riau masih banyak pembiaran terkait penguasaan kebun kelapa sawit dalam kawasan hutan. TNTN adalah Contoh yang paling jelas. Tangkap dan penjarakan para mafia itu," pinta Larshen Yunus.
Perubahan TNTN
Menurut Larshen Yunus, taman nasional di Provinsi Riau, Sumatera, Indonesia itu dinyatakan sebagai taman nasional oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2004.
Daerah asli taman adalah 385,76 km2, tetapi keputusan telah dibuat untuk memperluas 1000 km2. Taman Nasional Tesso Nilo menjadi kediaman koheren rainforest (hutan dengan kadar hujan tinggi) dataran rendah terbesar yang tersisa di Sumatera.
Pusat Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (Center for Biodiversity management) telah mensurvei lebih dari 1.800 petak di hutan tropis di seluruh dunia. Mereka menemukan bahwa tidak ada plot lain yang memiliki banyak tanaman vaskular atau tracheophytes (pohon tinggi) seperti di Tesso Nilo. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mensurvei hutan di seluruh Sumatera, dan juga menemukan bahwa Tesso Nilo memiliki spesies yang paling banyak.
Dalam 25 tahun terakhir, sekitar 2/3 hutan yang menutupi sebagian besar provinsi Riau dihancurkan oleh penebangan dan kemudian diubah menjadi kebun pohon atau perkebunan kelapa sawit. Sebagai tanggapan terhadap mereka yang peduli dengan hutan, Tesso Nilo National Park dibuat pada tahun 2004, dan ukurannya lebih dari dua kali lipat pada tahun 2007.
Ancaman yang sedang berlangsung ke taman termasuk penebangan ilegal, konversi ilegal lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dan pembunuhan gajah liar oleh penduduk desa yang tinggal di perbatasan taman.
"Taman hutan itu kini menderita perambahan berat dari penebang liar dan pemukim ilegal untuk tanaman dan perkebunan kelapa sawit, serta lokasi desa. Sudah, 28.600 hektar, atau sekitar sepertiga luas taman, telah mengalami deforestasi. Pada bulan November 2009 lalu taman itu akhirnya telah diperluas dengan 44.492 hektar tetapi perambahan masih tetap menjadi masalah serius," ungkapnya.
Menurutnya, perkebunan kelapa sawit mencakup 36.353 ha dari kompleks hutan Tesso Nilo, dengan dua kelompok usaha (Asian Agri dan Wilmar Groups) yang terlibat dalam perdagangan buah kelapa sawit yang ditanam secara ilegal di dalam taman nasional. Bahkan hasil diidentifikasi dilapangan ada 50 pabrik beroperasi di sekitar kompleks hutan Tesso Nilo.
"Pada areal hutan rawan terbakar karena maraknya pembukaan kebun sawit, populasi habitat hewan dan tumbuhan terancam," sebutnya.
Larshen Yunus mengaku mendapat informasi, kalau Pemerintah Belgia berkomitmen untuk menyediakan € 200.000 bantuan untuk pembangunan pusat konservasi gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo itu. Kalau tak salah sejak pada 2011 kuartal pertama bantuan itu sudah disalurkan.
"Pihak luar negeri saja peduli kelestarian hutan, bagaimana dengan kita?". (*)
Tags : Organisasi Pemuda Riau, Komite Nasional Pemuda Indonesia, KNPI Soroti Hutan Taman Nasional Tesso Nilo, Hutan TNTN Pelalawan, Inhu, Lingkungan,