Linkungan   2023/06/18 16:4 WIB

Panas Mendidih Menerjang Riau, Aktivis SALAMBA: Seharusnya Dampak El-Nino Tidak Terjadi Jika ...

Panas Mendidih Menerjang Riau, Aktivis SALAMBA: Seharusnya Dampak El-Nino Tidak Terjadi Jika ...
Ir. Ganda Mora, Aktivis Sahabat Alam Rimba (Salamba)

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Kota Pekanbaru, Riau cuaca panas sedang melanda hingga beberapa wilayah daerah. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) penyebab cuaca panas tersebut karena posisi semu matahari saat ini sedang berada di sekitar equator, sehingga pemanasan dari sinar matahari maksimal.

Aktivis lingkungan menilai seharusnya Indonesia tidak masuk dalam dampak El-Nino jika saja dapat menjaga kelestarian lingkungan.

"Pentingnya mempertahankan kelestarian mangrove di sepanjang pantai dan juga kawasan hutan yang tetap hijau, sehingga sirkulasi dan penyimpanan H20 tetap terjaga sepanjang masa," kata Ir. Ganda Mora, Aktivis Sahabat Alam Rimba (Salamba).

"Sungguh disayangkan kita sebagai negara tropis yang seharusnya menjadi tempat pelestarian hutan sehingga dapat menjamin ketersediaan air dan mencegah kemarau panjang namun menjaga iklim global yang normal dikemudian hari," sambungnya.

Dia juga mengingatkan risiko kesehatan yang mungkin terjadi pada masyarakat. 

“Dampak cuaca panas bisa menimbulkan kekeringan, kepanasan, serta kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Masing-masing dampak tersebut menyebabkan gangguan kesehatan,” jelasnya, Minggu (18/6/2023).

Cuaca panas juga rawan menimbulkan kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah.

Lahan-lahan gambut rawan dan mudah terbakar mengakibatkan masyarakat sekitar yang terdampak mengalami beberapa gangguan kesehatan, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Kedua penyakit gangguan pernapasan akibat asap karhutla termasuk jenis air born disease (penyakit yang ditularkan melalui udara).

Beberapa daerah juga rawan kelangkaan air bersih karena adanya cuaca ekstrem yang bisa memicu suhu bumi makin panas.

"Perubahan iklim dapat memperburuk atau mengurangi dampak-dampak tertentu yang berkaitan dengan El Nino. Sebagai contoh, El Nino dapat menyebabkan rekor baru untuk suhu, terutama di daerah-daerah yang telah mengalami suhu di atas rata-rata selama El Nino," katanya menyikapinya.

Sebagian besar tahun-tahun terpanas dalam catatan sejarah terjadi selama El Nino, dan para aktivis lingkungan juga merasa khawatir bahwa musim panas ini serta musim panas mendatang akan mencatat rekor suhu tertinggi di daratan maupun lautan.

"Tetapi orang-orang miskin sudah terdesak ke ambang batas melalui kekeringan, banjir dan badai yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dan sekarang mereka akan menghadapi suhu yang sangat tinggi dari efek El Nino."

"Orang-orang ini adalah yang paling parah terkena dampak perubahan iklim namun tidak banyak melakukan hal yang menyebabkannya,” ujar Ganda.

Menyikapi El Nino ini, Ganda Mora menilai bahwa El Nino merupakan fenomena saat air laut di Samudera Pasifik lebih panas dari pada suhu biasanya.

“Jika hal itu merupakan peristiwa memanasnya suhu air di luar batas kewajaran di kawasan Samudera Pasifik maka La Nina merupakan peristiwa pendinginan air di luar batas kewajaran di area tersebut,” jelasnya.

Penyebab terjadinya El Nino dan La Nina, menurutnya, karena terjadinya Southern Oscillation, yaitu perubahan tekanan udara pada laut tropis Samudera Pasifik.

Saat air laut di sisi tropis Samudera Pasifik memanas maka atmosfer di atasnya menurun tekanannya.

“Saat inilah terjadi perubahan pola tiupan angin yang dapat menyebabkan perubahan pola iklim, yang cenderung menghasilkan iklim yang cukup ekstrim,” ujarnya.

Perubahan pola tersebutlah yang akhirnya meningkatkan potensi dampak El Nino dan La Nina di Indonesia.

Menurutnya, permukaan air yang lebih hangat dapat meningkatkan kemungkinan hujan lebih tinggi. Hal itu karena perpindahan panas melalui media air dan udara meningkat sehingga peristiwa presipitasi atau turunnya air dari atmosfer ke bumi juga ikut meningkat.

“Indonesia dan Australia mendapatkan kekeringan dari peristiwa tersebut,” tambahnya.

Menurutnya, pemerintah harus belajar untuk meminimalisir dampak yang akan timbul. Pemerintah dapat melakukan adaptasi dengan berkolaborasi dengan beragam pihak. Termasuk dengan melakukan edukasi dan kampanye.

Selain itu, teknologi modifikasi hujan dapat dilakukan sehingga dapat membantu saat Indonesia dilanda kekeringan panjang.

“Misalkan pada tahun ini, El Nino akan datang ke Indonesia pada Agustus. Maka bisa kampanye untuk menyimpan sebanyak-banyaknya air pada reservoir-reservoir yang ada, jangan karena kurang siap jadi buat dampak yang cukup berat,” tuturnya. (*)

Tags : cuaca panas, suhu panas, cuaca panas ekstrem, cuaca panas terik, gangguan kesehatan, musim kemarau, panas mendidih menerjang riau,