Linkungan   2023/11/12 11:3 WIB

Para Pemimpin Dunia akan Bahas Cara Tangani Perubahan Iklim, 'yang Dinilai Penting Terkait COP28'

Para Pemimpin Dunia akan Bahas Cara Tangani Perubahan Iklim, 'yang Dinilai Penting Terkait COP28'
PBB telah menyerukan "fase keluar" penuh dari bahan bakar fosil "tanpa henti" seperti batu bara.

LINGKUNGAN - Para pemimpin dunia akan membahas cara menangani perubahan iklim di konferensi tingkat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Dubai.

Pertemuan itu digelar setelah sejumlah cuaca ekstrem terjadi dalam setahun terakhir, ketika banyak permasalahan iklim memecahkan rekor.

Apa itu COP28 dan digelar di mana?

COP28 adalah rapat tahunan PBB untuk membahas isu iklim. Tahun ini adalah pertemuan ke-28.

Para pemimpin dunia membahas cara membatasi dan mempersiapkan diri untuk perubahan iklim di masa depan.

Konferensi itu akan diadakan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), sejak 30 November hingga 12 Desember 2023.

COP adalah singkatan dari "Conference of the Parties" (Konferensi Para Pihak).

Para pihak merupakan negara-negara yang menandatangani perjanjian iklim PBB pada 1992.

Mengapa mengadakan COP28 di Dubai dinilai kontroversial?

Uni Emirat Arab (UAE) adalah salah satu dari 10 negara penghasil minyak terbesar di dunia.

UAE telah menunjuk kepala eksekutif perusahaan minyak milik negara, Sultan Al Jaber, sebagai presiden dari pertemuan COP28.

Minyak - seperti gas dan batu bara - adalah bahan bakar fosil yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.

Bahan bakar tersebut melepaskan gas rumah kaca yang membuat bumi semakin panas seperti karbon dioksida ketika dibakar untuk energi.

Namun, perusahaan minyak Al Jaber berencana untuk memperluas kapasitas produksi.

"Ini sama saja dengan menunjuk CEO perusahaan rokok untuk mengawasi konferensi tentang penyembuhan kanker," kata lembaga kampanye 350.org.

Al Jaber berargumen bahwa dia sengaja dipilih untuk mendorong tindakan dari industri minyak dan gas.

Tak hanya itu, sebagai ketua perusahaan energi terbarukan Masdar, ia juga pernah mengawasi pengembangan teknologi ramah lingkungan, seperti tenaga angin dan matahari.

Mengapa COP28 penting?

COP28 diharapkan dapat membantu menjaga upaya pembatasan kenaikan suhu global jangka panjang menjadi 1,5 Celsius. Tujuan itu disepakati oleh hampir 200 negara di Paris pada 2015.

Tercapainya target 1.5C krusial untuk menghindari dampak perubahan iklim, menurut badan iklim PBB, yakni Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC).

Pemanasan suhu jangka panjang saat ini mencapai sekitar 1.1C atau 1.2C jika dibandingkan dengan masa pra-industri - periode sebelum manusia mulai menggunakan bahan bakar fosil dalam skala besar.

Namun, dunia berada di jalur pemanasan yang mengarah ke 2.5C pada 2100 mendatang. Meski sudah ada janji untuk mengatasi emisi.

Kesempatan untuk menjaga suhu bumi berada di batas 1,5C sudah "menyempit dengan cepat", kata PBB.

Apa yang akan dibahas di COP28?

Upaya untuk mencapai target perjanjian Paris akan menjadi fokus pembahasan, tetapi COP28 akan berfokus pada:

  • mempercepat transisi ke sumber energi bersih, untuk "memangkas" emisi gas rumah kaca sebelum 2030
  • mengirim dana untuk aksi iklim dari negara-negara kaya ke negara-negara miskin, dan merancang kesepakatan baru untuk negara-negara berkembang
  • mengedepankan alam dan manusia
  • menjadikan COP28 sebagai pertemuan "paling inklusif" yang pernah ada

Selain itu, ada pula hari-hari bertema yang menyoroti isu-isu seperti kesehatan, keuangan, makanan dan alam.
Siapa yang akan hadir di COP28?

Lebih dari 200 pemerintah dunia diundang, meskipun para pemimpin dari AS, Cina dan India masih belum mengkonfirmasi kehadiran.

Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, telah memastikan dia akan hadir.

Indonesia dilaporkan berencana mengirim 600 delegasi dalam COP28 tahun ini untuk membahas isu energi terbarukan.

”Isu energi menjadi tema utama sehingga diharapkan kita bisa memberikan informasi terkait dengan aksi nyata yang dilakukan Indonesia di sektor energi,” ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian LHK, Agus Justianto, kepada awak media pada Selasa 18 Juli 2023, seperti dilansir dari Kompas.com.

Badan amal lingkungan, kelompok masyarakat, wadah pemikir, perusahaan dan kelompok agama juga akan ikut ambil bagian.

Ratusan delegasi yang memiliki hubungan dengan bahan bakar fosil menghadiri COP27 tahun lalu.

Apa yang menjadi poin pembicaraan utama di COP28?

Kemungkinan akan ada perbedaan pendapat tentang masa depan bahan bakar fosil "berkelanjutan", yakni batubara, minyak dan gas yang dibakar tanpa teknologi untuk menangkap emisi mereka.

Al Jaber telah menyerukan "fase turun" dalam penggunaannya, yang berarti pengurangan dari waktu ke waktu, tetapi tidak sepenuhnya berhenti.

Namun, Uni Eropa diperkirakan akan mendorong "fase keluar" penuh bagi bahan bakar fosil.

Para pegiat iklim juga mengatakan dengan membatasi perjanjian hanya pada bahan bakar fosil yang "berkelanjutan" dapat memungkinkan produksi terus berlanjut.

Mereka mengatakan tidak ada jaminan penangkapan emisi dapat bekerja secara skala besar.

Uang juga menjadi masalah.

Pada COP27, dana "kerugian dan kerusakan" disepakati oleh negara-negara maju untuk dibayar kepada negara-negara berkembang yang menghadapi dampak perubahan iklim.

Tetapi cara program itu dijalankan masih belum jelas. AS, misalnya, telah mengesampingkan membayar reparasi iklim untuk emisi historisnya.

Pada 2009, negara-negara maju berkomitmen untuk memberikan US$100 miliar (sekitar Rp1.590 miliar) per tahun, pada 2020, kepada negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi dan menghadapi perubahan iklim.

Target itu meleset, tetapi diharapkan akan tercapai pada 2023.

Apakah COP28 akan membuat perbedaan?

Beberapa pihak yang mengkritisi COP, termasuk aktivis lingkungan Greta Thunberg, menuduh konferensi tingkat tinggi itu melakukan "greenwashing" - ketika negara dan perusahaan mempromosikan keberpihakan mereka pada iklim mereka tanpa membuat perubahan bermakna.

Meski begitu, ketika para pemimpin dunia berkumpul, COP menawarkan potensi untuk mencapai kesepakatan global yang melampaui langkah-langkah nasional.

Contohnya, batas pemanasan 1.5C, yang disepakati di Paris pada COP21, telah mendorong "aksi iklim [pada skala] hampir universal", menurut PBB. (*)

Tags : Pemimpin Dunia Bahas Lingkungan, Tangani Perubahan Iklim, COP28, Hutan, Deforestasi, Perubahan Iklim, Lingkungan, Alam, Pelestarian,