INTERNASIONAL - Para pemimpin dunia akan bertemu dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, Senin (18/09).
Beragam pertanyaan tentang perkembangan internasional hingga upaya-upaya dalam mengatasi perubahan iklim akan menjadi agenda utama dalam perhelatan tersebut.
Perang di Ukraina juga kemungkinan akan menjadi isu besar yang akan dibahas.
PBB adalah sebuah organisasi internasional yang dibentuk pada 1945 setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua, dengan tujuan menjaga perdamaian internasional.
Saat ini terdapat 193 negara yang berstatus anggota penuh PBB, dan dua negara non-anggota – yaitu Vatikan (berlokasi di wilayah Roma dan berada di bawah yurisdiksi Paus) dan Palestina.
Majelis Umum PBB (UNGA) adalah pertemuan utama yang membahas dan memutuskan apa yang harus dilakukan organisasi tersebut.
Ini adalah satu-satunya pertemuan di mana seluruh 193 anggota PBB terwakili.
Majelis Umum berlangsung setiap bulan September di markas besar PBB di New York.
Tahun ini, pertemuan Majelis Umum dimulai pada 5 September. Namun, sebagian besar pemimpin dunia akan hadir pada pertemuan utama yang dimulai pada 18 September.
Sebuah konferensi tentang pembangunan berkelanjutan diadakan pada tanggal 18 dan 19 September.
Negara-negara anggota itu akan membahas cara untuk mencapai "tujuan pembangunan berkelanjutan" PBB.
Hal ini termasuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan dunia, meningkatkan pendapatan dan pendidikan di seluruh dunia, serta meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi.
Debat Umum PBB berlangsung dari 19 September hingga 23 September, dan berlanjut pada 26 September.
Dalam sesi-sesi ini, perwakilan dari setiap negara di PBB dapat berbicara, untuk mengangkat permasalahan yang menjadi perhatian mereka.
Kemudian, KTT Ambisi Iklim (The Climate Ambition Summit) berlangsung pada tanggal 20 September. Tujuannya adalah untuk mempercepat aksi-aksi dalam mengatasi perubahan iklim.
Ada juga konferensi tentang pembiayaan pembangunan ekonomi, penanganan pandemi, dan perlucutan senjata nuklir.
Presiden Majelis Umum PBB dipilih setiap tahun, dan tahun ini jabatan tersebut dipegang oleh Dennis Francis, seorang diplomat dari Trinidad dan Tobago.
Majelis Umum PBB memberikan kesempatan unik bagi para kepala negara dan kepala pemerintahan dunia untuk bertemu di satu tempat.
Peristiwa ini digambarkan sebagai momen "kencan kilat diplomatis".
Hasil paling signifikan dari Majelis Umum PBB ini sering kali datang dari pertemuan antar pemimpin nasional yang diadakan di sela-sela persidangan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky diperkirakan akan hadir, dan diperkirakan akan menyampaikan pidato di hadapan Dewan Keamanan PBB mengenai perang di negaranya.
Namun, Presiden Vladimir Putin dari Rusia, Presiden China Xi Jinping, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron tidak akan hadir.
Ada laporan bahwa Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak juga tidak akan hadir.
Terdapat sebuah tradisi yang dilakukan, yaitu pembicara pertama selalu pemimpin Brasil, atau perwakilan mereka, diikuti oleh negara tuan rumah, Amerika Serikat.
Brasil menjadi pembuka acara itu karena pada masa-masa awal sidang, ketika tidak ada orang yang ingin maju terlebih dahulu, sering kali Brasil mencalonkan diri sebagai pembicara pertama, dan hal ini kemudian menjadi sebuah rutinitas atau tradisi.
Selama acara tersebut, setiap pemimpin negara, atau perwakilan mereka, akan berpidato di depan majelis.
Mereka dapat menggunakan salah satu dari enam bahasa resmi PBB: Arab, China, Inggris, Perancis, Rusia dan Spanyol.
Pembicara diminta untuk membatasi pernyataan mereka kurang dari 15 menit, meskipun hal ini sering diabaikan.
Fidel Castro dari Kuba memegang rekor pidato Majelis Umum terlama – empat setengah jam – pada 1960.
Para delegasi duduk sesuai abjad, sesuai dengan terjemahan nama mereka dalam bahasa Inggris, namun negara di kursi pertama selalu dipilih oleh Sekretaris Jenderal PBB.
Tahun ini adalah Makedonia Utara.
Pada tahun 2019, aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg, yang saat itu berusia 16 tahun, mengatakan kepada para pemimpin dunia di KTT Aksi Iklim Majelis Umum PBB: "Anda telah mencuri impian dan masa kecil saya dengan kata-kata kosong Anda. Beraninya Anda?"
Pada tahun 2017, mantan Presiden AS Donald Trump menyampaikan tentang pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un: "Manusia Roket sedang menjalankan misi bunuh diri untuk dirinya sendiri."
Pada tahun 2009, pemimpin Libya Kolonel Gaddafi berbicara selama lebih dari satu setengah jam, pada satu titik ia mengeluhkan sikap delegasi yang meninggalkan ruang konferensi.
Dia juga menuduh negara-negara besar mengkhianati prinsip-prinsip Piagam PBB, sebelum kemudian melemparkan salinannya ke lantai.
Pada tahun 2006, Presiden Venezuela Hugo Chavez menyebut Presiden AS saat itu George W Bush sebagai "iblis".
Ia mengatakan bahwa podium tempat Bush berpidato sehari sebelumnya, "masih berbau belerang". (*)
Tags : Rusia, Cina, Amerika Serikat, Ukraina, PBB,