Kepri   2025/07/28 15:24 WIB

Pasokan Ikan Bilis Melimpah yang Sempat Menurun karena Nelayan Tradisional Dihantui Aktivitas Pukat dan Bom Ikan di Laut Kepri

Pasokan Ikan Bilis Melimpah yang Sempat Menurun karena Nelayan Tradisional Dihantui Aktivitas Pukat dan Bom Ikan di Laut Kepri

KEPULAUAN RIAU - Hasil tangkapan ikan bilis dari nelayan saat ini melimpah yang sempat menurun karena aktivitas pukat dan bom ikan di Laut Kepri.

"Pasokan Ikan Bilis di Kepri pasang surut."

"Tapi melimpahnya ikan bilis ini karena nelayan tradisional lepas dari bebrbagai macam gangguan termasuk aktivitas pukat dan bom ikan," kata Edy Gunawan, salah satu nelayan di Daik Lingga, Kepri dalam bincang-bincangnya belum lama ini.

Menurutnya, dengan melimpahnya pasokan ikan bilis, harga ikan itu khususnya di pasar tradisional bisa lebih terjangkau.

Seperti di pasar tradisional Kangka, Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, pedagang menetapkan harga ikan bilis berkisar Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per kilogram. 

Namun, ketika pasokan langka, harga ikan bilis bisa mencapai Rp 100 ribu per kilogram.

"Pasokan ikan bilis berasal dari sejumlah wilayah di Bintan terutama di perairan Teluk Dalam, Berakit dan lainnya," kata Hamdan, salah satu pedagang ikan bilis. 

Setelah turun dari kapal nelayan, ikan bilis dijemur di atas paranet dan terpal di bawah sinar matahari langsung.

Penjemuran ikan bilis dilakukan dari pagi hingga siang hari untuk mengurangi kadar air dan mengawetkannya.

“Paling tidak proses penjemuran ikan bilis dilakukan sampai pukul 1 atau 2 siang,” katanya.

Setelah proses penjemuran dan memastikan ikan bilis benar-benar kering, maka ikan-ikan itu siap untuk dipasarkan ke masyarakat. 

Harga ikan bilis di Kota Tanjungpinang, Kepri sempat tinggi dengan angka Rp160 ribu per kilogram. Masih tingginya harga bilis tersebut disebabkan stok yang semakin menipis.

Tingginya harga bilis tersebut terjadi secara perlahan sejak awal tahun, akibat adanya cuaca yang kurang bersahabat. Adanya cuaca ekstrem membuat para nelayan jarang mencari ikan di perairan.

“Angin kuat, jadi nelayan susah menangkap ikan. Nelayan yang turun juga sedikit, jadi penghasilan dari luar juga sedikit,” kata Hamdan, pedagang bilis di Tanjungpinang.

Kelangkaan ini, kata dia berdampak kepada harga berbagai jenis bilis yang masih tergolong tinggi. Harga bilis jenis nasi berada di angka Rp160 ribu per kilogram, bilis sotong kering Rp140 ribu, bolos kopek Rp140 ribu, dan bilis hijau Rp130 ribu.

“Barang kalau susah itu paling laku, karena banyak yang cari,” tambahnya.

Ia menyampaikan kondisi tingginya harga bilis akan berubah pada Agustus mendatang.

Ia menambahkan, bahwa ketika stok bilis berlimpah, nelayan cenderung mengolah hasil tangkapan menjadi ikan asin. Sehingga, hal tersebutlah membuat stok bilis mulai menipis.

“Setiap tahun begitu, bakal turun Agustus. Karena musim, ikan asin juga turun, barang jadi banyak,” tambahnya.

Sementara nelayan tradisional di Bintan mengeluh penghasilan dari ikan bilis menurun akibat adanya aktivitas kapal pukat bilis yang beroperasi dekat kelong nelayan.

“Iya kemarin kami sempat bertengkar dengan orang dari kapal-kapal pukat bilis karena mereka mencari ikan dengan pukat pas di depan kelong-kelong nelayan,” kata Harun, nelayan asal Kawal, Bintan.

Sejumlah nelayan tradisional mengeluhkan penghasilan menurun akibat beroperasinya kapal-kapal pukat bilis di sekitar kelong nelayan di perairan Manjin, Galang Batang, Bintan.

Dia mengatakan, kalau kapal pukat bilis beroperasi di depan kelong nelayan maka penghasilan nelayan tradisional akan terganggu.

“Kalau mereka beroperasi dekat kelong kita, kita tidak ada hasil. Pernah satu hari kita cuma dapat penghasilan Rp 47 ribu saja,” katanya.

Dia mengatakan, kapal-kapal pukat bilis tersebut berasal dari beberapa daerah di Pulau Bintan seperti dari Desa Kelong dan Sei Enam.

Sepengetahuannya, kapal-kapal pukat bilis tersebut diperbolehkan beroperasi di atas 4 mill dari bibir pantai.

“Ini di bawah 1 mill, mereka mencari ikan di dekat kelong nelayan,” katanya.

Dia mengatakan, tidak melarang kapal-kapal pukat bilis beroperasi di perairan Bintan.

Apalagi, katanya, kapal-kapal pukat bilis telah dilengkapi teknologi memadai seperti GPS.

“Mereka bisa tengok radar ikan dimana, jadi mereka tinggal ke sana. Kalau kita nelayan tradisional hanya mengharapkan dari hasil kelong yang sifatnya lebih banyak menunggu,” katanya.

Dia berharap, nelayan dari kapal-kapal pukat bilis bisa saling menghargai satu sama lain, apalagi mereka sama-sama nelayan.

“Janganlah tangkap ikan dengan pukat bilis dekat kelong nelayan,” pungkasnya.

Kadis Perikanan Bintan, Fachrimsyah mengatakan, sampai saat ini belum menerima keluhan dari masyarakat nelayan.

“Kami belum mendapat laporan, tapi silakan sampaikan ke kami,” katanya.

Hanya dia mengatakan, area tangkap nelayan menjadi kewenangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

“Kita akan koordinasi dengan pihak yang memiliki kewenangan soal area tangkap di DKP Provinsi, karena mereka ada bidang pengawasnya. Kita akan lihat titik koordinatnya, setelah itu dilakukan mediasi antara nelayan,” pungkasnya.

Sementara nelayan di Bintan masih keluhan adanya aktivitas pukat dan bom Ikan di perairan Tambelan. Nelayan Bintan diresahkan aksi penangkapan ikan dengan menggunakan pukat dan bom ikan di perairan Tambelan.

“Kita bergantung dengan hasil laut yang mengandalkan alat tangkap tradisional, sementara laut kami sudah tidak aman lagi untuk kami mencari ikan,” kata Atan, seorang nelayan Desa Kukup.

Atan mengaku resah dengan kembali maraknya aktivitas pukat dan bom ikat yang dilakukan nelayan dari luar di perairan Tambelan.

Dia mengatakan, mereka tidak melarang nelayan dari luar untuk melakukan aktivitas mencari ikan di perairan Tambelan.

Menurutnya, aktivitas nelayan dari luar dengan menggunakan pukat dan bom ikan sudah merugikan sebagian besar masyarakat Tambelan yang matapencaharian sebagai nelayan.

Dia berharap, ada tindakan tegas dari aparat sehingga nelayan dari luar tidak menggunakan pukat dan bom ikan untuk menangkap ikan. (rp.hen/*)

Editor: Surya Dharma Panjaitan

Tags : ikan bilis, pasokan ikan bilis melimpah, kepri, tangkapan ikan bilis menurun, nelayan diganggu aktivitas pukat dan bom ikan, laut kepri,