Kegiatan mudik dan Lebaran tahun 2022 berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).
enjual bakso dan cemilan makanan ringan khas Melayu mengaku merasakan manfaatnya. Mereka mengatakan, penjualan usaha mengalami peningkatan berkali-kali lipat selama bulan Ramadan tahun ini.
Namun, pengamat ekonomi menilai, peningkatan ekonomi itu akan menjadi semu jika pemerintah tidak mampu mengontrol stabilitas harga yang berpotensi meningkat karena ancaman tripel inflasi, yang mencakup inflasi akibat tingginya permintaan, inflasi karena biaya produksi yang besar, hingga inflasi karena musiman.
Tahun ini, Presiden Joko Widodo memperkirakan, terdapat 85 juta orang yang melakukan mudik.
Jika, setiap orang menghabiskan Rp1,5 juta, maka terdapat Rp175 triliun nilai ekonomi dari mudik, kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Senada, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, libur Lebaran dan mudik menjadi momentum kebangkitan ekonomi nasional. Ia menyebut terdapat Rp72 triliun potensi wisata Lebaran tahun ini.
Ditambah lagi, mudik juga akan memunculkan redistribusi atau perputaran uang ke daerah yang diperkirakan mencapai 75%, dikutip dari Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Kebangkitan UMKM dari "kejatuhan 80%, hingga nyaris tutup"
Di Kota Pekanbaru, Riau, penjual bakso Heriadi (54 tahun) mengaku bersukacita karena pemerintah mengizinkan mudik tahun ini.
Heriadi yang membuka dagangan bakso dibilangan Jalan Paus ini mengaku, omzet penjualan bakso selama bulan puasa hingga Lebaran tahun ini meningkat tajam.
"Puasa lalu saat pandemi, warung tutup 10 hari, dan ketika buka paling banyak menghabiskan delapan kilogram daging perhari. Sekarang, habis sampai 19 kg perhari, dan akan terus bertambah lagi," katanya.
Heriadi mengenang, saat pandemi, ia kerap kali mengalami rugi hingga Rp400.000 per hari akibat sepinya pembeli. Apalagi ia memiliki sembilan karyawan yang tidak diberhentikan karena memiliki tanggungan keluarga.
"Mudah-mudahan pandemi ini segera berlalu agar ekonomi pulih lagi," harapnya.
Senada dengan itu, Suheri (45) yang membuka glael makanan ringan khas Melayu di Jalan Arifin Achmad mengaku, mudik Lebaran kali ini menjadi angin segar bagi industri kerajinan makanan di wilayahnya.
"Jelang Lebaran kemarin sudah ada peningkatan meskipun belum seperti yang dulu-dulu (sebelum pandemi). Mulai H-7 sudah mulai kelihatan ramai dan puncaknya mulai dari H+2 Lebaran," sebutnya.
Heriadi mengenang, pandemi Covid-19 telah menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan sepi. Tak pelak kondisi tersebut menyebabkan omzet penjualan batik menjadi menurun drastis.
"Ketika menjelang Lebaran tahun lalu itu, penjualan jatuh sampai 80%, saat masa pandemi dua tahun itu," sebut dia.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pekanbaru, Sarbaini, menjelaskan adanya kebijakan kelonggaran mudik yang dilakukan pemerintah dipastikan akan berdampak terhadap pergerakan ekonomi di daerah seperti halnya Kota Pekanbaru.
"Rangkaian dari mudik secara ekonomi itu kan mulai dari transportasi, penginapan, jajanan makan dan minum, oleh-oleh, belanja pakaian. Itu akan berpengaruh kepada ekonomi masyarakat," ucapnya.
Sedangkan untuk menyambut para pemudik yang pulang ke Pekanbaru, Sarbaini mengaku telah menyiapkan acara yang juga melibatkan sejumlah UMKM seperti halnya kegiatan Semarak Ramadan. Tak hanya itu, sejumlah pusat perbelanjaan di Pekanbaru juga menggelar bazar kuliner yang melibatkan banyak UMKM.
Seperti disebutkan Deputi Bidang Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Koperasi dan UKM, Hanung Harimba Rachman mengatakan, mudik berpengaruh sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya di daerah-daerah.
"Biasanya saat mudik, pengeluaran masyarakat, perkeluarga akan jauh lebih besar. Cuma berapa besar pengaruhnya harus dihitung, tapi sangat besar," ujar Hanung.
Ancaman semu peningkatan ekonomi dan tripel inflasi
Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti, mengatakan, aktivitas mudik tahun ini akan mendorong konsumsi di level regional - di mana faktor konsumsi berperan hingga 56% dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Pertumbuhan ekonomi tahun lalu sekitar 3%, dan tahun ini mungkin lebih dari 3% dan mencapai 4%," kata Esther pada wartawan.
Namun pertumbuhan ekonomi itu akan menjadi "semu" atau tidak terasa jika terjadi inflasi (meningkatnya harga) yang cukup besar terhadap permintaan barang dan jasa - yaitu lebih dari target pemerintah di angka kisaran 3,0% pada tahun 2022.
"Sebelum Lebaran dan mudik, harga sudah naik, dari BBM, gas, minyak goreng. Pertumbuhan ekonomi akan menjadi semu jika inflasi meningkat tak terkontrol," ujarnya
Esther memperingatkan, terdapat ancaman bertubi, yaitu tiga inflasi yang akan mempengaruhi peningkatan harga barang dan jasa saat Lebaran.
Pertama, inflasi karena meningkatnya jumlah permintaan barang (demand pull inflation). Kedua, inflasi akibat meningkatnya biaya produksi (cost push inflation). Dan terakhir, inflasi musiman (seasonal inflation) seperti Lebaran.
"Pemerintah harus aware dengan kondisi ini karena inflasinya tripel. Stabilitas harga ke depannya harus menjadi prioritas untuk kebijakan dan program pemerintah karena percuma peningkatan ekonomi jika inflasi sangat tinggi," katanya.
'Puluhan juta orang, dan puluhan triliun rupiah'
Presiden Joko Widodo memperkirakan akan ada 85 juta orang melakukan mudik Lebaran 2022. Menurut survei Balitbang Kementerian Perhubungan, volume pergerakan kendaraan diperkirakan melonjak 40% dibandingkan mudik sebelumnya.
Menyambung itu, Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan," kalau mereka spending Rp1,5 juta saja maka ekonomi mudik itu Rp174 triliun. Ini jumlah yang besar. Oleh karena itu pemerintah memberi perpanjangan libur sehingga diharapkan ekonomi bisa bergerak," katanya.
Sebelumnya, Bank Indonesia memproyeksikan, kebutuhan uang di masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri naik 13,4% menjadi Rp175,26 triliun - akibat dari pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan peningkatan aktivitas masyarakat saat Ramadan dan Idulfitri.
Senada, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, berharap libur lebaran dan mudik 2022 menjadi momentum yang kuat dalam upaya mendorong kebangkitan ekonomi, khususnya melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang dalam dua tahun terakhir terdampak pandemi COVID-19.
Sandiaga memprediksi 40% dari total pemudik akan berkunjung ke tempat wisata dan ekonomi kreatif. Artinya jika rata-rata pengeluaran sebesar Rp1,5 juta maka ada potensi mencapai Rp72 triliun secara nasional.
"Sebanyak Rp72 triliun ini harus gerak cepat kita ambil kesempatan ini… Daerah mana yang kemungkinan akan padat, kita buatkan travel pattern-nya supaya ketika terjadi kepadatan kita bisa alihkan ke desa-desa wisata yang ada di sepanjang jalur mudik," kata Sandiaga.
Selain itu, mudik Lebaran juga akan memberikan dampak positif bagi pemerataan ekonomi dari kota ke desa.
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar memperkirakan, hampir 75% pengeluaran uang akan berputar di desa.
"Semakin besar peredaran uang di suatu daerah, ekonomi masyarakat desanya juga ikut menggeliat, sektor usaha kecil dan menengah tumbuh, pariwisata semakin hidup, serta pada akhirnya sumber-sumber ekonomi di daerah tersebut tumbuh," katanya. (*)
Tags : Bisnis, masyarakat, Pelaku UMKM Bangkit di Lebaran, Pedagang Bakso Laris Manis,