LINGKUNGAN - Direktur Eksekutif Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Yuliantoni mengaku khawatir keselamatan satwa liar di hutan Taman Nasional Teso Nilo [TNTN] dan Ia mendapat informasi seperti keberadaan bayi beruang yang selalu kehilangan arah karena ditinggal induknya.
"Seperti kemarin itu ada dua ekor bayi beruang yang juga berasal dari konsesi Arara Abadi pada konsesi berbeda. Tim Patroli Smart TNTN bersama dengan Tim Forest Protection Arara Abadi mengevakuasi bayi beruang tersebut dari seorang pekerja Arara Abadi sedang melakukan penebangan (panen). Lalu mereka menemukan anak beruang, lalu pelihara sebentar, mereka laporkan ke sekuriti. Bersama kita evakuasi anak beruang itu,” ujar Yuliantoni seperti dilansir Mongabay, Kamis (11/10).
Berdasarkan informasi yang diperoleh Yuliantoni, ketika alat berat Arara Abadi memanen akasia di Sorek, Pelalawan, para pekerja menemukan bayi beruang. Mereka juga sempat melihat sang induk, tetapi mungkin merasa terganggu, sang induk menjauh dan tidak sempat menyelamatkan bayinya. Para pekerja juga masih melihat jejak-jejak beruang di sekitar lokasi. Setelah dievakuasi dari para pekerja, bayi betina yang berusia satu bulan ini kemudian dibawa ke kamp Arara Abadi di Sorek. Kini, bayi beruang tersebut sudah diantar ke BKSDA.
Humas Arara Abadi, Nurul Huda mengatakan, perusahaannya mempunyai standar prosedur operasional soal penanganan satwa dilindungi di areal konsesi. “Maka SOP perusahaan, kalau ada nemu hewan dilindungi kita melaporkan kepada BKSDA,” ujarnya.
Dokter hewan BKSDA Riau, Rini Deswita mengatakan, kondisi beruang dalam keadaan sehat, tetapi masih belum dapat minum susu menggunakan dot sehingga asupan gizinya kurang maksimal. “Karena belum terbiasa pakai dot, tidak lancar. Kita kasih dikit, dia nolak. Kita kasih dua sampai tiga jam sekali. Malam pun butuh susu, kita kasih juga, ada petugas standby,” kata Rini.
“Maka SOP perusahaan, kalau ada nemu hewan dilindungi kita melaporkan kepada BKSDA,” ujarnya.
Dokter hewan BKSDA Riau, Rini Deswita mengatakan, kondisi beruang dalam keadaan sehat, tetapi masih belum dapat minum susu menggunakan dot sehingga asupan gizinya kurang maksimal. “Karena belum terbiasa pakai dot, tidak lancar. Kita kasih dikit, dia nolak. Kita kasih dua sampai tiga jam sekali. Malam pun butuh susu, kita kasih juga, ada petugas standby,” kata Rini.
Bayi beruang masih menyusui hingga berusia 15 atau 18 bulan dan pada usia dua tahun, beruang akan belajar mandiri. Saat ini, BKSDA Riau merawat tiga bayi beruang yang berusia di bawah satu tahun. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dari Resort Kerumutan Selatan melakukan evakuasi anak Beruang madu di areal PT. Rimba Lazuardi, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu. Evakuasi satwa liar bernama latin Helarctos Malayanus itu dilakukan Sabtu (22/8) lalu. (rp.sdp/*)
Tags : Satwa Liar, Beruang, TNTN, Pelalawan, Riau,