JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menegaskan, status pandemi Covid-19 hingga saat ini masih berlangsung dan belum dicabut. Ia mengatakan, virus penyebab Covid-19 yakni SARS-Cov2 terutama varian Omicron masih banyak ditemukan di Indonesia.
Berdasarkan pemeriksaan whole genome sequencing dengan sampel di seluruh Indonesia hingga 15 Desember 2022, varian yang paling banyak ditemukan pada pasien merupakan jenis BA.5 dan BA.1.13.1.
“Di penghujung tahun 2022 ini, banyak yang bertanya-tanya mengenai status pandemi Covid-19 yang masih juga berlangsung dan belum juga dicabut. Faktanya memang hingga saat ini virus penyebab Covid yakni SARS-Cov2 terutama varian Omicron masih banyak ditemukan di negara kita,” ujar Reisa saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (16/12).
Menurutnya, lonjakan kasus yang sempat terjadi saat ini sudah menunjukan penurunan. Reisa menyebut kondisi ini menggambarkan situasi masyarakat yang dinilai sudah siap untuk hidup berdampingan dengan virus Covid-19. Penurunan kasus konfirmasi harian ini telah terjadi sejak dua minggu terakhir yakni sekitar 40 persen.
“Tergambar dari tren kasus konfirmasi yang terpantau mengalami penurunan kasus per 15 Desember 2022, di mana sejak dua minggu terakhir terdapat penurunan jumlah kasus konfirmasi harian, dari 5.025 menjadi 1.935 atau mengalami penurunan sekitar 40 persen,” kata Reisa.
Sementara, tren kasus aktif dalam dua minggu terakhir juga mengalami penurunan, dari 59.819 kasus menjadi 38.137 kasus. Penurunan kasus aktif ini seiring dengan penurunan jumlah pasien meninggal dunia dalam dua minggu terakhir yakni dari 2,4 persen menjadi 2,3 persen.
Sedangkan, keterisian rumah sakit Covid-19 atau BOR nasional pada seminggu terakhir tercatat menurun sebesar 24,14 persen.
“Lalu apabila kita telaah tren positivity rate pada dua minggu terakhir juga menurun, dari 15,12 persen menjadi 5,86 persen,” tambah dia.
Sementara tren kasus Covid-19 sudah menurun 40 persen, tren kasus konfirmasi harian mengalami penurunan sejak dua minggu terakhir, yakni dari 5.025 menjadi 1.935 kasus atau sekitar 40 persen. Kondisi ini, kata dia, menggambarkan situasi masyarakat yang dinilai sudah siap untuk hidup berdampingan dengan virus Covid-19.
“Tergambar dari tren kasus konfirmasi yang terpantau mengalami penurunan kasus per 15 Desember 2022, di mana sejak dua minggu terakhir terdapat penurunan jumlah kasus konfirmasi harian, dari 5.025 menjadi 1.935 atau mengalami penurunan sekitar 40 persen,” kata Reisa.
Tren kasus aktif dalam dua minggu terakhir juga mengalami penurunan, dari 59.819 kasus menjadi 38.137 kasus. Penurunan kasus aktif ini seiring dengan penurunan jumlah pasien meninggal dunia dalam dua minggu terakhir yakni dari 2,4 persen menjadi 2,3 persen.
Sedangkan, keterisian rumah sakit Covid-19 atau BOR nasional pada seminggu terakhir tercatat menurun sebesar 24,14 persen. “Lalu apabila kita telaah tren positivity rate pada dua minggu terakhir juga menurun, dari 15,12 persen menjadi 5,86 persen,” tambah dia.
Reisa mengatakan, angka tersebut menunjukan keadaan yang sebenarnya jika seluruh masyarakat terus bekerja sama dalam melakukan testing dan juga tracing. Karena itu, ia mengingatkan masyarakat yang tengah mengalami gejala atau sedang sakit agar melakukan pemeriksaan swab atau testing guna memastikan kondisinya.
“Ingat, makin cepat diketahui akan menghindari penularan antar keluarga, teman, dan masyarakat luas. Makin cepat diketahui akan makin baik prognosisnya karena akan mendapatkan pengobatan yang tepat,” ujarnya.
Menurut informasi Kepala Seksi Surveilance Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabilah Salama, Reisa menyebut pasien yang mengalami gejala berat atau fatal karena terlambat melakukan pemeriksaan PCR. Sehingga diagnosa dan pengobatan yang diberikan pun terlambat. (*)
Tags : tren penurunan kasus covid, kasus covid-19, reisa broto asmoro, kasus covid-19 turun, pandemi covid-19, pandemi covid 19, status pandem covid,