Pemilu 2024 Organisasi Pemuda KNPI Ikut Daftar Caleg, 'yang tak Diragukan Lagi Kapasitasnya jadi Legislator'

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Keputusan partai politik mengusung Organisasi Pemuda sebagai calon anggota legislatif pada pemilu 2024 tak perlu diragukan lagi.

Seperti Ketua DPD Riau Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Riau ini mendaftar calon legislatif (Caleg) tak diragukan kapasitasnya untuk sebagai legislator.

"Ini karena bakal caleg dari kalangan organisasi pemuda yang sudah populer," kata Larshen Yunus, yang juga mengaku karena lebih menjual ketimbang kader partai yang tak dikenal.

Selain itu, Larshen Yunus menambahkan, kalau merujuk pada penilaian kinerja DPRD selama masa sidang IV tahun 2022-2023 hasilnya tak begitu menonjol.

Akan tetapi peserta pemilu 2024, kata Larshen lagi, Partai Persatuan Indonesia (Perindo) menangkis semua itu.

"Ini karena dilandasi banyak bacaleg dari ormas maupun organisasi kepemudaan yang diusung partai sudah lama menjadi kader dan mengikuti sekolah legislasi," ungkapnya, seperti Sabtu (13/5) ini. 

"Pemilu legislatif 2024 mendatang juga masih diwarnai calon dari kalangan ormas."

Partai Perindo, misalnya, banyak mengajukan dengan latar belakang ormas, pengamat politik, masyarakat biasa bahkan kalangan organisasi buruh.

Di Kota Pekanbaru, Riau papan reklame yang menampilkan wajah-wajah dari berbagai kalangan sambil tersenyum lebar sudah terpampang di jalan-jalan utama.

Saat menyerahkan berkas calegnya ke KPU pada Sabtu 13 Mei 2023 tadi ini, Larshen berkata ingin memperjuangkan isu toleransi yang sudah menjadi perhatian nasional.

Tetapi Larshen juga mengaku, meskipun dirinya cukup dikenal publik tapi tak mudah lolos ke rumah rakyat.

"Itu sebabnya saat menjadi kader Partai Perindo, saya berusaha untuk berjuang duduk di legislatif," sebutnya.

"Jadi sekarang kami yang ditempatkan di dapil, merasa dengan situasi yang saya lihat di dalam, belajar dari kesalahan, belajar dari kekurangan itu sehingga pemetaan kami jauh lebih kuat," ujarnya di kantor KPU.

Partai Perindo yang menyodorkan bacaleg setidaknya lebih ramai. Jadi pencalonan dari ormas untuk menjadi anggota legislatif ini adalah cara mudah partai politik untuk mendongkrak suara atau kursi di dewan. Dan tren seperti ini sudah berlangsung sejak 2004 atau ketika pemilu langsung diberlakukan.

Larshen mengakui di mana kursi anggota DPRD yang diperebutkan semakin banyak, sementara persaingan jadi lebih ketat bersamaan dengan kian bertambahnya partai politik.

"Tetapi demi meraup kursi atau suara lebih besar, pertimbangan populer jadi modal utama bagi caleg agar dipilih. Di sinilah akhirnya tuntutan atas kehadiran pesohor makin tinggi," simpul dia. (*)