News   2022/07/18 7:28 WIB

Pemprov Dorong Program SISKA, 'dengan Memperhatikan Ekonomi, Lingkungan dan Sosial'

Pemprov Dorong Program SISKA, 'dengan Memperhatikan Ekonomi, Lingkungan dan Sosial'

PEKANBARU - Untuk melakukan swasembada pangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melakukan saling untung antara pekebun dan peternak dengan model program Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA).

"Upaya Pemprov Riau saat ini memperhatikan soal ekonomi, lingkungan dan sosial dengan menjalankan program SISKA."

"Sebagaimana rencana aksi untuk pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka peningkatan produktifitas nilai tambah dan daya saing komoditas kelapa sawit Riau dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial budaya dan ekologi," kata Sekdaprov Riau SF Hariyanto saat membuka diskusi implementasi program sistem integrasi sawit-sapi dalam keranggka RAD-KSB Riau di hotel Pangeran, Pekanbaru, Jumat (15/7) kemarin.

Perkebunan mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan, dilihat dari berbagai fungsi yang menyangkut ekonomi, lingkungan dan sosial.

Kondisi perkebunan di Riau dianggap potensial untuk bisa diintegrasikan dengan pengembangan ternak sapi potong sebagai upaya menciptakan sebuah sistem yang keberlanjutan dan saling menguntungkan antara perkebunan sawit dan peternak sapi.

Ini sesuai amanat Presiden yang dikeluarkan dalam Inpres Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Kebun Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB) yang kemudian ditindaklanjuti Pemprov Riau dengan terbitnya Pergubri Nomor 9 Tahun 2022 tentang RAD-KSB Riau Tahun 2022-2024.

Ia berharap menjadi kesungguhan pemerintah daerah dalam menghadapi berbagai tantangan yang harus dihadapi akibat perkembangan bisnis kelapa sawit yang tumbuh dengan pesat.

"Seperti adanya tuduhan dari berbagai lembaga lingkungan mancanegara yang menyebutkan industri kelapa sawit sebagai perusak lingkungan," sebut Sekdaprov dalam diskusi itu

Menurutnya, dapat menggangu dan memengaruhi perkembangan industri kelapa sawit di Riau khususnya dan Indonesia umumnya. Karenanya, RAD-KSB ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan semua limbah yang berasal dari perkebunan sawit yang dapat diolah menjadi bahan pakan ternak.

"Selain meminimalisir adanya limbah, juga mempunyai manfaat yang sangat berarti khususnya bagi pemilik perkebunan dan pemilik ternak," urainya.

Rantai makanan yang ada di perkebunan kelapa sawit menjadikan suatu sistem yang berkelanjutan. "Dimana ternak sapi mendapatkan pakan rumput yang ada sekitar lahan kelapa sawit," tuturnya.

"Sedangkan ternak sapi memberikan feses yang tercecer di perkebunan yang dapat digunakan tanaman kelapa sawit sebagai bahan pupuk kompos yang berkelanjutan," pungkasnya.

Melalui program sistem integrasi sapi-kelapa sawit (SISKA),Pemrpov Riau terus meningkatkan swasembada daging sapi di tingkat petani. 

Upaya integrasi ini dilakukan karena kebutuhan daging sapi di Riau mencapai 19.480 ton pertahun atau setara 152 ribu ekor sapi per tahunnya. Sedangkan populasi sapi di Riau mencapai 209.601 ekor, tapi sapi yang dapat dipotong hanya 24 ribuan.

"Kebutuhan sapi kita di Riau sangat tinggi, namun kita masih kurang sekitar 128 ribu ekor atau 84 persen. Sementara untuk memenuhi kebutuhan daging sapi itu, kita mendatang dari luar Riau," ujar Sekdaprov Riau, SF Hariyanto.

SF Hariyanto berharap integrasi antara peternakan sapi di lahan kelapa sawit bisa meningkatan jumlah sapi di Bumi Melayu. Terutama lewat kerjasama perusahaan-perusahaan sawit swasta yang memiliki lahan plasma.

"Luas kebun sawit di Riau mencapai 3,6 juta hektare (ha). Jadi kalau perusahan perkebunan sawit dapat kerjasama dengan masyarakat untuk ternak sapi pasti ini bisa. Kalau lahan sawit 3,6 juta ha, kalau 2 ha itu satu ekor sapi, artinya populasi sapi bisa mencapai lebih kurang 1,6 juta ekor," urainya.

Lewat program sapi terintegrasi dengan kelapa sawit, lanjut Sekdaprov, diharapkan kebutuhan sapi tidak lagi bergantung dengan daerah lain. Riau dengan lahan yang luas dipastikan mampu memenuhi kebutuhan lokal untuk daging sapi.

"Jika dikembangkan, maka kebutuhan sapi di Riau tidak perlu mendatangkan dari luar. Kendala selama ini masyarakat sama perusahaan belum tahu terkait integrasi ini. Untuk itu, setelah pertemuan SISKA ini, sapi dapat kita kembangkan di Riau," pungkasnya. (*)

Tags : Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit, Program SISKA, Upaya Pemprov Riau Soal Ekonomi, Lingkungan dan Sosial, Pemprov Jalankan Program SISKA, News,