Seni Budaya   2021/06/05 22:20 WIB

Penari Perempuan Berusia 106 Tahun yang Menolak Disebut 'Tua', Selain Rajin Tulis Buku Juga Bikin Film

Penari Perempuan Berusia 106 Tahun yang Menolak Disebut 'Tua', Selain Rajin Tulis Buku Juga Bikin Film
Seniman dan penari asal Australia Eileen Kramer sudah berusia 106 tahun masih menari untuk syuting film The God Tree.

EILEEN KRAMER sudah berusia 106 tahun, justru lebih produktif. Setiap hari dia menulis satu cerita dari kamarnya di satu panti jompo Sydney, Australia, lalu menerbitkannya menjadi buku. Dia bahkan ikut lomba lukis paling terkemuka di Australia.

Setelah puluhan tahun tinggal di luar negeri, Kramer pulang ke kota tempat tinggalnya di Sydney pada usia 99 tahun. Sejak itu, dia berkolaborasi dengan para seniman untuk membuat sejumlah video yang menunjukkan bakat utama sekaligus kecintaannya yang telah lama dia tekuni, yaitu menari.

Walau sudah berusia di atas 100 tahun, Kramer masih menari dengan gemulai. Kadang membuat gerakan-gerakan dramatis dengan bagian atas tubuhnya. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, dia pun jadi penata tari. "Sejak kembali ke Sydney saya jadi sangat sibuk. Saya melakoni tiga pertunjukkan tari di NIDA (National Institute for Dramatic Art) dan teater-teater independen. Saya juga ikut serta dalam dua festival tari besar di Adelaide dan Brisbane. Saya pun masuk film, dari banyaknya pertunjukan, sudah menulis tiga buku, dan hari ini saya punya waktu bebas untuk bicara dengan Anda!" ujar Kramer di rumahnya dirilis BBC.

Sering dia dapat pertanyaan ini: dari mana dia dapat energi sebesar itu dan apa rahasianya masih bisa menari di usia tua. Dia pun sering menjawab begini: tidak ada kata "tua" dan "umur" dalam dirinya. "Saya bilang: Saya tidak tua, saya cuma berada di sini lebih lama dan baru belajar sedikit-sedikit. Saya tidak merasa terpengaruh dengan apa kata orang saat kita sudah tua. Tingkah laku saya untuk membuat banyak hal sama saja dengan saat saya masih kecil."

Terinspirasi dari rumah

Dalam beberapa tahun terakhir, Kramer telah menggalang dana, dengan menjadi koreografer dan pentas di sejumlah pertunjukan tari. Dia pun saat itu tengah sibuk membuat video tari yang baru ketika aturan lockdown di Sydney untuk sementara waktu mengganggu rencananya. Tapi kekecewaannya itu tidak lama. "Saya waktu itu tidak bisa pergi ke lokasi syuting, jadi akhirnya saya menulis buku," ujarnya sambil tertawa. "Bukunya soal bagaimana kami membuat film itu."

Lokasi pembuatan film itu dipandang spesial bagi Kramer, yaitu di pohon ara raksasa Moreton Bay di daerah Glebe, luar kota Sydney. Aroma pepohonan dan pemandangan pohon-pohon ara raksasa Moreton Bay disertai riuhnya kicau burung-burung kookaburra yang bertengger merupakan penyebab Kramer pilih mudik ke Sydney. "Pohon itu menginspirasi koreografi saya," katanya.

"Apa Anda pernah melihatnya dari dekat? Anda merasa seakan-akan berada di suatu istana dongeng berhantu. Ini membawa saya kembali kepada kenangan masa kecil."

Kramer punya beberapa adegan lagi untuk difilmkan dan kemudian akan disunting dan dipadukan dengan musik. Sementara itu, sebagai pemimpin percetakan buku yang dia miliki, Basic Shapes, Kramer akan menerbitkan buku mengenai proyek barunya itu akhir tahun ini. Sejak usianya berkepala seratus, dia juga telah memproduksi seri cerita pendek, berjudul Elephant and Other Stories. Kegiatannya itu sepertinya tak terpengaruh oleh lockdown Covid. "Saya tidak keberatan sama sekali dengan [lockdown] covid. Saya tidak merasa sendiri atau terkurung - ketika lagi menulis, itu lah teman kita."

Kramer akhirnya menjadi orang terkenal di lingkungannya, kawasan Elizabeth Bay di pinggir Sydney. Pada November lalu, dari luar rumah, teman-temannya yang sesama penari menggelar acara syukuran ulang tahunnya ke-106. Kramer, yang menyaksikan syukuran itu di balik jendela, mengaku senang campur haru. "Saya terkejut, gembira dan sangat tersentuh. Mereka membetulkan kursi dan memberi saya aneka balon."

Hidup yang berwarna

Dari berpose telanjang hingga menjadi seniman peserta tertua - saat itu berusia 104 tahun - dalam acara penganugerahan penghargaan seni potret terkemuka di Australia, The Archibald Prize, menjadi bukti akan bakat kreatif dan karakter Kramer yang tidak mau pasrah begitu saja dengan waktu. Lahir di kawasan Mosman Bay, Sydney, Kramer muda berlatih sebagai penari, kemudian tur keliling Australia bersama tim Bodenwieser Ballet selama 10 tahun.

Dia lalu pergi ke India dan sempat menetap di Paris dan pindah ke New York hingga dia berusia 99 tahun. Kariernya sebagai penari telah melintasi empat benua dan satu abad. Menari selalu menjadi cinta pertamanya. "Setelah berada dalam sekumpulan penari di sebagian besar waktu, saya merasa tidak sendirian," ujarnya.

"Tidak seperti saya, beberapa pilih menikah dan punya anak atau kembali ke Eropa. Saya sudah tahan dengan ketidaknyamanan hidup sebagai penari."

Saat hidup di Paris selama sebagian besar masa mudanya, Kramer mengaku satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan hidup di sana adalah sebagai model artis, yang kadang mengharuskannya tampil telanjang. "Cukup bahaya sih untuk berpose, tapi saya sudah tahu para pelanggan dan tingkah laku mereka," ujarnya.

Tampil telanjang bukan "masalah besar" bagi Kramer karena tujuannya untuk seni, seperti yang dilakoninya saat menjadi model untuk kelas melukis dengan obyek tubuh manusia. Dia berteman sambil belajar dari para seniman terkenal di Paris. Dia diajari melakukan gaya The Twist oleh Louis Armstrong di sebuah kasino di Dieppe, sebelum pindah ke New York.

Saat kembali ke Australia, dia senang masih ada hal-hal yang belum berubah, seperti melihat orang-orang makan fish and chips, namun juga gembira dengan adanya perubahan yang positif - seperti makin besar pengakuan akan budaya suku Aborijin. Nasihat terbaik yang pernah dia terima adalah dari Madame Bodenwieser, pendiri tim tari Bodenwieser Ballert, mengenai hubungan asmara kala menjalani tur pertunjukan tari. "Dia bilang perempuan yang menetap lah yang dapat jodoh - bukan yang cuma lewat," ujarnya. "Jadi kami meninggalkan orang-orang yang patah hati!"

Kini, rekan kerjanya, Sue Healey, mengaku bekerja dengan Kramer ibarat "mengalami sejarah yang hidup."

"Beliau adalah sosok nyata dari masa-masa awal tari modern di Australia - dan bagi saya, sebagai koreografer, ini ibarat emas!" kata Healey, yang merupakan seniman dari fakultas seni Universitas Melbourne.

"Dia mengatasi masalah hidup dengan elegan dan kreatif. Dia benar-benar bisa mengendalikannya dan secara terus menerus menciptakan hal yang baru."

Kramer sendiri mengaku "tidak akan pernah hanyut untuk merasa sakit." "Saya tidak pernah minum pil, kecuali vitamin yang diresep dokter". Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu, yang menghentikan percakapan kami. Ternyata panggilan untuk divaksin Covid. "Takut sih, tapi akan terus membuat saya terhindar dari sakit". (*)

Tags : Eileen Kramer, Penari Perempuan Berusia 106 Tahun, Rajin Tulis Buku dan Bikin Film,