DAIK LINGGA, RIAUPAGI.COM - Sembilan orang peneliti dari National University of Singapore (NUS) menjajaki ketinggian gunung Daik Lingga untuk melakukan penelitian satwa burung.
"NUS bertekad menjajaki gunung Daik Lingga, Kepulauan Riau."
“Para peneliti ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari 8 mahasiswa dan 1 dosen pembimbing. Mereka berasal dari 4 negara yaitu Jerman, Amerika, India, dan Singapura," kata Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Lingga Raja Fahrurrazi pada media belum lama ini.
"Tujuan kedatangan mereka melakukan pendakian gunung Daik sekaligus melakukan penelitian satwa burung yang ada di Pulau Lingga dan dikawal langsung oleh tim guide dari Organisasi Petualang Alam Bebas Daik Lingga (PERPETUAL),” ujarnya.
Gunung Daik merupakan gunung yang terletak di Pulau Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Gunung ini adalah gunung tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau. Gunung Daik memiliki tiga puncak: Gunung Daik,Gunung Pejantan. dan Gunung Cindai Menangis. Gunung Daik memiliki ketinggian 1.165 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Keindahan alam Kabupaten Lingga juga menyimpan pesona yang luar biasa. Pendakian sebelumnya sering dlakukan di gunung Daik. Pesona Lingga membuat mereka ingin kembali mengeksplorasi Negeri Bunda Melayu itu.
Tetapi Raja Fahrurrazi mengakui, para peneliti tak henti-hentinya mengungkapkan kekaguman mereka terhadap kondisi alam Lingga selama perjalanan.
Apalagi kondisi alam di Gunung Daik begitu terjaga. Medan pendakiannya pun tidak ekstrim namun cukup menantang. Kekaguman mereka pun makin bertambah terlebih ketika melintasi 3 ruas sungai yang ada di jalur pendakian Gunung Daik.
"Saat ini cuaca kurang mendukung, tetapi mereka cukup puas dan senang selama pendakian Gunung Daik. Selain itu mereka juga melakukan penelitian di wilayah wisata Air Terjun Resun, serta Kawasan Pintu Gerbang Pendakian Bukit Permata di Desa Panggak Darat," terangnya.
Bukan hanya pesona alam, para peneliti ini pun menikmati setiap detail pesona Pulau Lingga. Dari mulai keramah tamahan penduduk, hingga lezatnya kuliner tradisional Lingga. Bahkan mereka mempunyai rencana untuk bisa datang kembali ke Lingga untuk penelitian kedua kalinya.
“Dengan kedatangan mereka diharapkan dapat mempromosikan pariwisata Lingga lebih luas lagi. Kedepan, mudah-mudahan segala bentuk perizinan dan kerjasama antar negara dapat di bantu dan di fasilitasi Dispar Provinsi dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar)," katanya.
"Kami juga berharap adanya pelatihan dan bimbingan terhadap pemuda Lingga agar dapat melayani mereka secara optimal,” pungkas Fahrurrazi.
Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani Mustafa juga menyatakan, Pemkab Lingga diharap jeli membaca peluang.
Datangnya para peneliti bisa jadi sebagai sarana promosi yang baik. "Apalagi mereka merupakan mahasiswa dari berbagai negara yang merupakan pangsa pasar potensial," sebutnya.
Menurut Rizki Handayani Mustafa, Lingga punya keuntungan karena berdekatan dengan Malaysia dan Singapura. "Ini harus bisa dimaksimalkan. Karena kedua negara tersebut dapat menjadi penyuplai wisatawan mancanegara ke Lingga. Kedekatan teritori ini harus bisa dimaksimalkan,” ucapnya.
Begitupun Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Dessy Ruhati menyatakan Kemenpar akan terus mendorong pariwisata border area.
Pasalnya pariwisata pasar border area sangat menjanjikan. "Secara geografis, border area relatif mudah dijangkau wisman dari negeri tetangga seperti Malaysia dan Singapura," sebutnya.
"Dengan kedekatan ini wisman pun semakin murah menjangkau destinasi di border area," sambungnya.
Menurut Dessy Ruhati, potensi pasar border area di Lingga sangat menjanjikan. Terutama Provinsi Kepri yang mampu menjadi pintu masuk wisman terbesar ke-3 ke Indonesia.
"Selama ini baru Tanjung Pinang, Bintan dan Batam yang sudah bagus menjaring wisman. Maka daerah lain di Kepri, pemerintah setempat bisa mendorong potensinya untuk makin besar lagi,” ucapnya.
Jadi Dessy Ruhati menilai, Lingga memiliki potensi wisata yang luar biasa. Bukan saja wisata budayanya tetapi juga wisata alamnya. Daerah yang dikenal sebagai negeri 'Bunda Tanah Melayu' ini merupakan surga wisata alam di wilayah perbatasan.
Kabupaten Lingga juga memiliki hutan gunung menyimpan potensi besar lainnya selain objek wisata. Hujan tropis Pulau Lingga di dominasi oleh tumbuhan Dipterocarpaceae (Tumbuhan penciri khas Tropis).
Hutan Lindung Gunung Daik di Pulau Lingga ternyata memiliki keaneka ragaman hayati atau sering disebut Bioversitas. Bahkan Menurut kajian pada tahun 2013 ( Jonotoro, Wijanarko, Wijaya) Hutan tersebut dapat dikategorikan sebagai Megabiodiversity, yang keaneka ragaman jenisnya dihitung menurut indeks Shannon and Wienner keragaman hayati tersebut mempunyai nilai 4,2 + untuk semua tingkat pertumbuhan ( semai, pancang, tiang dan pohon).
Hutan lindung Gunung Daik merupakan sumber provenan benih dan plasma nutfah jenis-jenis Endemik (Endangered / Critically Endangered) menurut badan konservasi Dunia (International Union Conservation of Nature/IUCN), CITES dan Undang-Undang Konservasi. Mengingat populasi jenis-jenis tertentu semakin hari semakin berkurang di alam bahkan beberapa sudah nyaris punah, maka KePAL Lingga bersempena dengan Hari Lingkungan hidup Sedunia mengadakan kegiatan Penanaman Pengkayaan kembali (Enrichment Planting) terhadap jenis-jenis tersebut. (*)
Tags : Sembilan Orang Peneliti Dari NUS Jajaki Gunung Daik, 'untuk Melakukan Penelitian Satwa Burung',