PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Riau kini berkontestasi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Riau 2024 yang masih-masingnya telah membentuk tim pemenangan.
Lembaga Pengembangan Penelitian Pendidikan (LP3) Anak Negeri lebih cenderung mengkritisi soal tim pemenangan pasangan calon Syamsuar-Mawardi (SUWAI) seperti Ustadz Dr H Syahrul Aidi Maazat.
"Struktur pemahamannya, problematika apa saja yang berkembang di tengah masyarakat, kemudian pemenuhan apa saja yang harus menjadi prioritas. Jadi tentang hal apa saja hal yang harus dilakukan oleh Tim Pemenangan ini dalam berkontestasi di Pilkada 2024 gak diketahui dengan jelas," kata Wawan Sudarwanto dari PL3 Anak Negeri diminta tanggapannya soal Tim Pemenangan SUWAI tadi, Rabu (13/11).
Menurutnya, bagi setiap pasangan cagub sudah seharusnya memahami betul berbagai problematika yang ada di tengah masyarakat. "Dengan begitu, maka setiap pasangan calon pun bisa menghadirkan berbagai program yang diharapkan bisa menjadi solusi," ujarnya.
Wawan juga melihat kalau dari pasangan SUWAI melalui Ketua Tim Pemenangan Ustadz Dr H Syahrul Aidi Maazat juga tidak diperoleh soal penjelasan problematikanya misalkan soal kemiskinan, soal pengangguran, soal kesehatan, soal lingkungan dan lain-lain," ucapnya.
Ustadz Dr H Syahrul Aidi Maazat, Ketua Tim Pemenangan SUWAI dan Ketua Tim Harian Adam Safaat dikonfirmasi lewat ponselnya,Selasa (13/11) tidak ingin menjawab.
Ketua Tim Pemenangan SUWAI itu juga sebagai Anggota DPR RI dan DPRD Riau dari partai politik (Partai Keadilan Sejahtera/PKS).
Tim Pemenangan dari paslon SUWAI merupakan seorang politisi dari PKS.
Tetapi Wawan Sudarwanto kembali menyampaikan pandangannya terkait dengan ketua tim pemenangan SUWAI dari politisi ini.
Sebelum berbicara soal tim pemenangan, Wawan menjelaskan tentang hal apa saja hal yang harus dilakukan oleh para pasangan calon yang akan berkontestasi di Pilkada 2024 ini.
"Jadi problematika dan fakta yang terjadi di lapangan itu butuh pemikiran yang komprehensif. Itu lah kenapa kemudian program-program dari pasangan calon SUWAI itu menjadi penting," kata dia menambahkan.
Di sisi lain, Wawan pun memandang setiap pasangan calon harus memiliki tim pemenangan yang juga betul-betul mampu memahami problematika yang terjadi di tengah masyarakat.
Melihat tim pemenangan SUWAI diketuai oleh politisi, Wawan menilai hal itu tidak bisa menjadi jaminan mereka dapat mengerti problematika apa saja yang terjadi di tengah masyarakat.
"Bicara soal tim pemenangan, layaknya harus mempertimbangkan sosok yang memiliki komunikasi yang baik. Artinya, faktor komunikator politiknya ini yang harus diperhatikan. Komunikator itu bukan saja dari politisi. Keterbatasan komunikator politik dari politisi itu juga terdapat hal-hal yang minus. Menggaransi tidak kalau mereka memahami betul kehendak civil society (masyarakat sipil)?," kata Wawan.
Oleh karenanya, Wawan kembali mengatakan sebaiknya para pasangan calon yang akan bertarung di Pilgub Riau 2024 bisa melibatkan kalangan masyarakat itu sendiri sebagai tim pemenangan.
"Menurut saya soal komunikator politik ini harus mempertimbangkan aspek lain. Yaitu equal atau sejajar. Maka dibutuhkan lah tim pemenangan dari civil society (masyarakat). Sehingga ketika di lapangan itu tidak ada gap. Maka dibutuhkan second opinion leader di masing-masing wilayah. Second opinion ini lah yang kemudian menjembatani bahasa politisi ke dalam bahasa masyarakat. Bahasa janji-janji manis ke dalam bahasa realistis," terang Wawan.
Dengan begitu, komunikasi antara tim pemenangan paslon dengan masyarakat pun bisa berjalan maksimal.
Baik saat menyerap aspirasi masyarakat maupun saat menyampaikan program-program yang ditawarkan oleh paslon.
"Kegagalan kampanye, kegagalan komunikasi politik di tengah-tengah civil society ini kerap terjadi lantaran ada gap. Maka untuk menghindari gap itu solusinya adalah tentukan second opinion leader di masing-masing wilayah. Dan itu berasal dari masyarakat. Itu akan lebih menguntungkan pasangan calon dibandingkan mengedepankan politisi atau tim-tim yang berangkat dari struktur partai politik," kata dia.
Wawan lalu memberi contoh beberapa kalangan masyarakat yang bisa dilibatkan ke dalam tim pemenangan pasangan calon.
Seperti misalnya masyarakat penggerak peduli lingkungan, masyarakat penggerak komunitas kerajinan dan lain sebagainya.
"Menurut saya itu akan lebih menarik. Coba kalau di tiap wilayah ada influencer dari kelompok yang dianggap netral. Seperti dari kelompok seni, kelompok penggerak peduli lingkungan dan lain sebagainya," ujar dia.
Jadi menurut Wawan, influencer-influencer itu pula harus dipatok di setiap wilayah dan tingkat penerimaan mereka di depan civil society itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki latar belakang politisi," jelas Wawan menambahkan. (*)
Tags : pilgubri, tim pemenangan, pilkada serentak 2024, pilgub riau 2024, komunikasi politik, berita riau, berita pilkada riau,