PT PERTAMINA (Persero) terus meningkatkan kontribusi dalam membantu pemerintah menangani dampak kesehatan, sosial, dan ekonomi selama pandemi, kontribusi perusahaan ini pun selama pandemi sudah mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun.
"Dukungan Pertamina yang cukup besar terlihat pada penanganan di sektor kesehatan," kata Pjs Vice President Corporate Communication Pertamina Heppy Wulansari mengatakan, Senin (23/11).
Melalui anak usaha PT Pertamina Bina Medika, ucap Heppy, Pertamina membangun rumah sakit modular di lapangan bola Simpruk dan menyediakan tujuh Rumah Sakit Pertamina menjadi RS rujukan covid-19 yang tersebar di berbagai wilayah operasi. Untuk membantu pemerintah dalam penanggulangan penyebaran virus, lanjut Heppy, Pertamina Group juga memberikan bantuan kepada masyarakat mulai dari Alat Perlindungan Diri, Masker, Sarung Tangan, Face Shield, Disinfectan Chamber, Ventilator, Thermo Gun, Rapid Test, Wastafel Portabel hingga paket makanan dan sembako.
Heppy menjelaskan, 2020 merupakan tahun terberat bagi Pertamina dalam pengelolaan energi nasional. Namun jelang 63 tahun usia, perseroan tetap menjaga ekosistem migas nasional serta terus berkontribusi dalam penanganan Covid-19. "Tahun ini bagi Pertamina menjadi momentum untuk bangkit. Seluruh upaya dan kontribusi Pertamina selama pandemi Covid 19, menjadi bukti nyata bahwa kami selalu hadir untuk memberi manfaat dan semangat bagi masyarakat dalam kondisi apapun," ungkap Heppy.
Menurut Heppy, sejak hantaman Covid-19 pada Maret 2020, Pertamina terus melakukan pemulihan agar dapat menghasilkan kinerja yang baik pada akhir 2020 mendatang. Perseroan tetap menjalankan peran strategis untuk membantu keberlangsungan ekosistem energi nasional. "Dengan mulai naiknya harga minyak dunia pada pertengahan tahun dan penjualan bahan bakar yang berangsur meningkat, Pertamina berharap dapat mencapai kinerja positif dan akan tetap berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," ucap Heppy.
Di era pandemi Covid 19, kata Heppy, sektor hulu Pertamina tetap beroperasi, agar bisnis mitra upstream dan drilling company tetap berjalan dan tidak melakukan PHK. Di sektor pengolahan, ungkap Heppy, enam kilang Pertamina juga tetap memproduksi BBM serta melanjutkan pembangunan RDMP Balikpapan dan GRR Tuban untuk memastikan mitra perusahaan O&M dan EPC Contractor agar dapat memberikan peluang bagi 32,17 ribu pekerja langsung dan 519 ribu pekerja tidak langsung.
Sementara di sektor hilir, lanjutnya, Pertamina tetap mensiagakan lebih dari 7 ribu SPBU serta 10 ribu unit mobil tanki berikut awaknya bekerja untuk menyalurkan BBM ke seluruh pelosok negeri. Selain itu, sebanyak 40 ribu mitra bisnis riteil LPG (Agen/Sub Agen) dan sekitar 180 ribu outlet pangkalan LPG (PSO dan Non PSO juga menyediakan kebutuhan LPG bagi masyarakat. Seluruh moda penyaluran BBM dan LPG Pertamina, termasuk 280 armada kapal juga tetap berlayar untuk mengirimkan energi. Heppy menilai hal ini menunjukkan besarnya komitmen perseroan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menyediakan energi di seluruh wilayah nasional. "Dengan beroperasinya seluruh ekosistem bisnis, Pertamina dapat mempertahankan seluruh pekerja dan mitra bisnis sehingga dapat menekan jumlah PHK yang marak terjadi dalam sektor industri," kata Heppy.
Pertamina kembangkan EBT
Pertamina Group melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai Subholding Power & New Renewable Energy (PNRE) juga mengembangkan kerjasama dengan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), yang biasa disebut sebagai Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC). Kerjasama tersebut fokus pada lingkup pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di kawasan pariwisata yang dikelola oleh anak usaha ITDC, yakni PT ITDC Nusantara Utilitas, seperti Mandalika, Nusa Dua, dan lokasi lainnya.
Kerjasama tersebut diawali dengan melakukan studi pengembangan dan identifikasi atas kebutuhan EBT yang ada di kawasan proyek ITDC. “Pengembangan dan studi awal akan fokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), PLTS Apung, dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Sudah ada beberapa potensi yang sedang dalam tahap evaluasi untuk selanjutnya diimplementasikan”, ujar Chief Executive Officer Subholding PNRE, Heru Setiawan.
Terwujudnya kerjasama ini adalah dalam rangka mendukung penggunaan energi ramah lingkungan dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi. Hal tersebut juga sejalan dengan semangat pemerintah untuk meningkatkan bauran energi di Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen di tahun 2025. Selain itu, kawasan pariwisata merupakan salah satu objek relevan dalam hal sosialisasi dan edukasi kepada publik terkait penggunaan EBT sebagai energi yang ramah lingkungan demi menyambut transisi energi di masa depan dengan konsep keberlanjutan. “Selain aspek infrastruktur dan komersial, kerjasama ini juga diharapkan dapat meningkatkan public awareness terkait gaya hidup ramah lingkungan, yang bisa ditempuh dengan menggunakan teknologi EBT seperti contoh misalnya PLTS,"kata Heru menjelaskan.
Selain program kerjasama pengembangan EBT di kawasan pariwisata, Subholding PNRE juga sudah memiliki portfolio PLTS di kawasan Badak LNG Bontang dengan kapasitas terpasang 4 MW, PLTS Cilacap 1,4 MW, PLTS Dumai 2 MW dan beberapa proyek PLTS yang sedang digarap. Di samping PLTS, terdapat juga Pembangkit Listrik Tenaga Biomass/Biogas (PLTBg) yang sudah terpasang di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei 2,4 MW, Pagar Merbau 1 MW, dan Kwala Sawit 1 MW. Melalui PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), Subholding PNRE juga memiliki kapasitas terpasang dari panas bumi sebanyak 672 MW.
“Sebagai lokomotif masa depan bisnis Pertamina Group, kami dari Subholding PNRE terus berkomitmen untuk meningkatkan portfolio EBT sekaligus melakukan edukasi publik terkait energi ramah lingkungan, termasuk berkomunikasi erat dengan mitra-mitra potensial dalam hal penciptaan ekosistem bisnis EBT yang lebih solid dan transparan,” tutur Heru. (rilis)
Tags : pertamina, pengembangan energi, plts, pltsa, penggunaan energi, ramah lingkungan, pertamina, rs rujukan covid-19, rs pertamina,