PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan tajak perdana sumur Migas Non Konvensional (MNK) di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
"Pertamina tajak perdana sumur non konvensional di Blok Rokan."
"Kita masih memiliki potensi cukup besar yang memang harus kita eksploitasi agar bisa menjamin keamanan energi untuk masyarakat. Saya mengucapkan selamat kepada Pertamina. Saya sangat bangga dan berpesan jangan lupa untuk terus memperhatikan keselamatan kerja," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam siaran pers, Kamis (27/7).
Tajak ini merupakan hasil studi potensi MNK dalam upaya mendukung produksi minyak dan gas nasional.
Dalam melakukan studi evaluasi potensi (teknis) MNK Rokan, PHR melakukan kerja sama dengan perusahaan internasional yang berhasil mengusahakan dan mengembangkan sumber daya MNK di Amerika Serikat.
Untuk mendukung ikhtiar ini, PHR juga melibatkan Tim Percepatan Pengusahaan MNK yang dibentuk oleh Kementerian ESDM.
Arifin Tasrif mengatakan bahwa pasokan migas dalam negeri saat ini belum dapat memenuhi total kebutuhan energi nasional dan berdampak terhadap impor. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat mengurangi kebutuhan impor dengan menambah cadangan hidrokarbon.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyampaikan bahwa tajak perdana sumur MNK menandai sejarah baru dalam industri hulu migas nasional. Menurut dia, potensi sumber daya MNK yang selama ini belum digarap mulai dikelola untuk mendukung penambahan cadangan migas nasional.
"Ke depan, kami berharap Pertamina dan investor hulu migas lainnya dapat lebih agresif melakukan studi mengenai MNK karena potensinya masih besar, kami akan memberikan dukungan penuh bagi investasi di sektor MNK sehingga dapat mendukung peningkatan produksi migas nasional," ujar Dwi.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menambahkan, tajak sumur MNK merupakan upaya baru untuk membuka peluang di Wilayah Kerja Rokan. Terutama untuk mendukung produksi minyak dan gas nasional.
"Pertamina berkomitmen dalam upaya menopang energi nasional, termasuk dalam pencapaian target 1 juta barel minyak pada 2030. Salah satu upayanya yakni dengan melakukan studi dan inovasi terkait sumber daya dan cadangan minyak serta gas bumi yang ada di Indonesia," kata Nicke.
Sementara itu, Direktur Utama PHR Chalid Said Salim mengatakan, sumber daya MNK di WK Rokan berada di formasi pematang brown shale, yakni batuan induk utama hidrokarbon di kawasan Sumatera bagian tengah dan lower red bed, yakni formasi bebatuan yang berada di bawah brown shale.
Adapun potensi tersebut berada pada kedalaman lebih dari 6.000 kaki.
"Di WK Rokan, potensi MNK ini ada di wilayah sumur Gulamo, dengan rencana total kedalaman mencapai 8.559 kaki. Sumur ini merupakan salah satu dari dua sumur eksplorasi vertikal yang direncanakan oleh PT Pertamina Hulu Rokan sebagai operator wilayah kerja Rokan bagi tahapan eksplorasi MNK Rokan," kata Chalid.
Dia menjelaskan, operasi pengeboran sumur eksplorasi MNK Gulamo rencananya akan menggunakan rig PDSI #42.3/N1500-E berukuran besar dengan tenaga 1,500 horsepower (HP).
"Sebagai pembanding, operasi eksplorasi dan eksploitasi migas konvensional di wilayah kerja Rokan umumnya menggunakan Rig 350 HP, 550 HP, 750 HP. Diperlukan area wellpad (lokasi eksplorasi) yang cukup luas, lebih kurang 2,5 hektare atau 2,5 kali lebih luas dari well pad pada umumnya. Pada tahap pengembangan nantinya well pad ini dapat mengakomodasi sekitar 8 kepala sumur," jelas Chalid.
Diketahui, MNK merupakan minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas rendah (low permeability). Perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan eksplorasi MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi.
Artinya, migas konvensional lebih mudah terlihat karena letaknya tidak terlalu dalam dari permukaan, sedangkan MNK berada di lapisan yang lebih dalam.
Berbeda dengan migas konvensional, MNK adalah hidrokarbon yang terperangkap pada batuan induk (shale oil/gas) tempat terbentuknya hidrokarbon atau batuan reservoir klastik berbutir halus dengan permeabilitas (kemampuan bebatuan untuk meloloskan partikel) rendah. Migas ini hanya akan bernilai ekonomi apabila diproduksikan melalui pengeboran horizontal dengan teknik stimulasi multi-stage hydraulic fracturing.
"PHR, bagian dari Subholding Upstream Pertamina, akan terus melakukan inovasi melalui teknologi dalam industri hulu migas untuk mendukung pencapaian target produksi yang ditetapkan. PHR juga menjalankan kegiatan operasional dengan berlandaskan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) sebagai perusahaan hulu migas yang patuh, andal, dan peduli kepada lingkungan," pungkas Chalid.
Sebagai informasi, tajak perdana sumur MNK berlangsung di Lapangan Gulamo, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (27/7/2023).
Tajak sumur diresmikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif didampingi Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Dirjen Migas Tutuka Ariadji, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro, Direktur Utama PHR Chalid Said Salim, dan Gubernur Riau Syamsuar. (*)
Tags : pertamina, pertamina hulu rokan, blok rokan,