Riau   2022/08/18 14:58 WIB

Petani Sawit di Riau Belum Merdeka, 'karena Biaya Pengeluaran Masih Mencekik Leher'

Petani Sawit di Riau Belum Merdeka, 'karena Biaya Pengeluaran Masih Mencekik Leher'

Walaupun Gubernur Riau sudah menyurati Menteri Pertanian (Mentan) untuk mengirim pupuk subsidi, petani sawit tetap saja tak kuasa menahan biaya pengeluaran yang semakin menyulitkan.

PEKANBARU- Petani sedikit lega setelah harga sawit terus alami kenaikan. Hanya saja harga tersebut masih dirasa belum sanggup menutupi biaya keluar untuk pupuk kimia yang harganya sangat mahal.

"Harga sawit mulai normal tapi biaya pengeluaran mencekik leher karena pupuk masih mahal."

Harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani mencapai Rp1.700 per kilogram di Pekanbaru sejak pada Minggu 14 Agustus 2022.

Sebelumnya tiga hari lalu, harga di tempat pengepul yang berada di lintas Timur Pekanbaru masih Rp1.450 per kilogram (Kg).

Kenaikan harga sawit di Pekanbaru disebabkan pembelian di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) terus naik.

"Naik terus ini memang harganya, sekarang sudah Rp1.700 per kilo ditingkat petani," sebut Yanto petani di Desa Pematang Jaya, Kecamatan Rengat Barat, Inhu.

Yanto menyebutkan, mulai sejak tanggal 13 Agustus 2022 harga TBS di PKS naik70 persen menjadi Rp1.930 perkilogramnya.

"Alhamdullillah, bahkan ini sudah mendekati Rp2000," sebutnya lega.

Pabrik tempatnya menjual TBS, terlihat peningkatan harga sawit cukup cepat terjadi. Makanya mereka juga harus menaikkan harga saat beli sawit petani.

Tetapi persoalan belum normalnya harga sawit masih dirasakan petani, sebab masih belum seimbang dengan biaya perawatan dan produksi.

Terutama harga pupuk kimia yang harganya mahal, sebagai penggantinya petani terpaksa beli pupuk kandang.

"Pemberian pupuk kandang belum dapat menggantikan kehebatan pupuk kimia. Apalagi harga pupuk kandang untuk kotoran hewan (Kohe) ayam murni, satu karung bisa dijual Rp14 ribu," katanya.

Jadi, biaya produksi masih mahal, sebab untuk satu hektare dibutuhkan sekitar 120 karung kohe ayam.

Satu batang sawit biasanya akan diberi satu karung kohe.

"Sebenarnya kurang bagus juga pupuk kandang ini ke sawit, tapi mau gimana lagi, harganya kimia belum bisa terjangkau dengan harga sawit yang sekarang," sebutnya.

Bagi petani harga sawit Rp1.700-Rp1.930 per Kg masih belum cukup untuk bertahan hidup dari penghasilan kebun. Idealnya harga sawit setidaknya di atas Rp3.000 per kg. Masalahnya tetap ada, yakni harga pupuk kimia tak bisa ditoleri.

Sebelumnya, Gubernur Riau sudah menyurati Menteri Pertanian (Mentan) agar petani sawit dapat jatah pupuk subsidi lagi.

Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar mengirimkan surat kepada Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengenai kondisi petani sawit yang makin kesulitan merawat kebun sawitnya. Sebab harga TBS yang tak sebanding dengan harga pupuk yang tinggi.

Dalam surat tersebut, Syamsuar memaparkan sejumlah persoalan yang terjadi pada petani sawit saat ini.

Dia juga meminta agar Menteri Pertanian kembali mengalokasikan pupuk subsidi untuk petani kelapa sawit. Karena diketahui, sejak harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tinggi beberapa bulan lalu, pupuk subsidi sudah tidak dialokasikan lagi untuk petani kelapa sawit.

Berikut isi surat yang dikirim Gubernur Riau kepada Menteri Pertanian tertanggal 11 Agustus 2022 kemarin dari Dinas Perkebunan Provinsi Riau :

"Bersama ini kami sampaikan kepada Bapak Menteri terkait kondisi masih rendahnya harga TBS pekebun kelapa sawit beberapa bulan terakhir sejak adanya larangan ekspor CPO di Indonesia pada umumnya dan di Provinsi Riau khususnya.

Disamping itu juga pekebun kelapa sawit dihadapkan pada kondisi tingginya harga pupuk, sementara pupuk bersubsidi tidak ada lagi bagi petani sawit untuk mendukung peningkatan produksi kelapa sawit di kebun petani.

Sehubungan dengan hal tersebut, dapat kami laporkan sebagai berikut :

  1. Tingginya harga pupuk saat ini menjadi beban yang cukup berat bagi pekebun kelapa sawit ditengah kondisi masih relatif rendahnya harga jual TBS.
  2. Terbatasnya daya beli pekebun kelapa sawit untuk memenuhi kebutuhan pupuk akan berdampak tidak terpenuhinya standar pemupukan untuk budidaya kelapa sawit ditingkat pekebun.
  3. Saat ini tidak ada lagi kebijakan pemberian pupuk bersubsidi kepada petani sawit.
  4. Dampak lanjutan akibat tidak dilakukannya pemupukan, akan menurunkan produksi TBS yang selanjutnya tentu akan berdampak pada penurunan pendapatan pekebun kelapa sawit dan pada akhirnya akan menyebabkan naiknya angka kemiskinan.

Dengan memperhatikan kondisi sebagaimana kami laporkan di atas, bersama ini kami sampaikan permohonan kepada Bapak Menteri untuk dapat mempertimbangkan upaya-upaya untuk menurunkan harga pupuk ditingkat pekebun kelapa sawit atau adanya kebijakan pupuk bersubsidi yang diberikan juga kepada petani sawit.

Demikian usulan ini disampaikan atas perhatian dan perkenan Bapak diucapkan terima kasih".(*)

Tags : Harga Sawit, Sawit Mulai Normal, Biaya Pengeluaran Petani Masih, Petani Sawit Riau, Harga Pupuk Kimia Tinggi, Harga Pupuk Mahal,