PEKANBARU - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau mengumumkan penetapan hasil resmi pilkada, Minggu (08/12/2024).
Abdul Wahid-SF Hariyanto (Bermarwah) meraih suara terbanyak.
Paslon Bermarwah berhasil meraih 1.224.193, setara 44,07% dari total suara pemilih sah di Riau.
Merujuk regulasi, KPU menyebut angka itu membuat Abdul Wahid-SF Hariyanto menang satu putaran.
Tetapi Pasal 10 ayat 2 pada UU 2/2024 menyatakan, "pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 5O% ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih."
Lembaga Peneliti Pengembangan Pendidikan (LP3) Anak Negeri, Wawan Sudarwanto, menilai selisih suara Abdul Wahid-SF Hariyanto dengan Syamsuar-Mawardi cukup besar.
Syamsuar-Mawardi dari Koalisi Golkar dan PKS hanya meraih 25,4% suara—setara 661.297 suara.
Meski begitu, suara Abdul Wahid-SF Hariyanto sesungguhnya sangat tipis dengan syarat kemenangan satu putaran.
"Ini berbeda dengan Prabowo-Gibran saat Pilpres yang punya angka kemenangan besar, yakni 58% suara," ujar Wawan Sudarwanto dalam penilaiannya, Senin.
Seperti diberitakan sebelumnya, tingkat partisipasi Pilkada Riau 2024 turun dibandingkan Pilkada 2017 yang mencapai sekitar 60,8%.
Terlihat seperti total suara sah 2.763.001 dan suara tidak sah 119.475 dari 4 juta lebih yang memiliki hak suara memilih.
Wawan menyebut terdapat apatisme pemilih pada pilkada tahun ini, antara lain tampak pada anjuran 'coblos semua' atau gercos.
"Tidak semua pemilih merasa terwakili atas pilihan kandidat yang ada," ujarnya.
"Ini relatif berbeda dengan Pilkada 2017 yang diwarnai oleh pertarungan hegemoni politik identitas," tuturnya.
Di sisi lain, Wawan mengatakan perolehan suara Abdul Wahid-SF Hariyanto yang hanya 44% suara menandakan dukungan hampir seluruh partai (Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera/PKS) terhadap Syamsuar-Mawardi tidak memiliki efek apapun terhadap pemilih.
"Hal itu tak lepas dari kontribusi dari pemilih Riau yang relatif lebih melek politik dan melek digital," kata dia.
"Pemilih Riau sangat otonom dan punya pendirian politik yang kuat untuk berani menentukan pilihannya," ujarnya.
Beberapa blunder juga turut berperan dalam kekalahan Syamsuar-Mawardi, yang pada gencarnya kampanye dialogis terlihat banyaknya pendukung, "tetapi kenyataannya setelah waktu penjeblosan sangat berbeda," ujarnya.
Penurunan antusiasme pemilih, kata Wawan, tidak berarti para pemilih dapat dipengaruhi oleh berbagai anjuran yang mendukung Syamsuar-Mawardi.
Apa saja faktor yang membuat Syamsuar-Mawardi gagal di Pilkada Riau?
Wawan Sudarwanto menyebut mantan gubernur Riau (2019-2023), Syamsuar, "tidak mengakar" di Riau.
Menurutnya, publik masih melihat Syamsuar sebagai "milik orang Melayu", sementara oada suku lainnya masih diragukan.
"Ditambah lagi Syamsuar dan Mawardi sama-sama mencoblos di Pekanbaru. Ini yang kemudian membuat pada hari-H, sentimen dan kesenjangan hubungan itu semakin menguat," ujarnya.
Seperti diketahui, Syamsuar memegang KTP di Pekanbaru, sedangkan dia lahir di Rohil sementara Mawardi memiliki KTP Pekanbaru tapi lahir di Kampar. Artinya, keduanya tidak memilih di daerah masing-masing pada Pilkada yang berlangsung serentak tanggal 27 November 2024 kemarin.
"Ini adalah blunder terbesar Syamsuar-Mawardi," ungkapnya menilai.
"Semestinya mereka bisa masuk Pekanbaru tetapi mewakili masing-masing daerah. Menurut saya, itu tamparan telak bagi Syamsuar-Mawardi," ujar Wawan.
Dia juga menilai Syamsuar-Mawardi "memaksakan" diri untuk menjadi "orang Pekanbaru" tapi kenyataannya ditempat tinggalnya masing-masing untuk menceblos Paslon ini kalah.
Wawan juga menilai Syamsuar terlalu mengandalkan partai politik. Akibatnya, menurutnya, syamsuar luput untuk mempelajari karakter masyarakat setempat.
"Meskipun ada PKS, tapi itu tidak menjamin semuanya," ujarnya.
Wawan berpendapat, sekalipun diusung koalisi partai besar, sejumlah partai di dalamnya ada yang "mematikan mesin partai", "beralih", "mendua" atau sekadar "tidak maksimal" dalam memperjuangkan Syamsuar-Mawardi.
Jadi wawan menilai Syamsuar mendapat "pelajaran berharga" karena beberapa tokoh-tokoh penting ditinggal.
"[Syamsuar] sepertinya belum banyak belajar [untuk] menarik simpati masyarakat Riau yang kompleks ini. Mungkin saja dia masih merasa dirinya populer dimana pun dia berada," ujar Wawan.
Bagaimana tanggapan tim pemenangan Syamsuar-Mawardi atas hasil Pilkada Riau?
Ketua tim pemenangan Syamsuar-Mawardi Dr Syahrul Aidi Mazaat belum ingin berkomentar.
Walau pihaknya mengapresiasi setiap analisis dan pandangan terkait Pilkada, juru bicara tim Syamsuar-Mawardi, yang tak ingin disebutkan namanya menyebut "penting untuk meluruskan dan memberikan perspektif yang lebih luas" atas pendapat beberapa pengamat tadi.
"Upaya Syamsuar mendekatkan diri dengan salah satu elemen organisasi di Riau, sudah dilakukan dan bukanlah upaya 'pura-pura' tetapi sebuah penghormatan kepada nilai-nilai yang penting bagi warga Riau," ujar juru bicara tim SUWAI itu.
Pihak tim paslon itu juga mengatakan Syamsuar sudah membangun hubungan dengan warga Riau dengan melibatkan diri secara aktif dalam berbagai komunitas selama kampanye.
"Berdasarkan keseluruhan visi dan misi serta program Syamsuar-Mawardi, disebutkan, [SUWAI] menjadi satu-satunya pasangan calon yang menghadirkan Pancasila dan perempuan dalam program unggulannya".
Adapun mengenai pengumuman KPU Riau pada Minggu (8/12), pihak tim pemenangan mengatakan penetapan itu bukanlah akhir dari upaya Konstitusional yang bisa ditempuh dalam kontestasi ini.
"Tim hukum kami tengah menyusun upaya memperjuangkan peluang-peluang untuk tetap berada di jalur persaingan melalui mekanisme gugatan ke MK [Mahkamah Konstitusi]. Tinggal kita menunggu keputusan Paslon SUWAI apakah nanti bisa ditindaklanjuti," ujarnya.
Seperti contoh yang ditemukan pihak tim Syamsuar-Mawardi yang kemungkinan adanya ditemukan surat pemberitahuan pemungutan suara atau formulir C6 yang tidak tersebar yang menurutnya membuat tingkat partisipasi di Pilkada Riau kali ini sangat rendah.
Jadi akan memfokuskan ke hak-hak suara yang menurut pihaknya "banyak yang hilang". Tetapi Paslon Syamsuar-Mawardi sudah menegaskan telah menerima kekalahan ini dengan ihklas dan lapang dada. (*)
Tags : Politik, Riau, Pemilu 2024,