HUSNUL KAUSARIAN seorang Profesor termuda asal Riau yang kisahnya menjadi seorang guru besar membutuhkan waktu lama.
Sosok anak muda yang baru berusia 37 tahun tetapi telah bergelar profesor yang merupakan lulusan doktor di Jepang.
Husnul menyelesaikan jenjang pendidikan SMA pada 2004 lalu. Tiga tahun lulus, dia sukses menyelesaikan pendidikan Strata I jurusan Geologi Perminyakan, Universitas Kebangsaan Malaysia.
Tak puas sampai di situ, pria kelahiran Kota Dumai itu langsung melanjutkan studinya di kampus yang sama. Ia kemudian lulus tepat waktu pada 2009.
"Saya dulu lulusan SMU Plus. Setelah lulus saya sambung ke UKB mengambil Strata I dan lanjut S2 di sana lulus pada 2009. Dari sana saya mulai meniti karir," kata Husnul yang pernah dikontak ponselnya belum lama ini.
Ia menceritakan, pada 2012, Husnul muda diangkat menjadi dosen di salah satu universitas swasta di Bumi Lancang Kuning. Ia lalu memutuskan melanjutkan pendidikan doktornya di negeri Sakura, Jepang.
Di Chiba University, Husnul memilih tetap melanjutkan ke jurusan Geologi Perminyakan sesuai keilmuan jenjang S1 dan S2. Sebab, sebagai putra daerah Husnul ingin memahami betul soal pengelolaan minyak di Riau.
"Saya lihat Riau ini semua minyak, baik atas atau bawah semua minyak. Bahkan, di Kota Dumai tempat saya tinggal itu banyak sekali perusahaan-perusahaan minyak. Jadi saya memutuskan ambil bidang perminyakanlah," katanya.
Ia juga ditunjuk menjadi Direktur BUMD Pemprov Riau. Karir Husnul kian moncer setelah ditunjuk Gubernur Riau saat itu, Syamsuar pada 27 Juli 2021.
Dia ditunjuk untuk menahkodai dan membenahi perusahaan BUMD, PT Riau Petroleum.
"Tepat pengangkatan saya itu 27 Juli 2021 diminta menahkodai PT Riau Petroleum. Tugas pertama digesa untuk mendapatkan pengelolaan dana participating interest (PI).
Begitu diangkat saya dapat projek pertama untuk mendapatkan PI 10% di Wilayah Kerja (WK) Siak," katanya.
WK Siak dinilai sebagai tolak ukur hingga di 2023 berhasil mendapatkan PI 10% untuk di WK Rokan, Mahato dan sebagainya.
Tidak semudah membalikkan telapak tangan, PT Riau Petroleum akhirnya mendapatkan PI 10% atau senilai Rp 3,5 triliun.
PI 10% sendiri merupakan pembagian yang paling besar atau maksimal. Bahkan saat ini tercatat sebagai PI terbesar bidang migas.
Kini, Riau Petroleum setidaknya mendapat jatah dana PI 10% dari 6 blok di Provinsi Riau.
Keenam blok antara lain seperti WK Rokan, WK Siak, WK Mahato, WK Kampar, WK Malacca Strait, WK Bentu.
"Untuk total blok ada 6 eksisting, tapi yang aslinya ada 7. WK Selat Panjang itu kita punya saham saja," kata Husnul.
Husnul menyebut penggunaan dana PI% persen akan digunakan untuk pengembangan usaha, SDM.
Namun tidak menutup kemungkinan digunakan Pemprov Riau untuk keperluan lain sebagai pemegang saham.
"Terkait penggunaan PI 10% sesuai aturan PT kami akan melakukan pengembangan usaha, SDM," kata Husnul.
"Juga termasuk lainnya yang dirasa perlu oleh pemegang saham," sambungnya.
Meskipun begitu, perusahaan berencana 'memutar' sebagian dana tersebut untuk membentuk usaha di bidang hulu migas. Sehingga dapat membuka lapangan kerja baru bagi putra-putri di Riau.
"Semua laba bersih ini kembali lagi kepada pemegang saham. Kalau dari kita tentunya sesuai usaha kita di bidang hulu migas, itu juga semua harus sesuai persetujuan dari pemegang saham," kata Husnul.
Ia telah berkecimpung di PT Riau Petroleum, Husnul mengaku menjadi seorang akademisi tetap jadi prioritasnya.
Bahkan, hingga saat ini ia masih mengajar sebagai dosen di bidang perminyakan kampus Universitas Islam Riau. (*)
Tags : riau, husnul kausarian, profesor husnul kausarian, profesor termuda asal riau, husnul kausarian pt riau petroleum, Artkel ,