Internasional   2021/06/07 22:4 WIB

Pulau Buatan Manusia 'Untuk Alam' Bisa Menyelamatkan Masa Depan Satwa

Pulau Buatan Manusia 'Untuk Alam' Bisa Menyelamatkan Masa Depan Satwa
Menara observasi tersedia untuk pengunjung yang datang ke pulau buatan ini.

INTERNASIONAL - Marker Wadden, sebuah pulau buatan manusia di gugus kepulauan Belanda adalah tambahan terbaru dalam peta dunia. Pembuatan pulau ini dianggap cara cerdik menyelamatkan masa depan margasatwa.

Dari dermaga Lelystad, Danau Markermeer terlihat sangat tidak indah. Danau dangkal yang juga dianggap sebagai perairan daratan itu terbentang sepanjang 40 kilometer dan mengisi ruang sebesar 700 kilometer persegi di pusat Belanda. Di titiknya yang paling selatan, danau ini mencapai Amsterdam. Sementara di bagian paling utara, timur, dan baratnya, perairan ini mengalir hingga kota yang sangat jarang dikunjungi publik: Enkhuizen, Hoorn and Lelystad.

Namun di luar penampakannya yang buruk, terdapat keindahan yang tak dapat kita lihat dari tepi pantainya. Jauh dari muka danau, perairan di bagian dalam Markermeer yang hening dan bening seperti kaca merupakan pusat proyek reklamasi ambisius. Proyek itu kini menjadi kisah konservasi paling menarik di seantero Eropa.

Padahal, tiga tahun lalu konservasi itu hanya gagasan di atas kertas. Inilah Marker Wadden, lima pulau buatan manusia di Provinsi Flevoland. Saat saya berkunjung ke sana September lalu, saya ditemani pimpinan proyek itu, Roel Posthoorn. Visi Posthoorn telah mengubah bagian terdalam danau itu menjadi kantong margasatwa spektakuler, berisi rawa-rawa, kumpulan alang-alang dan lokasi pengembangbiakan berbagai jenis burung.

Berdasarkan perhitungan terakhir, sekitar 120 jenis burung telah hinggap ke kawasan ini. Terdapat angsa, burung camar, bebek eider, burung dandang, burung perandai, burung ibis sendok, dan lebih dari 2.200 sarang burung dara laut. Koloni avocet merah jambu di kawasan itu kini menjadi yang terbesar di antara koloni jenisnya di Belanda. Dengungan burung layang-layang pasir terdengar ketika Anda melalui jalanan kayu pelabuhan yang belum sempurna.

Anda dapat menghitung empat jenis kelelawar dan serangga, termasuk 170 spesies tanaman yang berbeda. Ini adalah capaian yang belum pernah terjadi dalam perbaikan lanskap terabaikan. Jejak-jejak burung di pasir yang melompat ke sisi selatan pantai membawa kami ke bagian paling alami di kepulauan ini.

Terlihat cekungan yang beberapa hari sebelum kedatangan terisi air. Armada kapal pengeruk pasir memanen lumpur, tanah liat dan cangkang biji-bijian dari dasar laut sedalam empat meter untuk membangun pulau. Sulit dipahami, itu adalah sebidang tanah terbaru di Bumi. "Selamat datang di garis pantai baru Eropa," kata Posthoorn dirilis BBC.

"Akhir minggu depan, ini akan terlihat sangat berbeda. Saat keterlibatan kami berakhir tahun depan, alam sepenuhnya akan mengambil alih. "

Keanekaragaman hayati yang saat ini hilang merupakan tantangan yang sulit dipahami sehingga solusi persoalan ini juga harus luar biasa. Posthoorn, yang juga direktur proyek Natuurmonumenten, gerakan konservasi alam nirlaba di Belanda, menyebut ide proyek ini lahir dari rasa frustrasi. Lebih dari 40 tahun yang lalu, pemerintah Belanda berencana mereklamasi pulau dari Markermeer melalui proses pengerukan ini. Tujuannya untuk menambah kualitas layak huni area Flevoland dan mengurangi tekanan kota padat penduduk di dekatnya.

Namun birokrasi dan biaya yang membengkak menghambat proyek ini saat danau diperkuat dan secara hidrologis dipisahkan dari 'saudara kandungnya' yang lebih besar, Ijsselmeer, yang dibendung dari air asin Zuiderzee tahun 1932. Pertikaian politik dan aksi saling menyalahkan pun lalu terjadi. Di sisi lain, kualitas air Markermeer dengan cepat memburuk karena hilangnya garis pantai alami, munculnya kolam lumpur, dan populasi ikan yang turun tajam. "Sebagai orang dari daerah lain, saya punya ide berani untuk menyelamatkan kawasan ini, demi meningkatkan keanekaragaman hayati," kata Posthoorn, yang berlatar belakang ilmu lingkungan dan manajemen alam.

Flevoland, sebuah provinsi buatan manusia yang hampir seluruhnya dibangun dari tanah reklamasi pada dekade 1950-an dan 1960-an, telah mengilhami Posthoorn. Sebagaimana ia katakan, sejarah Belanda yang tidak biasa dalam mengubah air menjadi tanah menyiratkan segala sesuatu mungkin terjadi.

Di Belanda, kata Posthoorn, orang-orang selalu hidup di tepi atau atas air. Yang muncul selanjutnya adalah rencana induk untuk pembuatan lima pulau indah, yang didanai lembaga pengelola lotre, Dutch Postcode Lottery. Satu dari lima pulau itu dibuka untuk pengunjung, sementara yang lainnya dibiarkan liar dan bebas.

Proyek ini memicu kerja sama yang kuat antara pemerintah daerah dan nasional, tetapi tidak selalu berjalan mulus. "Itu adalah keseimbangan sederhana antara air, pulau, dan alam, tapi saya sulit menjelaskan kepada orang-orang apa yang ada dalam pikiran saya," kata Posthoorn.

Ia yang menuntun saya ke sebuah mahkota pasir putih bersih yang terasa seperti dunia yang terpisah dari Belanda. "Saya membawa orang ke sini dengan perahu untuk menjelaskan bagaimana kita akan mulai dengan mengeruk kembali tanah dari dasar danau, tetapi mereka masih tidak bisa melihat apa yang saya bayangkan," tuturnya.

Tidak sulit bagi saya untuk memahami alasannya: tidak ada orang yang memahami gagasan bahwa pulau-pulau asli dapat eksis bersama kota-kota padat penduduk. Sekarang yang tampaknya mustahil telah berubah menjadi kenyataan di depan mata Posthoorn. Beberapa bulan yang lalu, air yang tergenang itu keruh, tak bergelombang, dan membutuhkan fosfat untuk menyokong produktivitas alami.

Sejak saat itu, garis pantai baru telah merangsang pasang surut. Tanah subur dari sedimen danau juga memicu ledakan kehidupan tanaman serta ganggang. Terlalu dini untuk menyatakan dampak permanen, tetapi kemurnian air jelas meningkat. Masa depan pun terlihat menjanjikan. Ekosistem baru ini jelas akan membantu mewujudkan pemulihan lingkungan di sekitarnya.

Sebagian besar narasi lingkungan ini bergerak menuju Taman Nasional Nieuw Land, yang didirikan pada tahun 2018. Sederet jalur irigasi, tanggul, dan habitat pesisir di pulau utama, hanya 25 kilometer dari Amsterdam yang padat wisatawan, membentuk cagar alam buatan manusia terbesar di dunia. Pulau Marker Wadden baru-baru ini masuk ke dalam perimeter taman nasional itu. Dan penjelajahan rawa-rawa pulau itu setara berkeliling taman safari. Menumpang jip berpenggerak empat roda, Anda dapat menyaksikan kuda liar, sapi, rusa, rubah, dan unggas liar.

Begitulah tingkat kepercayaan Natuurmonumenten pada Markermeer yang baru, bahwa akan lebih banyak dampak positif akan datang. Satu dekade mendatang, Toekomstbeeld 2030 akan dimulai. Ini adalah sebuah proyek kepulauan kedua di antara sisi bawah angin Marker Wadden dan semenanjung buatan dekat Lelystad, ibukota Provinsi Flevoland. "Jika saya diizinkan membangun pulau lain setelah itu," kata Posthoorn, tersenyum, "Saya akan menyerahkan sepenuhnya kepada alam untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya."

Setelah menemukan tempat pengamatan burung di pulau itu dan mengikuti jalan setapak menuju menara pengamat yang dapat diakses publik, kami bertemu Ina Adema, Wali Kota Lelystad, yang datang untuk melihat perkembangan pulau-pulau itu. Adema menggambarkan proyek tersebut sebagai batu loncatan untuk perubahan di Belanda dan di tempat lain. "Lelystad dibuat oleh masyarakat. Anda bisa melihat pulau-pulau ini sebagai langkah menuju masa depan," kata Adema menambahkan kepulauan itu dibuat oleh orang, tapi kali ini bukan untuk manusia, tetapi untuk alam.

Pertanyaannya, apakah Posthoorn bangga dengan pencapaian ini? Hanya saat diminta. Pria Belanda ini menganggap dirinya hanya penjaga pulau, bukan orang di balik kesuksean tersebut. Banyak dari yang telah ia usahakan untuk visi itu sudah terlihat jelas selama sesi jalan kaki kami. Tidak ada sama sekali jejak manusia, baik bangunan, jalan raya, papan rambu-rambu atau kabel yang berseliweran.

Setelah proyek ini selesai tahun depan, akan tersedia empat kabin yang dapat disewa publik selama aktivitas sukarela maupun pengunjung yang sekedar ingin bermalam. Sebuah laboratorium dan pusat penelitian akan dibuka menggunakan tenaga surya dan air laut tak bergaram. Satu-satunya kegiatan komersial akan dijalankan operator feri, yang akan melayani rute dari dan menuju Markermeer mulai musim semi depan. Moda transportasi ini akan menawarkan kesempatan bagi pelancong untuk berwisata dan warga Belanda untuk terhubung kembali dengan alam yang hampir hilang.

Harapan, semangat, keselamatan, semuanya ada di pulau buatan ini. Pulau-pulau ini adalah simbol bagaimana penurunan kualitas lingkungan dapat dibalik dan bagaimana kreativitas dapat menyatukan masyarakat, tidak hanya melalui program sukarela, tetapi juga dengan mendorong merekak datang dan merasakan pengalaman yang tidak dapat mereka miliki di tempat mana pun di Eropa. Pulau-pulau itu ganjil tapi istimewa, seolah-olah beberapa dewa gila telah memindahkan surga Samudra Hindia ke tengah Belanda. Namun bukan itu intinya. Anda tidak baru saja tiba di Marker Wadden. Anda melakukan perjalanan menuju sebuah ide, ke masa depan yang jauh lebih terang, lebih berani.

Tags : Pulau Buatan Manusia, Pulau Marker Wadden, Belanda, Pulau Untuk Alam, Pulau Untuk Menyelamatkan Masa Depan Satwa,