Pekanbaru   2022/02/06 13:29 WIB

Puncak Covid-19 Bakal Terjadi Akhir Februari dan Maret, Walikota Firdaus Minta Disiplin 5 M

Puncak Covid-19 Bakal Terjadi Akhir Februari dan Maret, Walikota Firdaus Minta Disiplin 5 M
Walikota Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT minta disiplin 5 M ditingkatkan.

PEKANBARU - Prediksi puncak Covid-19 bakal terjadi akhir Februari dan Maret 20222. Sejumlah daerah terutama Kota Pekanbaru mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Pemerintah pun telah menyiapkan sejumlah langkah mitigasi untuk mengantisipasi puncak infeksi Covid-19ini. Diantaranya melakukan akselerasi vaksin, penegakan protokol kesehatan lebih masif, hingga persyaratan masuk ke tempat publik hanya yang sudah divaksinasi 2 kali.

Seperti disebutkan Walikota Pekanbaru, Dr H Firdaus ST MT juga menyikapi puncak pandemi Covid-19 bakal kembali terjadi awal tahun ini.

"Puncak Covid-19 bakal kembali terjadi pada awal Maret 2022."

"Penyebaran wabah Covid-19 mulai bangkit pasca perayaan Natal dan tahun baru 2022 kemarin. Mulai dari Natal, tahun baru, Imlek, akan kelihatan puncaknya pada akhir Februari dan awal Maret," kata Firdaus, Sabtu (5/2/2022). 

Pada awal tahun baru 2022, kasus Covid-19 sempat nihil. Kalaupun ada, hanya satu atau dua kasus dalam sepekan.  "Awal Februari, ada 25 kasus. Kasus covid-19 didominasi klaster rumah tangga," ungkap Firdaus. 

Menurutnya, beberapa hari sebelumnya, kasus Covid-19 sempat mencapai 31 orang. Kasus ini paling banyak di Kecamatan Payung Sekaki.  "Ada yang satu rumah enam orang dan satu rumah lagi empat orang. Diduga, mereka tertular covid-19 usai pulang hari raya.

Tetapi Firdaus melihat berdasarkan hasil pelacakan kontak (tracing), tidak ada warga Pekanbaru yang berkontak dengan keluarga tersebut. Keluarga itu tertular dalam perjalanan dari kampung halaman ke Pekanbaru.

Namun Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama MPH Ph.D, sependapat dengan prediksi tersebut. Meski begitu lonjakan tersebut jangan diartikan akan setinggi gelombang kedua saat varian Delta menyerang karena dugaannya mungkin tidak akan mencapai setinggi gelombang kedua.

“Tetapi kemungkinan mendekati gelombang pertama itupun dengan hospitalisasi yang lebih rendah karena omicron cepat menular namun tingkat keparahannya dibawah Varian Delta,” ujarnya, Selasa (18/1) kemarin.

Menurut Bayu, beberapa daerah lain terutama kota-kota yang menjadi destinasi wisata dan daerah dengan mobilitas antar daerah tinggi perlu bersiap. Daerah-daerah tersebut perlu untuk meningkatkan kembali kemampuan 3Tnya yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment) dan melakukan isolasi terpusat.

“Hal ini dikarenakan daerah dengan mobilitas tinggi seperti daerah tujuan wisata mempunyai potensi terjadi peningkatan kasus akibat peningkatan mobilitas saat libur Natal dan Tahun Baru beberapa waktu lalu," ungkapnya.

Terkait percepatan vaksin ke-3 (booster) untuk mengatasi varian Omicron, Bayu menilai belum bisa melihat efeknya karena baru saja dimulai dan masih belum tinggi cakupannya sehingga ada kemungkinan belum terlihat efek dari booster dalam 1-2 bulan ini.

Baginya yang paling penting saat ini bukan soal booster tetapi bagaimana memperluas cakupan yang belum mendapatkan dosis lengkap terutama untuk kelompok rentan dan anak-anak.

Dengan kemungkinan lonjakan yang terjadi apakah akan menunda PTM di sekolah-sekolah, Bayu menandaskan hal tersebut tergantung dari sejauh mana kemampuan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan dalam merespons peningkatan kasus Covid-19 dan kasus yang terjadi di sekolah, "jika dimungkinkan muncul kasus di sebuah sekolah kemudian hanya dilakukan penutupan tanpa disertai penyelidikan detail dan evaluasi masalahnya maka bisa dipastikan tinggal menunggu waktu PTM di banyak sekolah akan ditunda," katanya.

“Sampai saat ini belum terlihat langkah pemerintah terkait menentukan masalah PTM ini jika ada kasus positif Covid-19 muncul disana, apakah disebabkan di sekolah? Atau karena murid? Protokol Kesehatan yang kurang ketat atau masalah lainnya,” sebutnya.

Bayu menyebut jika lonjakan benar terjadi nantinya di bulan Februari-Maret maka pembatasan melalui peningkatan level PPKM mungkin akan terjadi meskipun tidak sampai level tertinggi. Kebijakan ini tentu memerlukan kerja sama baik antara masyarakat dan pemerintah.

"Pemerintah perlu meningkatkan 3T dan masyarakat jika masih ingin beraktifitas leluasa seperti saat ini maka mau tidak mau harus membantu dengan menjaga 5M."

"Masyarakat setidaknya kembali menegakkan pemakaian masker secara disiplin. Sedangkan terkait pelarangan untuk mereka yang melakukan perjalanan dari luar negeri dirasa tidak perlu selama proses karantina bisa diperbaiki sehingga tidak terjadi kebocoran penularan saat karantina."

“Karena semua orang yang bepergian atau datang dari luar negeri sudah divaksin dosis lengkap sehingga relatif lebih aman, tinggal proses karantinanya yang lebih ketat. Yang penting lainnya adalah menyampaikan pemahaman kepada masyarakat yang akan ke luar negeri bahwa kondisi di luar negeri saat ini lebih berbahaya dibandingkan Indonesia sehingga mereka harus lebih berhati-hati," jelasnya.

Melihat angka cakupan vaksinasi sekarang ini jauh lebih baik maka kemungkinan tingkat kekebalan masyarakat juga lebih baik. Memperbandingkan saat gelombang kedua melanda maka bisa diperkirakan kemungkinan lonjakan hospitalisasi tidak akan terjadi seperti di gelombang kedua.

“Saya kira maing-masing tahu risiko, karena itu tetap lakukan 5M dengan disiplin. Contoh jika memang ada komorbid maka segera dapatkan vaksin dosis lengkap dan berhati-hati saat di tempat umum terutama pemakaian masker dan lakukan pemeriksaan kesehatan rutin," imbuhnya.(*)

Editor: Syamsul Bachri

Tags : Puncak Covid-19, Pemko Pekanbaru Antisipasi Puncak Covid-19, Walikota Firdaus Minta Disiplin 5 M Ditingkatkan,