"Nilai dan norma (kebiasaan) adat yang dilakukan oleh etnis Batak Toba sebagai terbentuknya solidaritas sosial mereka ketika merantau di Riau"
agaimana solidaritas masyarakat Batak di Riau yang terus mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk solidaritas sosial dan menjelaskan tipologi solidaritas sosial mereka. Menyinggung tentang solidaritas sosial ini, Ir Mangasa Panjaitan MSi, Sekretaris Umum Punguan Raja Panjaitan Dohot Boru [PRPB] Riau menjelaskan dalam kesehari-hariannya.
Dia menjelaskan tentang wujud solidaritas sosial masyarakat Batak berupa intensitas hubungan antara sesama daerah asal dan gotong royong dalam berbagai kegiatan seperti kegiatan pernikahan, kelahiran, kematian dan kegiatan ketika warga sakit.
Menurutnya, ada beberapa unsur yang menjadi dasar pembentuk solidaritas sosial masyarakat Batak Toba di Riau, semangat kedaerahan dan primordialisme, perasaan senasib dan rasa empati, kebersamaan (saling memberi informasi dan memperluas networking atau jaringan sosial.
"Tipologi solidaritas sosial masyarakat Batak sudah menjadi solidaritas mekanik yang memiliki sikap solidaritas yang tinggi. Ini semua karena Batak masih menjalankan dan melestarikan nilai-nilai budaya serta kegiatan adat seperti halnya di kampung halaman di Sumatera Utara [Sumut]," kata Mangasa dalam penjelasannya itu.
Dia berujar dan menggambar filosofi sejarah kehidupan sosial orang Batak dalam era sejak tahun 1970 di Riau. Dimana seseorang tentunya mempuyai cita-cita, keinginan dan pengharapan. Keinginan untuk mengubah hidup lebih baik.
"Inilah yang membuat orang orang di daerah banyak yang pergi merantau ke ibu kota untuk mengubah nasib mereka. Adanya kepercayaan bahwa merantau menjadi salah satu cara dalam mengubah hidup menjadi lebih baik membuat seseorang berkeinginan untuk pindah dari tempat asalnya ke kota yang menurutnya mempunyai peluang lebih baik, kemudian tidak sedikit dari mereka yang akhirnya memutuskan untuk menetap di kota."
Banyak hal yang membuat seseorang untuk pergi dari kota kelahirannya menuju tempat lain yang menjanjikan, diantaranya tradisi dan budaya dari suatu kelompok etnis, ekonomi, tuntutan hidup, membantu orangtua serta keluarga, menyukai tantangan dan lain sebagainya," katanya lagi.
Perjalanan hidup
Umumnya sebagaian besar orang Batak memang sudah biasa merantau. Mereka bisa pergi dan tinggal dimana saja. Lalu bagaimana solidaritas masyarakat Batak Toba serta unsur-unsur solidaritas tersebut?.
Seperti dirilis Jakarta Netralnews.com menuliskan tentang sekelumit perjalanan hidup orang Batak, dimana tindakan seseorang di dalam kehidupan tidak terlepas dari nilai dan norma. Seperti orang Batak yang meyakini nilai dan norma sebagai pandangan hidup atau pedoman mereka dalam melakukan sesuatu. Kemudian hal tersebut melekat dan mendarah daging pada individu maupun kelompok.
Nilai dan norma (kebiasaan) adat yang dilakukan oleh etnis Batak Toba sebagai terbentuknya solidaritas sosial mereka ketika merantau di Riau
Tetapi seperti disebutkan seorang kerabat yang juga telah merantau hingga puluhan tahun di Riau, M Tandi Sihombing yang kelahiran Tapanuli Utara ini menambahkan bagi masyarakat etnis Batak dalam adatnya mempunyai nilai dan norma yang dipercayai sebagai pedoman hidupnya.
Menurutnya, yang menjadi hal unik dari masyarakat etnis Batak adalah walaupun mereka merantau dan tidak tinggal di kampung halaman, mereka tetap melestarikan, menjalankan serta melaksanakan kegiatan adat istiadatnya.
Interaksi sosial yang terbangun para pengurus PRPB Riau terus membangun komunikasi.
"Tentunya untuk melaksanakan serta melestarikan adat di tanah rantau, masyarakat Batak Toba tidak bisa menjalankannya secara individu, melainkan mereka harus bersama-sama dan berkelompok. Kemudian adaptasi sangat diperlukan oleh para perantau yang merantau di Riau."
"Adaptasi itu ya seperti menunjukkan dengan interaksi sosial yang terbangun diantara mereka. Bagi mereka membangun komunikasi sesama etnis merupakan suatu kewajiban," kata Tandi.
Membentuk paguyuban-paguyuban merupakan salah satu cara orang Batak untuk dapat menjaga hubungan etnis, kemudian bagi mereka menjalankan dan melestarikan nilai, norma dan kegiatan adat leluhur di Riau tidak dapat berjalan dengan sempurna tanpa adanya penyatuan individu-individu yang beretnis Batak itu sendiri, "sehingga, oleh karenanya rasa solidaritas yang tinggi dan nilai, norma serta kegiatan adat leluhur tetap dapat dilestarikan dan jalankan di daerah Melayu ini," ujarnya.
Bagaimana wujud solidaritas masyarakat Batak di Riau?
Etnis Batak sendiri merupakan suku ketiga setelah Jawa dan Sunda yang penduduknya terbanyak di Indonesia. Dengan penduduk berjumlah 95.217.022 atau 40,22% untuk Jawa dan 36.701.670 atau 15,5% untuk Sunda. Sementara Batak urutan ketiga dengan jumlah penduduk sebanyak 8.466.969 atau 3,58% di tahun 2010, data tersebut berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik) 2010 dalam kategori suku bangsa.
Untuk melihat bagaimana wujud solidaritas sosial masyarakat Batak di Riau beserta unsur-unsur pembentuk solidaritas masyarakatnya seperti salah satu Paguyuban Punguan Raja Panjaitan Dohot Boru [PRPB] Riau yang telah dibentuk dan dilantik pada Juli 2021 lalu, melalui Sekretaris Umum PRPB Ir Mangasa Panjaitan mendeskripsikan dan menganalisa solidaritas sosial salah satu suku yang ada di Riau.
Memulai aktivitasnya dengan tujuan didirikan PRPB Riau, Ketua Umum Drs Friando Panjaitan MSi (kanan), Sekretaris Umum Ir Mangasa Panjaitan MSi, Bendahara Umum Lukman Panjaitan dan Ketua Bidang Pemberdayaan Ekonomi/UMKM Robert Rojeki Panjaitan melakukan pertemuan dengan Komisaris PT PIR Marthin Philip Sinurat, berbincang tentang peluang usaha yang akan dibuka PRPB Riau dalam rangka peningkatan kesejahteraan anggota, Selasa (5/10/2021).
Kemudian dia menjelaskan didalam paguyuban itu untuk terus meperkuat rasa solidaritasnya juga tempat tinggal yang menetap di Riau, akan tetapi mereka tidak melupakan adat istiadat dan tetap melestarikan serta mempertahankan nilai-nilai budaya yang mereka anggap sangat bernilai dan layak untuk dilestarikan.
"Seperti kegiatan sosial yang dilakukan secara bersama, yaitu solidaritas kerabat dalam berbagai bidang. Menyusun struktur keanggotaan di PRPB sebagai azas kekeluargaan. Solidaritas sosial yang dilakukan dalam paguyuban dari kegiatan-kegiatan sosial, maka terbentuk sistem gotong royong, tolong menolong pada aktivitas di bidang kematian dan perkawinan."
"Walaupun adanya pengaruh perkembangan era globalisasi yang sangat modern tetapi kebersamaan di dalam prilaku tolong menolong yang mengikat anggota dalam satu ikatan kekerabatan suku Batak tetap terpelihara sampai sekarang karena masyarakat Batak di sini terdiri orang-orang tua, tokoh-tokoh agama sangat mendukung dalam melaksanakan kegiatan adat," sebutnya.
Dia pun mencontohkan kebersamaan dan solidaritas di PRPB yang terus memperkuat Kebhinekaan. "Kami sudah mengeluarkan surat undangan kepada seluruh anggota yang ada di daerah-daerah dimana pada hari Selasa tanggal 19 Oktober 2021 akan melakukan peresmian kantor PRPB Riau, Syukuran, sekaligus Pelaporan Pertanggungjawaban dan Pembubaran Panitia Pelantikan PRPB, serta Pemaparan dan Penetapan Rencana Usaha (Koperasi) yang dibentuk," jelasnya.
Surat Undangan
Ini adalah contoh aktivitas paguyuban yang dibentuk dalam aktivitasnya yang tetap solid, saling menghormati satu sama lain, saling membantu dan saling menyayangi satu sama lain.
Dia juga kembali menyinggung kekerabatan masyarakat Batak Toba di perantauan yang tak lepas dari Serikat Tolong Menolong (STM) dari toga Punguan Raja Panjaitan. Di mana para anggota didalamnya ada yang berjuang menjadi pekerja di berbagai perusahaan di Riau dan ada juga yang sedang mempertahankan nilai adat mereka melalui Dalihan Na Tolu.
Menjamin Kenyamanan dan Keamanan keragaman suku dan agama
Seperti disebutkan Gubernur Riau [Gubri] Drs H Syamsuar MSi baik pada masa dirinya menghadapi suksesi untuk menjadi orang nomor satu di Riau telah melontarkan kalimat jaminan kenyamanan dan keamanan keragaman suku dan agama di Riau dan menghargai kerukunan umat beragam dan merangkul semua etnis dalam mengisi pembangunan.
Di jalan Riau Ujung, Simpang Jalan Karya Indah, Kelurahan Tampan, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru Gubernur Riau Syamsuar mendapat dukungan 400 kepala keluarga dari masyarakat Batak dan mendapat ulos.
"Masyarakat Batak mendukung berbagai program yang dilontarkan dan kami melihat Gubernur Syamsuar adalah bapak pemimpin yang Nasional tanpa membedakan suku dan agama," kata penduduk setempat Tarigan.
Gubernur Syamsuar melontarkan kalimatnya menjamin kenyamanan dan keamanan keragaman suku dan agama di Riau yang sudah menjadi tanggungjawab seorang pemimpin.
Menurutnya, keberagaman merupakan kekuatan negeri dan harus dipelihara. "Jadikan keberagaman untuk lebih maju, membangun Riau lebih baik lagi," ungkapnya.
Dalam orasi politiknya, Syamsuar juga menawarkan pembangunan ekonomi kerakyatan yang mandiri, Yakni dengan melakukan pelatihan wirausaha dan pemberian modal kepada usaha kecil. Selain itu Gubri juga memiliki program pendidikan dan kesehatan gratis. Pemimpin Riau ini juga meminta masyarakat Batak yang berdomisili di Riau, ikut memperkuat kebhinekaan Riau menjadi kekuatan.
"Hanya ada dua pilihan, apakah kita akan tercerai berai atau akan membawa kesatuan dalam membangun bangsa dan membangun Provinsi Riau," kata Syamsuar dalam pada kesempatan pertemuan dari berbagai elemen suku seperti pada acara yang digelar Kerukunan Masyarakat Batak Riau itu.
Gubernur pun mendapat Ulos sebagai bentuk kekerabatan warga Batak dengan Gubernur Syamsuar. tetapi Gubernur tetap mengapresisasi pelestarian kebudayaan Indonesia salah satunya kepada masyarakat Batak.
Dia menjelaskan suku Batak merupakan salah satu suku bangsa yang menonjol dalam mendukung pembangunan di Indonesia termasuk Riau. "Maka tidak heran jika didalam setiap kegiatan-kegiatan diselenggarakan memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Tetapi mampu menjadi kalender tahunan pariwisata," kata Gubernur.
Gubernur Riau Drs H Syamsuar di beri Ulos
Menyikapi ini kembali disebutkan dari tanggapan Mangasa Panjaitan, Sekretaris Umum PRPB ini, Ia menilai Gubernur Syamsuar terlihat konsisten membina keberagaman dan kedamaian suku budaya Indonesia di Provinsi Riau, khususnya masyarakat Batak.
"Hampir seluruh suku budaya Indonesia mampu bertahan dan bersinergi dengan masyarakat Riau. Ini merupakan hasil konsisten Gubernur Riau dalam merawat dan membina keberagaman suku budaya di Riau," kata Mangasa menyikapi selama ini yang ada di tanah Melayu.
Ia pun berharap kerja sama budaya yang selama ini terjalin baik di Riau terus terpelihara dan semakin menjadi lebih baik. "Jangan biarkan perbedaan memunculkan konflik, tetapi saling berpegang tangan guna mempererat persaudaraan dalam membangun NKRI, khususnya Riau. Semoga keberadaan masyarakat Riau asal Sumatera Utara mampu memberikan kontribusi nyata untuk kemajuan Riau," kata Mangasa dalam komentarnya di group PRPB seiring Indonesia memasuki moment peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Oktober 2021 kemarin. (rp.sdp/*)
Tags : Punguan Raja Panjaitan Dohot Boru, PRPB Riau, Sorotan, Paguyuban Warga Batak Perkuat Kebhinekaan, Warga Batak Kedepankan Solidaritas Sosial,