JAKARTA - Kemunculan fandom K-pop berupa akun @aniesbubble di media sosial X pada masa kampanye Pilpres 2024 disebut pengamat politik "mengejutkan" karena belum pernah terjadi pada pemilu-pemilu sebelumnya.
Seperti dirilis BBC News Indonesia, ada sejumlah pihak menilai kehadiran para Kpopers- sebutan bagi para penggemar K-pop - tak akan lama karena sebatas penggembira, tapi ada juga yang meyakini mereka bakal menjadi gerakan politik seperti di Cile, Filipina, dan Amerika Serikat.
Pasalnya jumlah penggemar K-pop di Indonesia sangat besar dan terkenal karena militansinya sehingga akan berpengaruh pada perolehan suara.
Lalu apa yang melatari dibuatnya akun @aniesbubble dan sebesar apa kekuatan fandom K-pop dalam membuat gerakan politik?
Siapa di balik akun @aniesbubble?
Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan terus menjadi sorotan hingga trending di TikTok dan X dalam beberapa hari belakangan.
Potongan-potongan videonya yang sedang siaran langsung di kereta, mobil, atau hotel bertebaran setelah diunggah ulang oleh akun-akun lain.
Tapi di video-video yang viral tersebut tak ada satupun yang membicarakan visi misi atau janji politik. Hanya interaksi tanya-jawab dari penonton yang menyaksikan siaran langsung.
Semisal jawaban sederhana Anies saat ditanya soal skripsi, kehilangan sosok ayah, dan beratnya menjadi guru pendidikan anak usia dini.
Juga momen bagaimana gapteknya Anies mematikan siaran langsung di TikTok atau kebingungannya ketika ditanya 'kacamata etalase berapa' - pertanyaan yang biasa muncuk di TikTok Shop.
Hingga pada Jumat (29/12) sebuah akun @aniesbubble di X yang menggunakan emoji burung hantu dan memakai bahasa Korea mengejutkan warganet.
Kehadiran akun tersebut dianggap bahwa Anies Baswedan berhasil menarik hati penggemar K-pop yang diklaim dari kalangan Gen Z.
Sebutan untuk capres nomor urut 1 ini pun bermunculan. Ada yang menyebut Park Ahn Nis, Anies Ahjussi, hingga Anies Appa.
BBC News Indonesia mewawancarai pemilik akun @aniesbubble dan bertanya apa yang melatarinya 'mempromosikan' capres nomor urut 1 tersebut.
Dari pengakuannya, semua berawal dari iseng.
"Awalnya saya iseng saja dan sebagai Kpopers sudah terbiasa mengelola fan account untuk promosikan idol favorit saya di X," ujar pemilik akun @aniesbubble kepada BBC News Indonesia seraya berpesan agar identitasnya tidak dibuka demi melindungi privasi.
Hanya saja jauh sebelum itu, mahasiswi di salah satu universitas ini mengaku sudah memantau keramaian debat capres-cawapres di media sosial.
Waktu itu menurut dia, Anies tampil 'cerdas' dalam menjawab pertanyaan dari lawannya sampai-sampai muncul tagar #lethimcook, #aniesbaswedan, #cooking.
Selain juga karena mantan Gubernur DKI Jakarta ini dianggap pas menjadi panutan dan punya prestasi.
"Saya lihat satu-satunya yang paling cocok sama saya dan paling sedikit kekurangannya Pak Anies."
Sebagai generasi Z dan pemilih pemula, ia merasa apa yang dilakukannya dengan membuat akun @aniesbubble adalah 'jalan baru untuk politik anak-anak Gen Z'.
Pasalnya banyak teman-teman seumurannya yang tak tertarik pada isu-isu politik karena dikira menakutkan.
Ia ingin mengubah pandangan itu sebab bagaimanapun katanya, mereka adalah bagian dari masyarakat Indonesia.
Dari situlah dia mencoba meng-Kpopfication Pilpres 2024 agar Gen Z mau terlibat atau setidaknya kata dia, "kepo sedikit".
"Soalnya pemikiran mereka politik seram, tapi nggak bisa begitu dong karena kita masyarakat Indonesia dan perlu tahu politik apalagi ini menyangkut pemilihan presiden."
"Jadi saya lebih mengimbau Gen Z memilih dengan bijak dan kritis."
Walaupun secara pribadi dia mengaku cocok dengan Anies Baswedan tapi pilihannya belum final.
Dia berkata, masih bisa berubah haluan pada hari pencoblosan.
Itu mengapa, ia tak pernah mengompori teman-temannya untuk memilih capres nomor urut 1 tersebut.
Hingga Rabu 3 Januari 2024 jumlah pengikut @aniesbubble mencapai 102.964 hanya dalam hitungan hari.
Beberapa pihak ada yang menuduhnya sebagai buzzer bayaran tapi itu disanggahnya.
Sebab sampai sekarang tak ada satupun timses Anies-Muhaimin yang mengontak dan mengajaknya bergabung.
"Ada yang akun anonim yang bilang kalau dikasih Rp1 miliar untuk promosikan paslon lain mau atau tidak? Saya jawab tidak mau, money is not everything..."
Penggemar K-pop sejak tahun 2017 ini berkata belum terpikir apakah @aniesbubble bakal menjadi gerakan politik pada Pilpres 2024 seperti di negara-negara lain.
Yang pasti, katanya, tidak mudah membuat fandom K-pop terjun ke urusan politik kalau tak ada kegentingan.
Kendati sudah ada beberapa Kpopers yang mengajaknya ikut serta mengirim food truck ke acara 'Desak Anies' untuk memeriahkan acara.
"Cuma beberapa orang bisa membuat fandom [Kpopres] terjun ke [gerakan politik], kecuali pasangan calonnya itu harus punya kriteria yang bagus..."
"Kalau kriteria calonnya ini jelek atau kurang, tidak bisa dijadikan panutan atau fanbase."
Seperti apa gerakan politik Kpopers?
Dosen Bahasa dan Kebudayaan Korea di Universitas Indonesia, Eva Latifah, mengatakan apa yang dilakukan pemilik akun @aniesbubble menunjukkan sekaligus membantah prasangka serta komentar bahwa Kpopers adalah orang-orang yang galau, tidak punya pendirian, atau remaja labil.
Dari pengamatannya, Kpopers di Indonesia berasal dari beragam latarbelakang usia, pendidikan, dan pekerjaan.
Mereka, sambung Eva, punya literasi dan pendidikan akademik yang baik serta memiliki kepedulian sosial tinggi.
Ia mengambil contoh fandom BTS yang tidak asal menjadi penggemar boyband tersebut karena sedang tenar di dunia.
Tapi ARMY -sebutan untuk fans BTS- akan melihat dulu performa mereka, lagu-lagunya, dan pesan yang diangkat dalam lagu mereka apakah sejalan dengan kehidupannya.
"Jadi Kpopers ini tidak bisa dilihat hanya sebagai anak-anak yang asal suka, mereka punya pertimbangan dan logika tertentu dan terbawa ketika membuat gerakan dalam fandomnya," ujar Eva Latifah.
Di Indonesia, Kpopers muncul sejak tahun 2000-an.
Dilansir dari unique authors, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penggemar K-pop terbesar di dunia pada 2021.
Itu artinya, kata Eva, Kpopers mempunyai kekuatan untuk mendorong suatu isu.
Di sana, Kpopers menyatakan dukungan kepada calon presiden Gabriel Boric. Mereka lantas membuat gerakan di media sosial seperti meme dan kampanye online.
Sokongan diberikan didasari oleh gagasan yang diusung politikus sayap kiri tersebut sejalan dengan mereka yang menggaungkan kesetaraan dan kesejahteraan sosial.
Saat penghitungan, politikus Gabriel Boric menang telak dengan perolehan suara 56% .
Antropolog digital yang juga fandom ARMY, Karlina Octaviany, menceritakan saat itu muncul gerakan 'ARMY For Leni' -yang maju sebagai calon presiden di Pilpres 2022.
Pasukan ARMY, sambungnya, memutuskan terjun ke politik karena ingin melawan putra mantan diktator Ferdinand Marcos agar tidak kembali berkuasa.
Mereka lantas membuat kampanye online yang membedah program serta visi misi para capres serta memobilisasi seruan dengan tagar tertentu seperti #armyforleni.
Sayangnya, ujar Karlina, satu-satunya kandidat perempuan itu kalah dari Ferdinand Marcos Jr.
Kampanye ini mencuat setelah dipicu kematian seorang pria kulit hitam George Floyd oleh petugas polisi.
Di media sosial, Kpopers membuat tren dengan tagar #AllLivesMatter, #BlueLivesMatter, dan #WhiteLivesMatter.
"Narasi yang disampaikan menentang supremasi kulit putih dan operasi," jelas Karlina.
Dan yang tak terlupakan ketika fans K-pop mengganggu kampanye Donald Trump di tahun 2020.
Pasalnya anak-anak K-pop memborong tiket kampanye Trump secara online namun tidak ada yang datang.
Apakah Kpopers di Indonesia akan menggalang gerakan politik ke salah satu capres?
Karlina Octaviany mengatakan percakapan di antara para Kpopers terkait kehadiran akun @aniesbubble masih sebatas hiburan.
Anies, katanya, hanya dikesankan seperti idol Korea -mirip seperti yang mereka lakukan pada penyanyi dangdut Nassar beberapa waktu lalu.
Belum ada gagasan untuk menyatakan dukungan ke salah satu capres, klaimnya.
"Ini tuh halu-halu aja - seakan-akan [Anies] idol Korea - sampai dibikin light stick dan merchandise. Tapi bukan untuk dijual, cuma desain-desain aja."
Beberapa Kpopers bahkan sambungnya, ada yang tetap mengingatkan bahwa Anies Baswedan tetap seorang tokoh politik yang harus dikritisi.
"Jadi sebutan Park Ahn Nis itu tuh bercandaan... tapi kalau diterjemahkan sebagai dukungan politik belum tentu. Jadi jangan kege-eran Pak Aniesnya."
Karlina juga berpesan kepada pendukung pasangan calon capres-cawapres lain agar tidak ikut-ikutan merundung para Kpopers di media sosial hanya karena kemunculan akun @aniesbubble.
Sebab bagaimanapun mereka punya hak suara dan kemungkinan pendukung paslon lain.
Kalau berkomentar jahat dan membully, maka bisa jadi Kpopers meng-cancel capres yang diusung para pendukung tersebut.
"Misal nih salah satu paslon pernah menghina Kpopers akan diungkit terus."
Dosen Bahasa dan Kebudayaan Korea di Universitas Indonesia, Eva Latifah, setuju.
Ketimbang bertengkar dengan Kpopers, para pendukung capres-cawapres sebaiknya membangun komunikasi atau kampanye yang tidak menjatuhkan sehingga menarik Gen Z dan fandom K-pop.
"Karena mereka [Kpopers] bisa baca kalau narasinya menyerang atau menjatuhkan. Yang ada jadi bumerang dan membuat Kpopers makin solid."
Satu hal yang membuat Kpopers kepincut pada Anies, menurut dia, karena punya kesamaan dengan idol Korea.
"Anies ketika bertutur sangat baik, dan itu diperhatikan karena dari beberapa lagu yang disukai Kpopers liriknya puitis. Jadi relate."
Apa langkah para timses capres menggaet suara Gen Z?
Pengamat politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aisah Putri Budiatri, mengatakan pemilih usia muda [dalam rentang 20-30 tahun] bakal menjadi 'kunci yang menentukan' di Pilpres 2024.
Jumlah mereka diperkirakan mencapai 56% dari total pemilih atau sekitar 114 juta orang.
Untuk menggaet perhatian pemilih muda dan pemula, menurutnya, para timses capres-cawapres harus mengubah strategi kampanye dengan 'me-relate-kan diri seperti yang disukai para pemilih'.
Contohnya seperti yang dilakukan Anies yakni siaran langsung di TikTok mirip dengan idol Korea.
"Kalau di Pilpres 2019 konten lebih banyak memakai influencer, sekarang kampanyekan si calon. Misal bikin konten sendiri, live di TikTok, jadi bukan orang lain yang mengkampanyekan kandidat."
"Anak muda tertarik dengan yang punya gaya seperti yang mereka lakukan."
Dari tiga kandidat capres-cawapres, baru Anies Baswedan dan Mahfud MD yang siaran langsung dan berinteraksi dengan penontonnya di TikTok.
Capres dan cawapres lain melakukan siaran langsung juga, tapi tidak ada interaksi langsung. Hanya menayangkan apa yang si kandidat lakukan ketika kampanye di masyarakat.
Komandan Tim Fanta Digital TKN Prabowo-Gibran, Arif Angga, mengatakan semua platform media sosial yang dipakai untuk kampanye.
Di TikTok dan Instagram, timses akan menungguh cuplikan-cuplikan video kunjungan Prabowo dan Gibran.
Hal lain, mengunggah pernyataan-pernyataan serta program yang dikemas kreatif untuk disebar ke akun-akun resmi pendukung.
Tapi apakah Prabowo atau Gibran akan mengikuti jejak Anies dan Mahfud siaran langsung di TikTok, Arif berkata belum bisa memastikan.
Ia mengeklaim kampanye seperti itu kurang efektif.
"Itu bukan suatu hal yang wah banget, bukan ilmu baru juga.. biasa saja," imbuh Arif Angga kepada BBC News Indonesia.
Salah satu kampanye digital yang saat ini digenjot adalah foto bersama capres-cawapres lewat aplikasi yang dibuat khusus: fotober2.ai.
Di aplikasi itu warga bisa berfoto bersama menggunakan teknologi kecerdasan buatan.
"Kita baru launching seminggu lalu dan sudah dipakai 120.000 pengguna. Diharapkan secara digital meningkatkan kedekatan dengan pemilih muda untuk bisa bareng foto Prabowo dan Gibran."
Deputi Kanal Media TPN Ganjar-Mahfud, Karaniya Dharmasaputra, mengatakan pihaknya sengaja mendorong cawapres Mahfud MD untuk berinteraksi langsung dengan penonton di TikTok karena berdasarkan data analisis yang dimiliki TPN anak-anak muda suka dengan sikapnya tegas dan apa adanya.
Siaran langsung perdana Mahfud di TikTok pada malam tahun baru kemarin disaksikan 1.400 orang.
Nantinya kampanye dalam bentuk ngobrol langsung seperti itu akan dilakukan rutin.
"Ada program namanya Prof Mahfud selesai... anak-anak muda boleh tanya apa saja, tidak ada pembatasan. Mau tanya soal sepak bola boleh, hukum, atau mengkritik monggo," ujar Karaniya.
Selain Mahfud interaktif di TikTok, capres Ganjar Pranowo akan tetap blusukan ke desa-desa dan kampung-kampung untuk mendengar langsung aspirasi warga.
Diharapkan program yang dibikin, katanya, sejalan dengan keresahan masyarakat.
Sementara itu, Anggota Badan Pekerja Anies-Muhaimin (Baja AMIN), Willy Aditya, menyebut siaran langsung di TikTok memang menjadi strategi utama mereka.
Di sana, calon pemilih bisa benar-benar mengenal dan merasakan sosok seorang calon. Tidak sekadar mengenal gagasan melainkan juga secara emosional.
Ia mengeklaim siaran langsung Anies menjadi versi lain dari gaya kampanyenya selama ini.
"Karena hanya beliau yang mampu memberikan ruang bagi publik untuk memblejeti dirinya tentang apapun. Inilah alasan kami mengambil strategi live di TikTok."
Kendati demikian timses Anies-Muhaimin tidak secara spesifik menyasar anak muda kala bersiaran langsung.
Willy mengatakan siapa saja entah tua ataupun muda selama menjadi calon pemilih menjadi target mereka.
Dia juga memastikan kemunculan akun @aniesbubble tidak terkait dengan timses. Ia malah bersyukur atas kehadiran akun tersebut yang disebutnya merupakan 'sumbangsih tulus dari para pendukung AMIN'.
"Ini menjadi bukti kehadiran Anies diterima dan menjadi harapan baru terutama anak-anak muda, khususnya Kpopers."
"Kami harap dukungan akan terus mengalir dan menjadi gelombang yang terus membesar seperti snowball sampai 14 Februari nanti".
Tags : aniesbubble, pilpres 2024, aniesbubble ramaikan kampanye, fandom K-pop gerakan politik, Media sosial, Kaum muda, Politik, Pemilu 2024,