Teknologi   2023/05/31 10:47 WIB

Revolusi Industri Mulai Ancam Tenaga Manusia, 'karena Kecerdasan Artifisial dari Alat Tenun Mekanis Hingga Microchip'

 Revolusi Industri Mulai Ancam Tenaga Manusia, 'karena Kecerdasan Artifisial dari Alat Tenun Mekanis Hingga Microchip'
ilustrasi robot ambil alih pekerjaan manusia.

TEKNOLOGI - Banyak orang khawatir kecerdasan artifisial (AI) akan menggantikan pekerja manusia, namun para ahli mengatakan ada beberapa pekerjaan yang tidak akan diambil alih oleh komputer — setidaknya untuk sementara waktu.

Sejak awal revolusi industri, selalu ada ancaman bahwa mesin yang baru diciptakan – dari alat tenun mekanis sampai microchip – akan merebut pekerjaan manusia. Dalam sebagian besar kasus, manusia yang menang.

Tapi sekarang, menurut beberapa pakar, seiring AI mulai digunakan di mana-mana, ancaman itu menjadi nyata: robot benar-benar akan mengambil alih beberapa pekerjaan.

Laporan dari bank Goldman Sachs pada Maret 2023 memperkirakan bahwa AI yang mampu menghasilkan konten dapat melakukan seperempat dari semua pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia. 

Di Uni Eropa dan AS, kata laporan itu, 300 juta lapangan kerja berpotensi hilang karena otomatisasi. 

Dan akibatnya bisa mengerikan, kata Martin Ford, penulis buku Rule of the Robots: How Artificial Intelligence Will Transform Everything.

"Ini bukan hanya terjadi pada individu, tetapi bisa sangat sistemik," ujarnya.

"Itu bisa terjadi pada banyak orang, mungkin secara tiba-tiba, mungkin secara bersamaan. Dan dampaknya dirasakan tidak hanya oleh individu-individu tersebut, tetapi seluruh ekonomi. "

Untungnya, kabar itu tidak semuanya buruk. Para pakar juga mengatakan masih ada hal-hal yang tidak mampu dilakukan oleh AI — tugas-tugas yang membutuhkan kualitas khas manusia, seperti kecerdasan emosional dan pemikiran yang out-of-the-box.

Dan beralih ke peran yang membutuhkan keterampilan tersebut dapat membantu mengurangi kemungkinan Anda untuk digantikan.

“Saya pikir umumnya ada tiga kategori yang akan relatif ‘aman’ di masa mendatang,” kata Ford.

“Yang pertama adalah pekerjaan yang benar-benar kreatif: Anda tidak melakukan pekerjaan yang formulatik atau sekadar menata ulang sesuatu, tetapi benar-benar mengajukan ide-ide baru dan membangun sesuatu yang baru.”

Itu tidak berarti semua pekerjaan yang dianggap 'kreatif' akan aman. Bahkan, pekerjaan seperti desain grafis dan yang berhubungan dengan seni visual mungkin di antara yang pertama tutup; algoritma dasar dapat mengarahkan bot untuk menganalisis jutaan gambar, memungkinkan AI untuk menguasai estetika secara instan.

Namun pekerjaan yang memerlukan jenis kreativitas lainnya akan relatif aman, kata Ford: “dalam sains, dan kedokteran, dan hukum ... orang-orang yang pekerjaannya membuat strategi hukum atau strategi bisnis baru. Saya pikir akan terus ada tempat di sana untuk manusia.”

Kategori kedua yang aman, lanjutnya, adalah pekerjaan yang membutuhkan hubungan interpersonal yang kompleks. Contohnya perawat, konsultan bisnis, dan jurnalis investigasi.

Ini adalah pekerjaan, ujarnya, "di mana Anda membutuhkan pemahaman yang sangat mendalam tentang orang. Saya pikir akan butuh waktu lama sebelum AI punya kemampuan untuk berinteraksi dalam berbagai cara yang benar-benar membangun hubungan ".

Kategori ketiga yang aman, kata Ford, "adalah pekerjaan yang memerlukan mobilitas dan ketangkasan serta kemampuan memecahkan masalah di lingkungan yang tidak dapat diprediksi". Banyak pekerjaan pertukangan – tukang listrik, tukang ledeng, tukang las dan sejenisnya – termasuk dalam kategori ini.

“Ini adalah jenis pekerjaan di mana Anda berurusan dengan situasi yang baru setiap waktu,” imbuh Ford. “Mereka mungkin pekerjaan-pekerjaan yang paling susah untuk diotomasi. Untuk mengotomasi pekerjaan seperti ini, Anda butuh robot-robot dari cerita fiksi ilmiah. Anda butuh C-3PO dari Star Wars.”

Walaupun manusia kemungkinan besar akan bertahan dalam pekerjaan yang termasuk dalam kategori-kategori tersebut, itu tidak berarti profesi-profesi itu benar-benar aman dari AI.

Bahkan, kata Joanne Song McLaughlin, profesor ekonomi tenaga kerja di University of Buffalo, AS, sebagian besar pekerjaan, terlepas dari industrinya, punya aspek yang cenderung dapat diotomatisasi oleh teknologi.

"Dalam banyak kasus, tidak ada ancaman langsung terhadap pekerjaan," katanya, "tetapi tugas akan berubah."

Pekerjaan manusia akan menjadi lebih fokus pada keterampilan interpersonal, lanjut Song McLaughlin.

"Sangat mudah untuk membayangkan bahwa, misalnya, AI akan mendeteksi kanker jauh lebih baik daripada manusia. Di masa depan, saya berasumsi dokter akan menggunakan teknologi baru itu. Tapi saya tidak berpikir seluruh peran dokter akan digantikan AI."

Walaupun robot mungkin dapat mendeteksi kanker dengan lebih baik, misalnya, kebanyakan orang masih menginginkan dokter – manusia sungguhan – menjadi orang yang memberi tahu mereka tentang itu.

Ini berlaku untuk hampir semua pekerjaan, imbuh Ford, dan mengembangkan keterampilan manusia yang khas itu dapat membantu orang-orang untuk belajar bekerja bersama AI.

"Saya pikir cerdas bila kita benar-benar berpikir, 'tugas seperti apa dalam pekerjaan saya yang akan diganti, atau akan lebih baik dilakukan oleh komputer atau AI? Dan apa keahlian pelengkap saya?'" Ford memberi contoh teller bank, yang dahulu tugasnya menghitung uang dengan akurat. Sekarang, tugas itu telah diambil alih oleh mesin — tapi masih ada tempat untuk teller.

"Tugas menghitung uang menjadi usang karena mesin," katanya. "Tapi sekarang, teller lebih fokus untuk berinteraksi dengan pelanggan dan memperkenalkan produk baru. Keterampilan sosial menjadi lebih penting."

Penting untuk dicamkan, kata Ford, bahwa pendidikan tinggi atau jabatan dengan bayaran mahal tidak berarti aman dari AI.

“Kita mungkin berpikir orang dengan pekerjaan kerah putih posisinya lebih tinggi di rantai makanan dibandingkan orang yang bekerja sebagai sopir,” ujarnya.

“Tetapi masa depan pekerja kerah putih lebih terancam dari, misalnya, sopir Uber, karena kita belum punya mobil tanpa pengemudi, tapi AI sudah bisa menulis laporan dengan baik.”

“Dalam banyak kasus, pekerja yang lebih berpendidikan akan lebih terancam daripada yang kurang berpendidikan. Bayangkan orang yang kerjanya membersihkan kamar hotel — sulit sekali mengotomatisasi pekerjaan itu.”

Pendek kata, mencari pekerjaan di lingkungan yang dinamis dan berubah-ubah, serta melibatkan tugas-tugas yang tidak dapat diprediksi, adalah cara yang bagus untuk mencegah pekerjaan Anda direbut oleh AI. Setidaknya untuk sementara. (*)

Tags : revolusi industri, tenaga manusia mulai terancam, kecerdasan artifisial, komputer, teknologi, kecerdasan buatan, pekerjaan, robotik,