INTERNASIONAL - Seruan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, kepada khalayak internasional untuk datang ke Ukraina dan angkat senjata melawan pasukan Rusia telah menarik minat "ribuan" orang dari berbagai negara dan latar belakang, mulai dari veteran hingga koki restoran.
Dalam pidatonya hari Minggu 27 Februari 2022, Zelensky mengumumkan pembentukan legiun relawan internasional seraya mengajak masyarakat internasional bergabung.
"Ini adalah bukti utama dukungan Anda kepada negara kami," cetusnya.
Keesokan harinya, Hanna Maliar selaku Deputi Menteri Pertahanan Ukraina, mengklaim bahwa pihaknya telah menerima "ribuan" permintaan dari calon relawan di berbagai negara.
Sejumlah relawan telah menuju Ukraina untuk mendaftar secara langsung. Lainnya mendaftar di kedutaan dan konsulat Ukraina yang tersebar di banyak negara.
Mobilisasi ini berlangsung ketika pasukan Rusia membombardir serta mengepung sejumlah wilayah dan kota-kota kunci di Ukraina.
'Putin harus dihentikan'
Ada berbagai macam alasan para relawan untuk angkat senjata di Ukraina.
Joseph, misalnya. Pria berusia 32 tahun ini datang ke pusat komunitas Ukraina di Holland Park, London barat, yang didirikan untuk menerima sumbangan. Dia ke sana untuk mencari orang-orang Ukraina yang bisa memberinya informasi tentang cara mendaftar menjadi relawan tempur.
Padahal, Joseph tidak punya pengalaman militer dan nihil keterkaitan dengan Ukraina selain seorang teman asal Ukraina semasa kuliah.
Seorang serdadu Ukraina sedang menjelaskan cara menggunakan senapan Kalashnikov kepada seorang relawan. (Reuters)
"Saya paham bagaimana tegangnya situasi di sana dan saya paham apa yang kita coba hindari, [tapi] saya pikir kita harus menghentikan langkah [Putin]. Jika kita tidak membantu Ukraina dengan layak, maka khalayak bisa menjadi relawan. Saya harap kami bisa berdampak walau kecil," papar Joseph dirilis BBC.
Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, menuturkan bahwa dirinya akan mendukung orang-orang Inggris yang ingin angkat senjata di Ukraina, walau pemerintah telah menegaskan bahwa itu bukan kebijakan resmi negara Inggris
Kementerian Luar Negeri Inggris bahkan "menentang semua perjalanan ke Ukraina" dan "cara terbaik dalam membantu Ukraina saat ini adalah memastikan Putin gagal".
Sikap itu serupa dengan anggota parlemen Inggris, Tobias Ellwood. Pria yang menjabat Ketua Komite Pertahanan Majelis Rendah dan pernah berdinas di kemiliteran ini menulis di Twitter:
"Mohon jangan pergi jika Anda tidak punya pengalaman tempur. Anda dan orang lain yang mengurus Anda bisa tewas terbunuh."
Akan tetapi, Joseph tidak gentar. Dia berkeras menuju Ukraina dan melawan pasukan Rusia.
"Saya punya teman-teman yang pernah menjalani dinas militer sehingga saya punya gambaran apa yang bakal terjadi. Saya sudah paham peringatan-peringatannya," kata Joseph.
Dia mengaku reaksi dari keluarganya cukup beragam, tapi mereka bisa memahami alasannya untuk menjadi relawan tempur.
"Pada pokoknya adalah, jika Anda meyakini sesuatu, jika Anda secara tulus meyakini sesuatu—seperti kemerdekaan, sistem demokrasi—Anda harus bersedia untuk mati untuk mencapainya.
"Hidup kita singkat, maka jadikan itu bermakna."
Kedutaan Besar Ukraina di Inggris mengatakan bahwa pemerintah Ukraina mendukung "semua orang yang ingin menyokong negara kami dan melawan agresi Rusia". Namun, pihak kedutaan tidak berperan membantu orang-orang untuk menjadi relawan.
Alih-alih jalur resmi, jaringan informal telah bermunculan untuk membantu warga Inggris bertempur di Ukraina.
Dari veteran hingga koki restoran
Selain punya beragam alasan untuk memerangi Rusia di Ukraina, para relawan memiliki latar belakang yang bervariasi.
Dax, misalnya, adalah mantan serdadu infantri dari Divisi Penerjun Payung ke-82 Amerika Serikat. Pria berumur 26 tahun itu berencana menuju Ukraina bersama mantan serdadu AS lainnya.
"Saya merasa bersalah jika tidak pergi," ujarnya.
Contoh berikutnya adalah Bryson Woolsey. Pria asal Kanada itu berhenti dari pekerjaannya sebagai koki restoran demi bertempur di Ukraina, walau tidak punya pengalaman atau latihan tempur.
Dia berencana membeli tiket pesawat ke Polandia, kemudian menyeberang ke Ukraina.
"Saya merasa harus melakukan sesuatu," kata pria berusia 33 tahun tersebut kepada kantor berita Reuters.
Dia mengaku gusar setelah melihat tayangan para perempuan dan anak-anak terluka di Ukraina.
Di grup-grup daring, sejumlah veteran militer sudah mewanti-wanti relawan tanpa pengalaman tempur bahwa mereka akan menuju zona konflik. Ketiadaan pengalaman akan menjadi beban bagi diri mereka dan orang lain.
Tapi itu tidak menghentikan Tai B, mahasiswa jurusan jurnalistik di New York.
"Saya tidak ingin menjadi pahlawan atau martir, saya hanya ingin melakukan yang benar," kata Tai, yang mengaku bisa memasak, dasar-dasar mekanik, dan cara memegang senjata api.
Bagaimanapun, tidak semua calon relawan ingin bertempur.
Di Quebec, Kanada, seorang dokter bernama Julien Auger bersiap meninggalkan keluarga kecilnya untuk menjadi tenaga medis guna membantu Kementerian Kesehatan Ukraina. Dia akan memberikan bantuan kemanusiaan secara "netral".
"Opini global dan sokongan saat ini adalah kunci untuk menyelesaikan konflik," kata bapak dua anak itu.
Menteri Luar Negeri Kanada, Melanie Joly, berkata kepada wartawan bahwa menjadi relawan brigade internasional Ukraina adalah hak setiap warga Kanada. Adapun Departemen Luar Negeri AS tidak merespons saat dimintai kesempatan wawancara mengenai topik ini. (*)
Tags : Rusia, Militer, Ukraina, Konflik Rusia-Ukraina,