Kabar buruk di awal tahun 2023 ini harga Tandan Buah Segar (TBS) turun lagi, Petani dan pengusaha sawit dukung pembatasan ekspor CPO.
PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Petani dan pengusaha sawit sama-sama sepakat dengan kebijakan baru pemerintah yang membatasi ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mulai 1 Januari 2023.
"Petani dan pengusaha sawit kompak dukung pembatasan ekspor CPO karena dilihat harga TBS kembali turun di 2023."
“Akibatnya 60 persen luas kebun petani tidak memupuk sama sekali. Dan ini menjadi pemicu menurunnya produktivitas kebun sawit rakyat. Akibat dari menurunnya produksi TBS petani, maka produksi CPO secara nasional akan terdampak menurun 5-11 persen. Tahun lalu sumbangan CPO Petani adalah 28 persen dari total produksi nasional,” kata Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung menyikapi, Senin (2/1/2022).
Tetapi Gulat Manurung kembali melihat kebijakan pengurangan ekspor CPO dinilai tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja industri sawit.
"Kebijakan pemerintah tepat. Sebab, dengan mandatory program campuran biodiesel 35 persen (B35) yang akan dimulai bulan depan, setidaknya akan menyerap 14 juta ton CPO nasional," sebutnya pada media.
Dia membeberkan, kebijakan tersebut juga dinilai tepat karena produksi CPO dalam negeri juga diprediksi bakal melorot.
Hal tersebut, kata dia, lantaran dipengaruhi beberapa faktor, terutama harga pupuk yang naik hingga 300 persen.
Dia juga meminta agar pemerintah untuk memberi perhatian terkait kenaikan pupuk tersebut. Menurutnya, awal tahun 2022 lalu sekitar harga pupuk NPK Rp250-300 ribu/zak dan saat ini harganya mencapai Rp800-Rp1 juta/zak (50 kg).
Gulat mengungkapkan tahun ini diproyeksikan kebutuhan dunia akan minyak nabati terutama dari sawit akan meningkat.
Hal ini dipengaruhi juga karena produksi CPO Malaysia akan sedikit bermasalah yang disebabkan ketersediaan tenaga kerja. Oleh karena itu, harga CPO dunia akan naik di 2023 ini secara progresif dan harga TBS petani akan terdongkrak pada kisaran Rp3.000-Rp4.500/kg tahun ini.
“Kenaikan ini tentu akan merangsang eksportir memacu quota ekspornya. Jadi jika tidak diantisipasi oleh Kemendag, akan berpotensi kelangkaan minyak goreng lagi,” jelas Gulat.
Seperti terjadi di tahun 2023, untuk di Riau harga TBS terjadi penurunan lagi. Dimana harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit untuk periode 4-10 Januari 2023 ditetapkan turun.
Dari hasil rapat yang dilakukan oleh tim penetapan harga TBS Disbun Riau, harga TBS untuk kelompok umur 10-20 tahun turun sebesar Rp39,90/kg atau mencapai 1,52 persen dari harga minggu lalu.
"Sehingga harga pembelian TBS petani untuk periode satu minggu kedepan turun menjadi Rp2.581,62/kg," kata Kabid Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Disbun Riau, Defris Hatmaja, Selasa (3/1/2023).
Selain itu, harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) juga tercatat mengalami penurunan. Di mana harga CPO ditetapkan sebesar Rp11.333,40/kg atau turun Rp137,21 dibandingkan pekan lalu.
Selanjutnya untuk harga kernel juga tercatat mengalami penurunan. Dimana harga kernel ditetapkan sebesar Rp5.572,67/kg atau turun Rp255,27/kg.
Dengan indeks K ditetapkan sebesar 92,62 persen dan Biaya Operasional Tidak Langsung (BOTL) sebesar 1,44.
Tetapi Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Minyak Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menilai kebijakan pengurangan ekspor CPO tersebut tidak terlalu bermasalah bagi pelaku usaha.
Asalkan, kata dia, kebijakan tersebut harus rutin dievaluasi. Eddy memahami bahwa kebijakan ini untuk antisipasi kebutuhan lokal yang akan meningkat dengan penerapan B35 dan menjelang Ramadhan di akhir Maret, disaat bersamaan diprediksi produksi menurun.
“Kami memohon dengan evaluasi rutin apabila ternyata penurunan produksi tidak sesuai dengan prediksi, ini untuk menjaga agar tidak terjadi penumpukan TBS di pabrik yang akan berakibat menekan harga TBS petani,” ujar Eddy, Senin (2/1/2022).
Kementerian Perdagangan mulai Januari 2023 akan mulai memberlakukan pengurangan ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Kebijakan tersebut diberlakukan agar kebutuhan kebutuhan CPO untuk minyak goreng dalam negeri tidak mengalami kekurangan, terutama saat bulan puasa dan Lebaran.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan ketentuan baru ekspor CPO yang baru tersebut mengharuskan eksportir CPO memasok Domestic Market Obligation (DMO) 1:6. Artinya, eksportir wajib memasok CPO 1 ke domestik baru bisa ekspor 6.
Misalnya jika memasok DMO 300.000 ton, maka si pemasok bisa mengekspor sebanyak 6x300.000 ton. Kebijakan DMO sebelumnya sendiri yaitu 1:8.
Sebagai informasi, DMO adalah batas wajib pasok yang mengharuskan produsen minyak sawit untuk memenuhi stok dalam negeri sesuai ketentuan, seperti yang dilansir dari bisnis.
“Aturannya sudah [ada soal pengurangan ekspor CPO]. DMO-nya dari 1:8 menjadi 1:6. Kenapa? Karena kita persiapan untuk menghadapi bulan puasa dan Lebaran. Mungkin kebutuhannya akan meningkat makanya DMO-nya dari 1:8 ke 1:6,” ujar Zulhas dalam jumpa persnya di Kementerian Perdagangan, Senin. (*)
Tags : Harga TBS Turun, Tahun 2023, Petani dan Pengusaha Sawit Kompak, Pembatasan Ekspor CPO,