"Siswa yang masuk sekolah di masa pandemi bukan hanya dihadapi risiko tertular virus corona, tapi sebagian dari mereka juga dihantui pada kondisi sekolah yang rusak"
andemi boleh dibilang sudah mulai surut, pertemuan tatap muka [PTM] pun mulai diselenggarakan, tetapi hanya diberlakukan sebagian sekolah baik ditingkat SD, SMP maupun SMA tetap memakai protokol kesehatan [Prokes].
Data Dinas Pendidikan [Disdik] Kota Pekanbaru terakhir menyebutkan ruang kelas yang rusak di sekolah dasar negeri yang ada di perkirakan 180 unit tersebar diwilayah Kota Pekanbaru dalam satu tahun terakhir terus bangunannya terjadi mengalami 'penyusutan'.
Pemerhati pendidikan menilai maraknya ruang kelas yang rusak disebabkan perbaikan yang tak merata, hingga ongkos rehabilitasi sekolah yang diperkirakan membengkak. Alasannya, karena diperkotaan seluruh harga-harga alat alat bangunan yang cenderung naik secara signifikan.
Sementara itu, Dinas Pendidikan mengeluarkan strategi baru untuk mengurangi sekolah rusak, termasuk melibatkan tim profesional.
Sekolah Dasar Negeri Nomor 181 Kelurahan Tuah Karya, Kecamatan Tuah Madani, Kota Pekanbaru berada sekitar 12 kilometer dari pusat kota ini misalnya.
Tak terlalu sulit menemukan sekolah ini, karena atapnya sejajar dari jalan utama. Di papan reklame tertulis cat putih: SDN Tuah Karya 181. Untuk masuk ke lingkungan sekolah harus melalui jalan tanah mendatar tajam.
Pada saat pemantauan terakhir, kelas-kelas penuh dengan teriakan anak-anak sedang belajar mengenakan masker. Disamping itu terlihat handsanitizer [pencuci tangan] terletak dihalaman.
Ada yang berlari-larian sambil membenarkan letak maskernya yang melorot. Di sudut lain, beberapa anak ngobrol di tepian kelas sambil tertawa girang karena PTM sudah diberlakukan, sehingga mereka bisa bertemu dan bercengkrama kembali pada teman-tamannya.
Serahterima jabatan Kepala Sekolah SDN 181 dari Raja Septianis SPd kepada Hj Nur Hasanah SPdi.
Bendera Merah Putih nampak memantulkan warna yang cerah di pelataran bahkan tetap tegar ditempatnya dan belum kusam. Jam pergantian kelas pun dimulai.
Hj Nur Hasanah SPdi terlihat mondar-mandir disekolah itu membuka kelas mata pelajaran agama untuk kelas enam. Selama mengajar, pandangannya ini tak berhenti menatap cemas kayu-kayu yang menggelantung di langit-langit ruang kelas.
Nur Hasanah baru saja menggantikan kedudukan kepala sekolah yang lama Raja Septianis SPd, yang sebelumnya Nur Hasanah ini menjabat Kepala Sekolah [Kepsek] SDN 005 Jalan Cempaka, Sukajadi Pekanbaru.
"Ya, yang kita bayangin pasti atap-atap yang sudah rusak, takutnya pada jatuh ke bawah dan menimpa anak-anak kita yang lagi belajar," kata Nur Hasanah dikontak ponselnya, Kamis (14/10/2021) usai melakukan rapat dan persiapan belajar mengajar di sekolah.
Ruang kelas ada yang sudah tak punya plafon. Kayu-kayu penyanggah seng sudah mulai keropos dimakan rayap atau terkikis air ketika hujan datang.
Tapi sekolah tak punya pilihan. Pembelajaran tatap muka harus tetap berlangsung dengan aturan satu kelas tak boleh diisi lebih dari 20 anak di masa pandemi. Setiap kelas dibagi dua kelompok belajar.
"Karena kita kekurangan ruang kelas 13 rombel melihat dan mengingat adanya kerusakan ruang kelas [plafon bolong dan lantai keramik mulai terkelupas/gelembung dan bergelombang], kita belum mengajukan [permohonan perbaikan], ya kita sampai sekarang belum dapat tembusan kapan kita dapat rehab [rehabilitasi bangunan] yang rusak ini," tambah Nur Hasanah.
Para tenaga pendidik [Guru] di sekolah SDN 181 Tiah Karya photo bersama seiring perpisahan Kepala Sekolah [Kepsek] Raja Septianis SPd bersama Kepsek Hj Nur Hasanah SPdi yang baru memimpin disekolah itu.
Bukan hanya atap plafon kelas yang jebol. Masih ada sejumlah fasilitas lain yang harus diperhatikan, kata Nur Hasanah yang sudah lebih kurang 30 tahun mengabdi di pendidikan pernah menjabat Kepala Sekolah [Kepsek] SDN 14 Jalan Cempaka, Kepsek SDN 89 Pelanduk, Kepsek SDN 05 Cempaka Ujung dan terakhir Kepsek SDN 181 Tuah Karya.
Perempuan 54 tahun kelahiran pulau Natuna ini berbicara tentang pendidikan yang sudah digeluti selalu waspada berkeliling sekolah untuk melihat kerusakan bangunan yang menurutnya bertambah parah karena tak terawat selama pandemi.
"Ini perpusnya [perpustakaan] juga, pada kena rayap. Ini dipakai juga karena kurang ruang belajar," kata Nur Hasanah sambil menunjuk beberapa kusen jendela dan pintu yang berongga-rongga karena dimakan rayap.
Ilustrasi
Sekolah rusak
Lalu, melihat plafon bagian luar kelas. Sebagian kayunya menggelantung, dan gentingnya melorot tak tentu arah. Tembok retak-retak. Lantai keramik bergelombang. Sejauh ini, langkah yang bisa dilakukan pihak sekolah hanya meminta siswa berhati-hati selama berada di lingkungan sekolah.
"Harus waspada. Harus hati-hati. Jadi kalau pagi-pagi kita sebelum anak-anak masuk, kita lihat-lihat dulu ke atas."
Ilustrasi
"Takut ada yang jatuh itu kayunya. Terus ke belakang juga dilihat-lihat. Jadi menjaga anak-anak tuh saya repotnya," kata Nur Hasanah.
Kegelisahan hati Nur Hasanah tak pernah berhenti mengatakan orang tua menyampaikan keluhan atas fasilitas bangunan sekolah seperti kerusakan bangunan toilet, jendela, "pintu juga sudah pada jebol".
"Mereka [orang tua siswa] juga pengen sekali malah diganti atau direhab, untuk kenyamanan anak-anaknya di sini," kata Nur Hasanah, "tapi yang sekolah bisa lakukan hanya ya, nggak bisa apa-apa kan."
Pihak sekolah mengaku belum membicarakan ini ke Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, seperti mengajukan proposal ke pemerintah setempat untuk perbaikan bangunan. Akan tetapi, menurut kepala sekolah ini dia masih bingung mau buat apa, sementara juga belum terdengar pemerintah setempat bisa menjanjikan perbaikan di tahun kapan.
Ruang-ruang kelas yang sudah rusak di SDN 181 Tuah Karya, menurutnya ruangan kelas sekolah negeri yang mengalami kerusakan ringan hingga berat. Tetapi setidaknya terjadi peningkatan ruang kelas yang rusak sebesar 26% selama masa pandemi setahun terakhir perlu juga dilakukan.
Ruang kelas yang rusak ini mulai kategori ringan, sedang, berat hingga rusak total. Seperti SDN 181, karena kekurangan rombel siswa harus belajar masih bisa diatasi karena belajar tatap muka dilakukan hanya 2 jam jadi bisa dilakukan bergantain, kata kepala sekolah, Nur Hasanah.
Ilustrasi
"Ruangan kelas cuma ada 11. Jumlah siswa 700 orang, ya sudah maksimal," kata Nur Hasanah yang menambahkan sekolah yang ia pimpin dibangun sejak tahun 2002.
Namun Ia mengaku selama satu tahun terakhir sekolah-sekolah kesulitan untuk meminta perbaikan infrastruktur, karena anggarannya terserap untuk penanganan Covid-19.
"Ada juga sekolah-sekolah yang diusulkan dan punya anggaran, tapi itu diplotkan untuk penanganan Covid," kata Nur Hasanah melalui sambungan teleponnya.
Seperti disebutkan H Darmawi Zalik Aris SE dari Lembaga Melayu Riau [LMR] yang selalu pemerhatikan pendidikan di Kota Pekanbaru ini dalam pengamatannya, selama pandemi berjalan dua tahun diakui banyak bangunan sekolah yang tak terpakai penuh harus mengalami perbaikan ruang sekolah baik dalam kondisi rusak sedang dan rusak berat.
Tetapi Darmawi menilai kerusakan sedang atau berat untuk di Kota Pekanbaru ini tidak pula sampai tahap darurat, "mungkin hanya mengalami kerusakan ringan dan sedang tidak sampai memasuki tahap darurat," sebutnya.
"Melihat dalam kondisi saat ini ditengah pandemi ini sudah berlarut larut, karena dari tahun ke tahun nambahnya tak pernah sedikit, bahkan penambahannya cukup signifikan," katanya.
Ilustrasi
Menurutnya, saat masa pandemi atau pun tidak, setiap anak yang bersekolah di ruang belajar yang rusak berisiko menjadi korban.
"Kalau mau dikatakan siap [pembelajaran tatap muka], ya sebenarnya dengan pertimbangan kerusakan sekolah, itu kalau serta merta dilakukan dalam waktu dekat, memang belum [siap]," tambah Darmawi.
Dia mencatat persoalan utama maraknya ruang sekolah yang rusak disebabkan karena bangunan yang sudah tua, tapi tidak disertai dengan perawatan yang memadai.
Selain itu, prioritas rehabilitasi yang tidak merata antara sekolah dekat pusat pemerintahan dan di pelosok. Sekolah dekat pusat pemerintahan cenderung lebih diperhatikan, kata Darmawi.
Ia juga menilai pemerintah sepertinya belum punya peta jalan perbaikan sekolah, serta sistem perbaikan secara parsial.
Dalam rehabilitasi ikut menyumbang angka kerusakan sekolah. Dalam lima tahun terakhir, misalnya ditemukan spesifikasi bangunan sebagian sekolah di Kota Pekanbaru masih ada yang perlu diwaspadai spek nya. "Ada kan terlihat pengurangan tinggi bangunan. Begitupan ada juga beberapa retak belum diperbaiki," kata Darmawi.
Tetapi Drs H Muzailis MM, Sekretaris Disdik Kota Pekanbaru, menyikapi adanya bangunan sekolah yang masih mengalami kerusakan, menurutnya, jika sekolah mengalami kerusakan sedang dan berat bagian sarana dan prasarana Disdik bisa menanggulanginya, sementara bila sekolah mengalami kerusakan ringan cukup diatasi pihak sekolah.
Dia memberitahukan pihak sekolah bisa mengusulkan ke bagian sarana dan prasaran Disdik, selanjutnya akan dilakukan pemerosesan dan pengecekan ke sokalah bersangkutan, "tentu yang paling utama dilakukan perbaikan agar nantinya tidak terganggunya proses belajar mengajar," terangnya singkat.
Menteri Nadiem siapkan Rp17,7 triliun
Tahun 2021, pemerintah menyediakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik untuk 31.695 satuan pendidikan sebesar Rp17,7 triliun. Anggaran tersebut masing-masing diberikan kepada PAUD Rp398,3 miliar, SD Rp7 triliun, SMP Rp657,8 miliar, SKB Rp110,1 miliar, SMA Rp2,43 triliun, SLB Rp125,3 miliar dan SMK Rp3 triliun.
Dalam sebuah diskusi, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menyodorkan strategi baru untuk menuntaskan kerusakan sarana dan prasaran pendidikan. Pertama, perbaikan sekolah dilakukan secara tuntas di satu sekolah. Tidak seperti sebelumnya, jatah perbaikan dilakukan per kelas yang rusak per sekolah.
"Artinya bukan cuma pagar-pagar dan pintunya saja atau ruang gedung kelas, tapi secara holistik," kata Nadiem.
Kedua, perbaikan sekolah tak lagi diurus oleh kepala sekolah melainkan lewat kontraktor. Ketiga, Kemendikbud-ristek akan melibatkan Dinas Pekerjaan Umum pemerintah daerah untuk melakukan "assessment kerusakan, dan meningkatkan validitas di atas sarana dan prasarana sekolah."
Ilustrasi
"Jadi sekarang ada tim profesional yang akan melakukan assessment, evaluasi, dan juga memonitor dan mengevaluasi pekerjaan yang dilaksanakan," kata Nadiem.
Penerapan strategi Menteri Nadiem Makarim akan berkejaran dengan kayu-kayu atap sekolah yang mulai keropos dan siap menghujani ruang kelas. (rp.sul/*)
Tags : Virus Corona, Pendidikan, Sorotan, Pekanbaru,