SEJARAH - Seluruh umat Islam di dunia akan merayakan hari raya Idul Adha 1445 Hijriyah yang jatuh pada Senin 17 Juni 2024 di Indonesia itu dirayakan untuk memperingati ketaatan Nabi Ibrahim mengorbankan putranya, Ismail.
Ibrahim dikenal sebagai Abraham dalam agama Kristen dan Yahudi.
Nabi Ibrahim diyakini bermimpi dan mendapat pesan dari Allah yang memintanya untuk menyembelih putranya Ismail sebagai bentuk ketaatan.
Ketika pesan itu disampaikan kepada Ismail, bocah tersebut menerimanya dan meminta sang ayah menaati perintah tersebut.
Saat Ibrahim hendak menyembelih putranya, Allah menghentikannya dan mengganti Ismail dengan seekor 'domba jantan' untuk dikorbankan.
Peristiwa itu kemudian diperingati umat Islam di seluruh dunia melalui ritual yang mengorbankan hewan ternak, yakni domba, kambing, dan sapi. Ritual tersebut wajib dilakukan jika seseorang memiliki kekayaan yang melebihi kebutuhannya.
Lantas, bagaimana dengan agama-agama besar lainnya? Bagaimana kurban hewan dipandang dalam ajaran agama Hindu, Yahudi, dan Kristen?
Yahudi
Sejarah Islam memiliki banyak kesamaan dengan Yahudi dan Kristen.
Kitab suci Yahudi menetapkan berbagai pengorbanan, masing-masing dengan waktu dan tempat tertentu, menurut Rabbi Gary Somers yang merupakan kepala layanan akademik di Leo Baeck College, Inggris.
"Namun, saat ini kami tidak melakukan kurban karena tempat ritual ini sudah tidak ada lagi. Sebaliknya, kami mengenang pengorbanan ini lewat doa," ujarnya.
Rabbi Dr Bradley Shavit Artson adalah Wakil Presiden Universitas Yahudi Amerika dan Ketua Dekan Abner & Roslyn Goldstine di Sekolah Studi Rabbinik Ziegler.
Dr Arston mengatakan, "Dengan penghancuran Bait Suci Kedua oleh bangsa Romawi, pengorbanan hewan tidak lagi diizinkan dalam Yudaisme..."
"Banyak yang percaya bahwa sekarang hal itu dilarang secara permanen, sementara yang lain percaya setelah kedatangan Mesias, hal itu akan dipulihkan," imbuh Dr Artson.
Bait Suci mengacu pada Temple Mount, tempat Masjid Al-Aqsa saat ini berdiri di Kota Tua Yerusalem.
Umat Yahudi berdoa untuk pembangunan kembali bait suci, lantaran percaya bahwa mereka bisa melakukan kurban hewan setelah bangunan itu didirikan lagi.
Meskipun sebagian besar orang Yahudi tidak melakukan kurban hewan karena tidak adanya bait suci, beberapa kelompok di Yerusalem seperti orang Samaria masih melakukannya selama Paskah.
Yang lain mungkin menyumbangkan biaya yang setara dengan hewan kurban.
Baik domba, kerbau, sapi, atau kambing, hewan yang dikorbankan harus sesuai dengan ajaran agama atau 'kosher'. Kosher mirip dengan konsep halal dalam Islam - walau ada beberapa perbedaan.
Dr. Artson menjelaskan: "Hanya hewan kosher yang diizinkan untuk disembelih, beberapa di antaranya dibakar di altar, beberapa lagi diberikan kepada keluarga pendeta, dan beberapa dikonsumsi oleh para pemimpin upacara dan keluarga mereka" untuk menggambarkan sejarahnya.
Kendati tindakan menyembelih hewan kurban secara langsung tidak umum terjadi, konsumsi daging tetap menjadi bagian penting dari banyak festival.
Ritual Yahudi untuk hewan kurban amat beragam dan bervariasi sesuai dengan tujuan pengorbanan.
Sebelumnya, tiga festival ziarah Yahudi - Pessah (Paskah), Shavout (Hari Raya Minggu), dan Sukkot (Hari Raya Pondok Daun) - memiliki arti penting sebagai peristiwa pengorbanan hewan.
Rabbi Gary Somers, kepala layanan akademis di Leo Baeck College di Inggris, menjelaskan bahwa perayaan lain seperti Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi) dan Yom Kippur (Hari Penebusan Dosa) juga melibatkan kurban hewan.
Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim juga muncul dalam kitab suci Yahudi. Namun perintah untuk melakukan kurban hewan muncul kemudian dan sedikit berbeda bagi orang Yahudi.
Kristen
Kekristenan berakar pada Yudaisme, dan kitab suci Yahudi memiliki banyak kesamaan dengan Perjanjian Lama dalam Alkitab.
"Kitab-kitab dari Perjanjian Lama, khususnya Imamat 17 dan Ulangan merinci bagaimana pengorbanan hewan harus dilakukan - biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari dan selama berbagai perayaan," kata Dr. Proshanto T Rebeiro, yang merupakan pendeta Gereja Katolik Kafrul di Dhaka.
Pada saat itu, kurban hewan dilakukan dengan harapan pertobatan dan pengampunan atas dosa-dosa.
Tapi, kebiasaan itu tidak lagi dipraktikkan secara religius karena kematian Yesus Kristus dipandang sebagai pengorbanan tertinggi.
Yesus dipandang sebagai 'Anak Domba Tuhan' dalam agama Kristen.
Meskipun tidak ada ketentuan agama untuk berkurban, dalam banyak kasus "jika seseorang membuat sumpah atau janji kepada Tuhan, kurban hewan dilakukan dengan cara yang berbeda".
Terlepas dari hubungannya dengan Yahudi, tidak ada tradisi kurban hewan dalam agama Kristen atas nama Sang Pencipta, catat Dr. Reberio.
Tetapi, tidak ada batasan untuk konsumsi daging.
Di banyak negara, mengonsumsi daging domba merupakan tradisi selama perayaan Paskah Yahudi. Reberio mencatat bahwa selama dia berada di Italia, memakan daging domba sebelum Paskah seperti sebuah kewajiban.
Namun, dalam agama Kristen tidak ada kebiasaan 'kurban' seperti tradisi Yahudi yang mengorbankan hewan dengan tujuan keagamaan.
Hindu
Terdapat perdebatan mengenai kurban hewan dalam agama Hindu.
Misalnya, di banyak wilayah di India atau Bangladesh, hewan dikorbankan dalam ritual keagamaan, termasuk festival seperti Durga Puja dan Kali Puja.
"Berbagai kitab suci Hindu kuno, seperti Ramayana [dan] Mahabharata, dan kitab suci [seperti] Purana, merujuk pada pengorbanan hewan ini," jelas Dr. Kushal Baran Chakraborty, Asisten Profesor Departemen Bahasa Sansekerta Universitas Chittagong (Bangladesh).
"Dalam Rigveda, salah satu teks agama kuno Hindu, disebutkan bahwa hewan yang dikorbankan memperoleh pembebasan [dan] terbebaskan dari perbudakan," tambahnya.
Pengorbanan hewan diyakini secara umum dilakukan pada era Weda, antara tahun 1500 dan 500 Sebelum Masehi.
Daging hewan kurban dipersembahkan kepada para dewa dan kemudian dikonsumsi dalam pesta.
Tapi terdapat perbedaan mengenai praktik pengorbanan hewan di antara para ahli pada era modern India.
Pengorbanan hewan masih dipraktikkan di beberapa kuil kuno, menurut Dr. Chakraborty. Ia menyoroti kuil-kuil seperti Dhakeshwari di Bangladesh, dan Tripura Sundari, Kamakhya, dan Kalighat Kali di India.
Namun Dr. Rohini Dharmapal, pakar Hindu lainnya, mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya pengorbanan hewan yang tersebar luas di era modern India.
Dr. Chakraborty mencatat bahwa praktik pengorbanan hewan modern dalam agama Hindu sering kali menekankan kepuasan diri, persaingan, atau pemanjaan diri daripada makna spiritual dari pengorbanan itu sendiri.
Dia merasa hal ini mengurangi kesakralannya.
Sri Lanka telah melarang pengorbanan hewan oleh umat Hindu.
Di Nepal, beberapa orang secara sukarela berhenti menyembelih hewan selama festival.
Akan tetapi, Nepal belum melarang pengorbanan hewan. (*)
Tags : Islam, Muslim, Sejarah, Kristen, Agama,