PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Tokoh masyarakat Pekanbaru Kolonel TNI AD [Purnawirawan] Syamsul Djafar meninggal dunia pada usia 80 tahun, Jumat 25 Agustus 2023 di RS Awal Bros Pekanbaru.
"Tokoh masyarakat Riau Syamsul Djafar meninggal dunia."
"Almarhum akan disemayamkan makam pahlawan Pekanbaru," kata Indra Kurniawan, Ketua RT0/RW03, Kelurahan Sidomulio Timur, Marpoyan Damai, Pekanbaru..
Warga dilingkungan RT 03 mengetahui kabar dukacita tersebut, Pemerintah Provinsi Riau juga menyampaikan rasa belasungkawa kepada keluarga almarhum.
"Kepada keluarga, semoga tabah dan warga disini turut berdukacita atas berpulangnya almarhum," tambah Indra Kurniawan.
Dikatakan Indra, almarhum adalah tokoh Indonesia asal Riau, seorang yang sangat dikagumi serta menjadi mentor bagi masyarakat Riau saat dalam menjalankan tugas.
“Semasa hidupnya [menjalani pensiun], dan menjadi Ketua DPD Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Provinsi Riau,” ujar Indra.
"Untuk dilingkungan disini banyak yang suka dengan sifat maupun kepribadian almarhum. Kita berdoa semoga jasa yang sudah diberikan semasa hidupnya bisa menjadi teladan bagi kita semua. Sekali lagi kami sampaikan turut berdukacita kepada keluarga yang ditinggalkan," sambungnya, Sabtu (26/8).
Dalam suasana dukacita tersebut, Indra juga menyampaikan rasa dukacita kepada keluarga.
Kolonel TNI AD [Purnawirawan] Syamsul Djafar, Ketua DPD Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Provinsi Riau
“Syamsul Djafar inilah orang tua kami yang kami hormati di sini. Beliau adalah orang yang cerdas, banyak sekali pembelajaran yang kami dapat semasa hidupnya,” ujar Indra.
Indra menuturkan bahwa almarhum adalah orang yang jenius, selalu meyayangi keluarga.
Seorang pejuang Indonesia dari Riau
Mengenang jasanya, Syamsul Djafar bersama Laksamana Madya TNI Yosaphat Soedarso [Yos Sudarso] dikenal pejuang Indonesia dari Riau yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia Provinsi Riau.
Beliau adalah Syamsul Djafar, dan beliau berjuang bersama Yos Sudarso saat Operasi Trikora dalam pembebasan Irian Barat.
Seorang pejuang Indonesia dari Riau lainnya adalah Yas, beliau bernah berjuang dalam operasi Dwikora yang kerap dikenal dengan nama aksi Ganyang Malaysia di daratan Riau.
Sudah 78 tahun lamanya negara Indonesia merdeka, bukan suatu hal yang mudah bagi bangsa besar ini untuk meraihnya dari tangan penjajah.
Tak hanya memperjuangkan kemerdekaan, diawal lahirnya negara ini banyak juga tantangan yang mesti dihadapi oleh bangsa ini untuk mempertahankan apa yang telah diraih.
Untuk bisa mencapai umur ke 80 tahun ini terdapat banyak para pejuang yang secara heroik berkorban demi untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan tersebut.
Tak sedikit para pejuang yang telah gugur demi meraih serta mempertahankan hak masyarakat untuk merdeka.
Mengenang perjuangan tersebut, setiap tanggal 10 November bangsa ini memperingati jasa para pejuang yang telah banyak berkorban bagi negara melalui peringatan Hari Pahlawan Nasional.
Ini sebagai wujud dari ungkapan bapak pendiri bangsa Ir Soekarnao yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.
Hari ini menjadi hari bagi bangsa besar, bangsa Indonesia memperingati dan mengenang aksi heroik para pejuangnya. Banyak aksi heroik yang bisa dijadikan teladan bagi para generasi penerus bangsa.
Beberapa dari pejuang yang terlibat dalam usaha perebutan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan masih hidup hingga saat ini.
Salah satu pejuang yang terlibat dalam aksi mempertahankan dan membela kemerdekaan yakni H Syamsul Djafar SH yang merupakan veteran dari angkatan Polisi Militer.
Pria ini kini juga jadi Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia Provinsi Riau.
Pria yang pernah ikut berjuang dalam operasi Dwikora, Trikora dan perebutan Timor Timur yang dikenal dengan nama operasi Seroja.
Saat operasi Trikora itu dirinya sempat berlayar bersama Jenderal Yos Sudarso dalam usaha membebaskan Irian Barat.
Sedangkan di operasi Dwikora dirinya sempat menghadapi para tentara Inggris yang ingin mendirikan negara boneka di Pulau Borneo.
Dalam masa hidupnya yang tinggal di bilangan Jalan Adi Sucipto, Pekanbaru Ia banyak berbicara pada saat saat ada acara acara dilingkungan RT03/RW03 Pekanbaru.
Syamsul Djafar berbincang-bincang dengan riaupagi.com mengatakan saat perjuangan di aksi perebutan Timor Timur pasukannya sempat menghadapi masa genting yang hampir merenggut nyawanya.
"Saat perang memperebutkan Timor Timur tahun 70-an pasukan yang didalamnya ada saya sempat terkepung pasukan musuh yang berjumlah ratusan orang sementara pasukannya hanya ada 32 orang yang saat itu menjalankan misi menyelamatkan 30 warga yang disandera penjajah di bukit Erame yang terletak di daerah antara mobise dan manatuto Timor Timur. Untung saja saat ini pasukan lengkap dan berhasil mendapatkan bantuan dari udara untuk melumpuhkan musuh," ceritanya.
Ia bercerita dalam kondisi perang tersebut pasukan tempat dirinya bertugas menjadi angkatan yang bertugas mengintrograsi para tawanan perang dan mengayomi para pasukan yang terluka dan terkena ganguan jiwa di medan perang.
"Bertugas sebagai Polisi Militer sangat menguras emosi serta air mata karena melihat banyak pasukan yang terganggu jiwanya karena kurang siap menghadapi tekanan dalam peperangan," ucapnya.
Syamsul Djafar yang saat ini sudah mempunyai enam cucu tersebut mengatakan ikut menjadi tentara yang berjuang karena panggilan negara.
"Dahulu negara Indonesia sempat memberlakukan aturan wajib militer bagi para generasi mudanya. Saya termasuk yang mengikuti aturan tersebut," katanya.
Menurutnya wajib militer tersebut hanya dijalankan selama 5 tahun saja. Namun karena semangatnya, dirinya terus ikut berjuang dan bergabung dengan pasukan.
Ia mengaku saat ini kondisi kehidupan sehari-hari sudah mencukupi untuk hidup. "Tidak kaya tapi cukup untuk sekedar menjalankan masa tua," ucapnya.
Syamsul Djafar yang saat ini sudah mempunyai enam cucu tersebut mengatakan ikut menjadi tentara yang berjuang karena panggilan negara.
"Dahulu negara Indonesia sempat memberlakukan aturan wajib militer bagi para generasi mudanya. Saya termasuk yang mengikuti aturan tersebut," katanya.
Menurutnya wajib militer tersebut hanya dijalankan selama 5 tahun saja. Namun karena semangatnya, dirinya terus ikut berjuang dan bergabung dengan pasukan.
Ia mengaku saat ini kondisi kehidupan sehari-hari sudah mencukupi untuk hidup. "Tidak kaya tapi cukup untuk sekedar menjalankan masa tua," ucapnya.
Ia mengaku bersyukur terhadap hidup yang dijalankannya saat ini, kemerdekaan negara hingga sampai umur 73 tahun merupakan sebuah anugerah.
"Dengan saya masih hidup hingga saat ini menjadi amanah untuk terus bisa menularkan jiwa kepahlawanan kepada para generasi muda," tuturnya.
Melihat generasi muda saat ini pria berumur 80 tahun ini mengaku miris dan sedih karena satu bangsa terpecah belah akibat kabar-kabar tidak benar yang beredar.
"Kita dahulu berjuang mati-matian membela serta mempertahankan kemerdekaan yang susah payah didapat sementara para generasi muda saat ini malah saling menghujat sesama bangsa," ucapnya.
Ia mengatakan implementasi jiwa kepahlawanan yang rela berkorban, jujur, sopan santun sudah semakin hilang di jiwa para generasi muda.
Dirinya berharap semangat kepahlawanan jangan hanya sekedar terucap di bibir saja tetapi juga dapat di implementasikan dalam rangka membangun bangsa ini.
Kisah heroik juga diceritakan Yas yang berjuang bersama angkatan Arhanudse 13 dalam operasi Dwikora yang kerap dikenal dengan nama aksi Ganyang Malaysia di daratan Riau.
Lelaki 80 tahun ini bercerita sempat menghadapi peristiwa perang di masa operasi G30S PKI dan Dwikora.
Ia bercerita saat operasi Dwikora dirinya pertama kali menginjakkan kaki di daratan Riau sekitar tahun 1965.
"Penugasan saya ke Riau setelah pendidikan di Surabaya cukup miris karena saat rombongan di lepas para pasukan sudah dikalungi bunga sebagai bentuk penghargaan jika nanti tewas di medan perang," katanya.
Ia megatakan misi pengiriman pasukannya ke daratan Riau merupakan misi yang diyakini tidak mungkin sukses.
Pesimistis itu didasari pada kalah jauhnya perlengkapan perang angkatan pada masa itu untuk menjalankan misi tersebut.
Selain itu pengalaman pasukan yang masih minim di medan perang dan belum menguasai cara penggunaan peralatan perang yang tersedia jadi alasan pesimistis tersebut.
"Pada saat itu pimpinan di Surabaya mengatakan pasukan yang ada sekali di gempur pasukan Malaysia yang didukung tentara Inggris dalam satu jam semua pasukan bisa mati semua," ceritanya.
Ia mengatakan saat dikirimkan ke medan perang di Riau dirinya belum tau sama sekali menggunakan senjata meriam.
"Hingga saat ini peristiwa Konfrontasi Indonesia dan Malaysia menjadi yang paling berkesan karena disaat itu tanpa bekal apapun dituntut untuk siap menghadapi peperangan. Ditengah kondisi yang minim tersebut syukurnya para pasukan bisa melewati pertempuran tersebut dengan kemenangan," ceritanya
Selain itu pada saat itu zaman juga lagi susah karena di masa itu para tentara gajinya yang hanya Rp 30 di cicil pembayarannya selama 3 bulan.
"Saat masa itu memang kondisinya sangat miris, sampai pakaian yang sudah robek tidak terbeli lagi. Meski demikian semangat melawan musuh tetap menggebu-gebu, tiada satupun pasukan tersebut menyerah pada masa itu," tuturnya.
Ia bercerita bergabung di angkatan karena penunjukan dari pihak kecamatan dahulunya. "Walaupun ditunjuk para generasi muda zaman itu tiada yang mengeluh dan menolak. Kami semua generasi muda pada saat itu siap siaga untuk menjalankan tugas yang diperintahkan," ceritanya.
Yas berpesan kepada anak muda agar dapat mengikuti semangat para pejuang yang telah bersusah payah merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.
Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang tepat jatuh pada 10 November 2018, pemerintah Provinsi Riau menggelar Upacara Hari Pahlawan ke 73 tahun di Halaman Kantor Gubernur Provinsi Riau.
Kegiatan ini dihadiri segenap pegawai pemerintahan dilingkungan pemerintah Provinsi Riau dan juga para angkatan seperti Polisi, TNI AU, TNI AD dan juga para veteran pejuang.
Pemprov Riau serahkan sagu hati pada 347 Veteran di Riau
Upacara Hari Pahlawan Nasional tersebut langsung di pimpin oleh Plt Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim.
Dalam pidatonya di upacara tersebut Wan Thamrin Hasyim menyampaikan pesan para generasi muda seluruh jajaran yang turut serta dalam upacara tersebut.
Ia mengatakan menjadi seorang pahlawan untuk dirinya dan bangsa, bisa dilakukan melalui bidang-bidang yang dikuasainya.
"Para pemuda yang ada saat ini termasuk pahlawan seperti ketika ada pertandingan olahraga Asian Games, itu merupakan pahlawan," katanya.
Ia berpesan untuk para generasi penerus untuk terus bergerak dibidang masing-masing yang bisa dikuasai untuk membangun Indonesia ke depannya.
Selain upacara, dalam peringatan Hari Pahlawan Nasional ini juga dilakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kesuma Dharma.Ditempat tersebut para rombongan melakukan upacara penghormatan dan tabur bunga di makam para pahlawan yang bersemayam ditempat tersebut. (*)
Tags : syamsul djafar, veteran dari riau, pejuang irian barat, trikora, dwikora, veteran syamsul djafar meninggal dunia, , veteran dari riau, pejuang irian barat, tokoh masyarakat syamsul djafar meninggal dunia,