INTERNASIONAL - Serangan Israel ke Gaza pada Minggu 16 Mei 2021 adalah yang paling mematikan sejak pertikaian terkini antara Israel dan kelompok Palestina dimulai sepekan lalu, menurut sejumlah pejabat Palestina.
Sebanyak 42 orang meninggal dunia dalam serangan udara Israel ke wilayah Gaza, pada Minggu 16 Mei 2021. Di antara korban terbaru, menurut pihak berwenang di Gaza, terdapat 16 perempuan dan 10 anak-anak. Dengan demikian berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas, sejak konflik pecah pada Senin pekan lalu (10/05), setidaknya 188 warga terbunuh di Gaza, di antaranya mencakup 55 anak-anak dan 33 perempuan, serta 1.230 orang luka.
Di pihak Israel sebagaimana dikatakan pejabat setempat, 10 orang termasuk dua anak-anak meninggal dunia akibat serangan roket Hamas di Israel. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah mengingat Israel dan kelompok Palestina terus menggencarkan serangan. Pada Senin 17 Mei 2021 dini hari waktu setempat, pesawat-pesawat tempur Israel meluncurkan 80 serangan udara ke beberapa daerah di Gaza, sesaat setelah kelompok Hamas menembakkan rentetan roket ke kawasan selatan Israel.
Israel kerahkan pasukan tambahan di perbatasan Gaza pada Kamis (13/05).
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan pada Minggu 16 Mei 2021 untuk membahas eskalasi kekerasan antara Israel dengan Hamas di Gaza. Sekjen PBB Antonio Guterres membuka sidang dengan menyebut kekerasan itu "benar-benar mengerikan" dan menegaskan pertempuran harus diakhiri sekarang juga. Sidang dibuka beberapa jam setelah militer Israel mengatakan telah mengebom rumah pemimpin politik kelompok Hamas dalam gelombang serangan udara di Jalur Gaza pada Minggu (16/05) pagi.
Mereka merilis video bom yang meledak yang dikatakan telah menghantam rumah Yehiya Sinwar, pemimpin kelompok itu di wilayah tersebut. Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berikrar untuk "terus membalas dengan kuat" terhadap serangan roket saat pertikaian melawan Palestina di Gaza memasuki hari ketujuh. Sementara itu, kelompok Palestina, Hamas, menembakkan roket ke arah Tel Aviv, menyebabkan orang-orang di sana melarikan diri ke tempat perlindungan.
Militer Israel mengatakan telah menyerang rumah Yehiya Sinwar dan saudaranya Muhammad Sinwar, yang disebut sebagai kepala logistik dan tenaga kerja untuk Hamas. Kedua tempat tinggal itu dikatakan "berfungsi sebagai infrastruktur militer" untuk Hamas. Sumber lokal mengkonfirmasi kepada media bahwa rumah pemimpin Hamas telah dibom. Belum ada laporan langsung tentang nasib kedua bersaudara itu.
Beberapa serangan udara mengguncang Kota Gaza pada malam hari, dengan lusinan orang dilaporkan hilang tertimbun reruntuhan rumah, kata wartawan BBC Rushdi Abualouf. "Saya tidak pernah meliput serangan udara dengan intensitas seperti itu,, ledakan ada di mana-mana di Gaza, ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan pejabat untuk mengetahui di mana serangan itu," katanya di Twitter dirilis BBC.
"Bangunan tempat saya tinggal di bagian barat kota itu berguncang seperti gempa bumi," katanya.
"Kondisi kacau dan anak-anak dan perempuan di gedung yang menampung lebih dari 200 orang itu berteriak histeris. Sekitar 120 roket diluncurkan oleh Hamas di Gaza terhadap Israel selatan."
Apa yang dikatakan Netanyahu?
Berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu malam, Netanyahu mengatakan serangan akan terus berlanjut "selama diperlukan" dan menegaskan bahwa segala kemungkinan telah dilakukan untuk membatasi korban sipil. "Pihak yang menanggung kesalahan atas konfrontasi ini bukanlah kami, melainkan mereka yang menyerang kami," kata Netanyahu.
Pada hari Sabtu, militer Israel meledakkan blok menara di Kota Gaza yang digunakan oleh media internasional setelah mengeluarkan peringatan untuk mengevakuasi orang-orang yang ada di gedung itu. Gedung Putih mengatakan Presiden Biden prihatin atas kematian di kedua sisi dan menyerukan agar wartawan dilindungi, setelah gedung yang menjadi kantor bagi sejumlah media asing hancur.
Biden juga berbicara, untuk pertama kalinya sejak menjabat, dengan Presiden Abbas. Ia mengatakan kepadanya bahwa dia berkomitmen untuk "memperkuat kemitraan AS-Palestina". Dia juga mengatakan tembakan roket Hamas ke Israel harus dihentikan. Tetapi AS tidak akan berbicara dengan Hamas, karena menganggap mereka sebagai organisasi teroris. Biden mengatakan kepada kedua pemimpin bahwa dia tetap berkomitmen untuk menemukan solusi dua negara untuk konflik tersebut.
Pada Sabtu (15/05), sepuluh anggota satu keluarga Palestina tewas oleh serangan udara Israel di sebuah kamp pengungsi di barat Kota Gaza. Seorang bayi berusia lima bulan, Omar Al-Hadidi, adalah satu-satunya yang selamat, setelah ibunya, empat saudara kandung, bibi, dan empat sepupunya meninggal. Ayah bayi itu, Mohammad Al-Hadidi, tidak ada di rumah saat itu. "Tidak ada roket di sana, hanya perempuan dan anak-anak, tidak ada roket, hanya anak-anak damai yang merayakan Idulfitri, apa yang telah mereka lakukan hingga pantas menerima ini?" katanya dirilis Reuters.
Seorang dokter yang merawat Omar berkata: "Dia dalam kondisi yang buruk. Tulang pahanya patah dan dia memiliki memar di sekujur tubuhnya tapi syukurlah setelah pemeriksaan pertama dia stabil."
Kantor sejumlah media 'musnah dalam dua detik'
Sebelumnya, Israel menghancurkan satu gedung yang merupakan kantor sejumlah media termasuk kantor berita Associated Press dan Al Jazeera di Gaza. Militer Israel menyebut gedung itu menampung "aset militer" milik kelompok Hamas. Namun pemilik gedung menyanggah bahwa ada militer Hamas di gedung tersebut, lapor wartawan BBC di Gaza, Rushdi Abualouf. Pemilik gedung mengatakan gedung itu merupakan kantor berbagai media, bisnis dan juga 60 apartemen residensial.
Hamas membalas dengan meluncurkan puluhan roket ke berbagai kota, dan menewaskan satu pria di dekat Tel Aviv. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Gutteres mengatakan dia "sangat terganggu" oleh serangan di gedung itu. "Sekretaris jenderal mengingatkan semua pihak bahwa setiap penargetan sipil dan media secara sembarangan melanggar hukum internasional dan harus dihindari dengan cara apa pun," kata juru bicara Gutteres.
Upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik diperkirakan akan ditingkatkan menyusul tibanya utusan Amerika Serikat, Hady Amr. Sabtu (15/05) adalah hari rakyat Palestina memperingati apa yang mereka sebut al-Nakba atau bencana, saat Israel masuk pada 1948. Militer Israel mengatakan mereka berwaspada menyusul kerusuhan lebih lanjut di antara penduduk keturunan Arab, di Tepi Barat.
Satu jam untuk evakuasi dan musnah dalam dua detik
Serangan terhadap gedung di Kota Gaza terjadi setelah pemilik gedung mendapat telepon dari militer Isael yang menyatakan gedung itu akan dihantam. Jawad Mehdi, pemilik Jala Tower, mengatakan perwira intelijen Israel memperingatkannya bahwa ia hanya punya satu jam untuk evakuasi, lapor kantor berita AFP. Dalam telepon dengan perwira itu, AFP mendengarnya meminta tambahan 10 menit agar para wartawan dapat mengangkut peralatan sebelum evakuasi. "Beri kami 10 menit tambahan," katanya namun perwira itu menolak.
Al-Jazeera, jaringan media yang didanai pemerintah Qatar, menyiarkan serangan itu secara langsung dan menunjukkan gedung itu hancur. "Saluran televisi ini tak akan bisa dibungkam. Al Jazeera tidak akan bisa dibungkam," kata presenter bahasa Inggris, Al Jazeera, Halla Mohieddeen secara emosional. "Kami dapat menjamin itu sekarang," tambahnya.
Koresponden Al Jazeera Safwat al-Kahlout, yang bekerja di kantor itu dalam 11 tahun terakhir mengatakan, "Saya meliput banyak peristiwa dari gedung ini, pengalaman profesional kami, dan sekarang semuanya musnah dalam dua detik. Musnah. Dunia akan kurang banyak tahu tentang apa yang terjadi di Gaza karena apa yang terjadi hari ini"
Sementara itu, CEO Assoicated Press, Gary Pruitt mengatakan, "Kami terkejut dan ketakutan bahwa militer Israel menyasar dan menghancurkan gedung yang juga merupakan kantor biro AP dan media lain di Gaza. Mereka tahu lokasi kantor kami dan tahu wartawan kami di sana. Kami menerima peringatan gedung itu akan dihancurkan". "Kami mencari informasi dari pemerintah Israel dan juga kami kontak Kementerian luar negeri AS untuk mencari tahu lebih lanjut," kata Pruitt dalam satu pernyataan.
"Ini perkembangan yang menyedihkan. Kami lolos dalam waktu singkat dan berhasil menghindari jatuhnya banyak korban. Selusin wartawan AP beraa di dalam gedung dan untungnya berhasil evakuasi". "Dunia akan kurang banyak tahu tentang apa yang terjadi di Gaza karena apa yang terjadi hari ini," tambahnya.
Sebuah gedung di Gaza kena serangan udara Israel pada Kamis (13/05).
Sebelum gedung itu hancur, koresponden AP di Gaza, Fares Akram mengunggah cuitan tentang pengeboman, "Bom akan menimpa kantor kami. Kami turun tangga dari lantai 11 dan kini menatap gedung dari jauh, berdoa agar tentara Israel akan menarik diri. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam cuitannya menulis, "Kami telah berkomunikasi langsung dengan Israel dan meminta agar keamaman wartawan dan media independen merupakan tanggung jawab besar yang harus dijaga."
Ribuan orang protes Israel
Unjuk rasa pro-Palestian berlangsung di banyak kota Eropa. Di Inggris, protes ribuan orang berlangsung di London, Manchester dan Liverpool serta Birmingham. Di Paris, polisi anti-huru hara menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan ribuan demonstran yang tidak mengindahkan pembatasan terkait pandemi. Demonstrasi dilarang polisi atas permintaan Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin, dengan alasan mereka ingin menghindari kekerasan.
Di Madrid, beberapa ribu orang turun di pusat kota sementara di Berlin, pengunjuk rasa melemparkan botol dan baru ke arah polisi. Pembatasan karena pandemi dilanggar dan polisi berusaha membubarkan salah satu demonstrasi. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan Jumat (14/05) serangan terbesar terhadap Hamas yang telah dilakukan belum selesai dan akan berlanjut.
Sementara sayap bersenjata kelompok Palestina, Hamas, juga terus menggencarkan serangan roket ke wilayah Israel. "Mereka menyerang ibu kota kami, meluncurkan roket ke kota-kota kami. Mereka akan membayar ganjaran dan kami akan terus melanjutkan," kata Netanyahu menyusul rapat keamanan di markas militer di Tel Aviv.
"Ini belum selesai," katanya.
Juru bicara tentara Israel mengatakan 7.000 tentara cadangan telah dipanggil untuk bersiap. Di Gaza, setidaknya 119 orang—termasuk 31 anak-anak—dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel sejak serangan terjadi pada Senin (10/05) lalu. Sementara di Israel, delapan orang meninggal sejauh ini. Kini wilayah itu mengalami masa paling sulit sejak perang pada 2014.
Sementara di berbagai kota dunia, para pengunjuk rasa membawa bendera Palestina dalam protes pro-Palestina di banyak kota dunia, termasuk Bangladesh, Yordania, Kosovo dan Turki. Namun di Eropa, protes diwarnai slogan anti-Semistisme. Rencana protes pro-Palestina di Paris dilarang karena dikhawatirkan akan menimbulkan bentrokan. Di Jerman, juru bicara kanselir Angela Merkel memperingatkan Jumat (14/05) bahwa demonstrasi anti-Yahudi tak akan dibiarkan setelah pengunjuk rasa membakar bendera Israel.
Sementara itu di Amerika Serikat, satu-satunya anggota Kongres AS keturunan Palestina Rashida Tlaib sambil menahan tangis mengkritik dukungan "tak bersyarat" Amerika bagi Israel dalam pidato emosional. Rashida mengatakan dukungan seperti itu "menyebabkan dihapuskannya kehidupan rakyat Palestina". Penasehat senior Netanyahu mengatakan, seruan internasional untuk menahan diri tak tepat.
Mark Regev mengatakan Hamas yang memulai konflik dan Israel harus memberikan mereka ganjaran. "Tak ada penyelesaian cepat dan bila dimulai gencatan senajta awal, akan mulai dari titik awal lag dalam sebulan mulai sekarang. Hamas menembak roket ke Israel dan kami membalas. Jawaban itu bukan solusi dan hanya akan memperpanjang masalah," kata Regev.
"Kami tak ingin konflik ini, namun kini telah dimulai, dan harus diakhiri dengan periode tenang dan itu hanya bisa dicapai dengan Israel membalas Hamas - struktur militer mereka, komando dan kendali mereka," tambahnya.
Hamas mengatakan akan terus melanjutkan serangan roket dengan mengatakan menghantam kota seperti Tel Aviv lebih mudah dibandingkan meneguk air minum. Warga Palestina terjebak lebih parah dari film horor, pengeboman di mana-mana. Warga Palestina di Gaza utara menyelamatkan diri dari pengeboman Israel. Banyak keluarga yang mengungsi ke Kota Gaza, tempat penampungan semantara. Sebagian mengungsi ke sekolah yang diorganisir PB di Gaza. "Malam sangat sulit karena peluru kendali, serangan udara dan dihancurkannya rumah-rumah," kata Kamal al-Haddad kepada kantor berita AFP.
"Semua anak takut dan kami khawatir atas anak-anak kami. Ahmad Abu Asal, warga lain mengatakan ia menggendong anaknya yang sakit sepanjang malam. Pengeboman acak dan kami tak bisa bergerak."
Sementara Salwa al-Attar merasa terperangkap seperti film horor. "Kami merasa di film horor namun kondisinya lebih parah. Ada percikan api di rumah dan menyebar cepat. Kami tak bisa keluar dan saya peluk anak-anak saya."
"Pengeboman di mana-mana, saat kami mulai bergerak, ada serangan lagi. Pesawat bergaung di atas kami dan tank-tank juga mengebom. Kami tak bisa bergerak. Anak-anak, perempuan, pria semua berteriak. Saya tak pernah mengalami kondisi terparah seperti ini dalam hidup saya," tambahnya.
Saling serang antara kelompok Palestina dan tentara Israel meningkat signifikan di Jalur Gaza dan PBB mengkhawatirkan terjadinya "perang skala penuh". Lebih dari 1.000 roket diluncurkan oleh kelompok Palestina selama lebih 38 jam, kata Israel, sebagian besar diarahkan ke Tel Aviv.
Sekretaris Jendral PBB, António Guterres mengatakan ia "sangat prihatin" atas berlanjutnya kekerasan. Sementara itu, Israel melancarkan ratusan serangan udara, menghancurkan dua blok gedung di Gaza pada Selasa dan Rabu (12/05). Para warga yang meninggalkan kawasan Shejaiya di Kota Gaza mengatakan gempuran artileri telah jatuh menimpa rumah mereka. "Ada banyak gempuran dan semua anak-anak takut. Bahkan kami orang dewasa yang telah berada dalam perang sejak kanak-kanak, kami takut dan tidak tahan lagi," kata Um Raed al-Baghdadi kepada kantor berita AFP.
Sebelumnya, Israel menetapkan keadaan darurat di pusat kota Lod setelah muncul kerusuhan dari warga Arab Israel. Sejumlah mobil terbakar dan ada ayah dan anak - yang dua-duanya warga Arab Israel - tewas saat sebuah roket yang ditembakkan dari Gaza mengenai mobil mereka. Korban di Gaza termasuk lima orang dari satu keluarga yang terhantam serangan udara Israel. Jalan-jalan penuh dengan puing bangunan yang hancur dan mobil-mobil yang hancur dan terbakar.
Israel mengatakan mereka melakukan serangan untuk membunuh anggota senior Hamas di Gaza. Kekerasan berdarah di Timur Tengah terus berlangsung saat militer Israel dan kelompok Palestina masih saling memuntahkan amunisi pada Rabu dini hari (12/05), sedangkan utusan khusus PBB Tor Wennesland memperingatkan kedua pihak yang bertikai bahwa mereka sedang mengarah ke "perang berskala penuh".
Militan Palestina sebelumnya menyebut telah menembakkan 130 rudal ke kota Tel Aviv di Israel, Selasa (11/05) waktu setempat, tidak lama setelah pesawat tempur Israel menghancurkan sebuah apartemen di Gaza. Bangunan 13 lantai itu diserang Israel satu setengah jam setelah penghuni dan warga di sekitarnya diultimatum untuk mengungsi, begitu menurut kantor berita Reuters.
Pertikaian yang kini terjadi merupakan yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir dan terus memakan korban jiwa. Lalu 230 orang luka-luka setelah serangan udara Israel, banyak yang diselamatkan dari reruntuhan bangunan. Komunitas internasional mendesak kedua pihak mengakhiri pertikaian yang terjadi usai kerusuhan selama beberapa hari di Yerusalem.
Seruan serupa juga dilontarkan oleh utusan khusus PBB untuk perdamaian di Timur Tengah, Tor Wennesland. "Hentikan segera penembakan. Kita sedang mengarah ke perang berskala penuh. Pimpinan kedua pihak harus mengambil tanggungjawab untuk meredakan kekerasan," demikian cuitnya di Twitter.
"Dampak perang di Gaza sangat menghancurkan dan tengah dibayar mahal oleh warga-warga biasa. PBB tengah bekerja dengan semua pihak untuk mengembalikan ketenangan. Hentikan kekerasan sekarang juga," lanjut Wennesland seperti yang dikabarkan Reuters.
Hamas, kelompok yang mengontrol Gaza, menyatakan aksi mereka adalah pembelaan atas "agresi dan terorisme" Israel. Hamas, salah satunya, merujuk bentrok warga sipil Palestina dengan polisi Israel di masjid al-Aqsa yang menyebabkan ratusan orang terluka. Namun tembakan roket ke Tel Aviv, menurut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, adalah perbuatan yang melewati batas.
Dia menyebut itu tembakan roket pertama ke Yerusalem dalam beberapa tahun terakhir. Aksi saling balas kekerasan di Yerusalem yang terjadi belakangan merupakan yang terburuk sejak tahun 2017. Rangkaian peristiwa ini pecah seiring meningkatnya kemarahan warga Palestina menghadapi ancaman penggusuran dari rumah mereka di Yerusalem Timur.
Kawasan itu diduduki oleh pemukim Yahudi
Selama sebulan terakhir, pengunjuk rasa Palestina berhadapan dengan polisi Israel di bagian kota Yerusalem yang mayoritas penduduknya keturunan Arab. Rekaman video memperlihatkan roket melesat di langit Tel Aviv malam kemarin. Beberapa saat kemudian, roket itu meledak karena dihantam rudal pencegat milik Israel. Salah satu korban roket itu, klaim pejabat Israel, adalah seorang perempuan berusia 50 tahun di kawasan Rishon LeZion, dekat Tel Aviv.
Di kawasan pinggiran Tel Aviv, Holon, sebuah roket menghantam bus kosong, menurut juru bicara kepolisian Israel, Mickey Rosenfeld, kepada kantor berita AFP. Di Tel Aviv, sekelompok pejalan kaki berlindung dan warga lokal lainnya keluar dari restoran untuk tiarap di trotoar saat sirene dibunyikan. Bandara di Tel Aviv, Ben Gurion, sempat berhenti beroperasi akibat serangan roket Hamas. Dampak lainnya, jaringan pipa energi antara kota Eilat dan Ashkelon rusak.
Roket tersebut diluncurkan setelah penghancuran Menara Hanadi di Gaza, yang merupakan kantor yang digunakan oleh pimpinan politik Hamas. Beberapa jam setelah runtuh, masih belum ada laporan korban jiwa. Di sisi lain, sebuah gedung bertingkat di Gaza dihancurkan militer Israel. Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, menyebut serangan Israel itu "baru permulaan". "Organisasi teror sudah terpukul keras dan akan terus terpukul karena keputusan mereka untuk menyerang Israel," kata Gantz.
"Kami mengembalikan kedamaian dan ketenangan untuk jangka panjang," ucapnya.
Pimimpin Hamas, Ismail Haniyeh, menyatakan siap jika Israel terus-menerus menyerang. "Apabila Israel ingin meningkatkan eskalasi, kami siap dan jika mereka ingin menghentikannya, kami juga siap," kata Haniyeh dalam pidato yang disiarkan televisi.
Melansir Reuters, juru bicara militan Hamas di Gaza, Abu Ubaida, juga mendorong warga keturunan Arab untuk melawan Israel. Dewan Keamanan PBB berencana menggelar pertemuan tertutup, Rabu ini, untuk membahas konflik Israel-Palestina. Sebelumnya, Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 26 orang, di antaranya 10 anak-anak, tewas akibat serangan udara Israel.
Lebih dari 150 warga sipil di Gaza juga disebut terluka akibat serangan Isreal. Beberapa korban di Gaza itu adalah perempuan berusia 59 tahun dan putranya yang penyandang diabilitas, serta satu keluarga yang terdiri dari tiga anak-anak dan empat orang dewasa. Pertempuran antara Israel dan Hamas dipicu bentrokan selama berhari-hari antara warga Palestina dan polisi Israel di kompleks puncak bukit suci di Yerusalem Timur.
Lokasi itu sangat dihormati umat Muslim. Mereka menyebutnya sebagai Al-Haram asy-Syarif (Tempat Suci Mulia). Derajat yang sama diakui oleh komunitas Yahudi. Mereka menyebut situs itu sebagai Temple Mount. Hamas menuntut Israel menarik pasukan kepolisian dari lokasi tersebut dan distrik yang didominasi keturunan Arab, Sheikh Jarrah. Sheikh Jarrah adalah lokasi di mana beberapa keluarga Palestina menghadapi ancaman penggusuran oleh pemukim Yahudi.
Luka menganga dari konflik yang belum terselesaikan
Latar belakang pemicu eskalasi kekerasan saat ini masih tetap sama dengan yang sebelum-sebelumnya. Konflik ini adalah luka terbuka dari perseteruan tak terselesaikan antara komunitas Yahudi dan Arab. Pertikaian itu merusak sekaligus mengakhiri hubungan Palestina dan Israel selama beberapa generasi. Episode terbaru konflik ini terjadi menyusul ketegangan di Yerusalem, yang selama ini merupakan bagian utama perselisihan.
Tempat-tempat suci di Yerusalem bukan hanya simbol nasional dan juga agama. Klaim atas lokasi ini kerap memicu kekerasan. Salah satu pemicu konflik saat ini adalah kebijakan Israel yang kejam terhadap warga Palestina. Pada masa Ramadan kali ini, pengadilan Israel mengeluarkan putusan kontroversial untuk mengusir warga Palestina dari rumah mereka di Sheikh Jarrah.
Kepulan asap di Kota Gaza setelah dibombardir serangan udara Israel pada 11 Mei 2021.
Namun peristiwa lainnya turut menjadi pemicu. Krisis ini ibarat bom waktu yang siap meledak, yang, sekali lagi, dibiarkan membusuk. Para pemimpin Israel maupun Palestina berfokus menjaga posisi mereka sendiri. Tantangan terbesar konflik ini, yaitu kesepakatan damai, tidak ditangani secara serius selama bertahun-tahun. Militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa 90% roket yang diluncurkan Hamas dapat dicegat sistem pertahanan antirudal Kubah Besi.
Adapun salah satu "target teror" yang dibidik Israel di Gaza adalah dua terowongan yang digali di bawah perbatasan dengan Israel. Israel mengeklaim, serangan udara mereka setidaknya menewaskan kepala unit roket khusus kelompok Jihad Islam, Samah Abed al-Mamlouk. Israel menyebut komandan unit rudal antitank Hamas juga tewas dalam serangan udara ini. Status Yerusalem, dengan makna religius dan nasional yang dalam bagi kedua belah pihak, adalah inti konflik menahun Israel-Palestina.
Israel mencaplok Yerusalem Timur pada tahun 1980. Mereka menganggap seluruh kawasan kota itu sebagai ibukota, walau klaim ini tidak diakui oleh sebagian besar negara lain. Di sisi lain, Palestina menyatakan bagian timur Yerusalem itu merupakan ibu kota negara yang mereka harapkan. (*)
Tags : Serangan Israel yang Mematikan, Serangan ke Gaza, Situasi Palestina Benar-benar Mengerikan,